Kegunaan Keledai Bagi Manusia

Kegunaan Keledai Bagi Manusia

Dalam bahasa Inggris, keledai disebut donkey atau ass . Hewan nan berasal dari daratan Afrika ini sudah dijinakkan oleh manusia sejak 5.000 tahun silam. Bangsa pertama nan menjinakkan hewan ini diperkirakan ialah bangsa Mesir Antik atau bangsa Mesopotamia.

Orang-orang Barat memiliki panggilan spesifik bagi hewan bertubuh kecil tetapi kuat ini. Mereka biasa memanggil keledai jantan dengan sebutan “Jack”, keledai betina dengan sebutan “Jenny” atau “Jennet”, dan keledai muda atau anak keledai dengan sebutan “foal”.



Karakteristik Keledai

Ukuran tubuh hewan ini beragam, tergantung dari perawatan dan keturunannya. Seekor keledai dapat tumbuh setinggi 79 - 160 cm dengan bobot tubuh 80 - 480 kg. Hewan ini dapat hayati selama 12 sampai 50 tahun, tergantung kesehatan dan perlakuan manusia kepadanya. Semakin sering digunakan tenaganya, semakin pendek masa hayati hewan ini.

Hewan ini biasa hayati di daratan kering, seperti gurun. Berbeda dengan kuda nan hayati berkelompok, hewan ini lebih suka hayati menyendiri dan hanya berjumpa saat kawin.

Anda tentu pernah mendengar istilah “bodoh seperti keledai” sebagai umpatan buat orang nan dungu. Ungkapan tersebut membuat kening kita berkerut. Hmmm, benarkah hewan nan memiliki fisik mirip kuda itu bodoh?

Menurut beberapa penelitian, hewan ini terbukti memiliki kecerdasan nan cukup, di samping kewaspadaan, sifat bersahabat, ceria, dan mau belajar. Bahkan, keledai nan ditempatkan di kandang nan sama dengan kuda akan mempelajari cara buat bersikap tenang saat menghadapi kuda nan tengah "ngambek".

Julukan "bodoh" bagi hewan ini barangkali disebabkan oleh sifat keras kepalanya. Sifat ini sebetulnya ialah caranya menjaga diri. Dapat dikatakan bahwa sifatnya ini ialah caranya melindungi diri dari predator.



Perkembangbiakan Keledai

Seekor keledai betina mengandung anak selama kurang lebih 12 bulan (variasi ini biasanya mulai dari 11 hingga 14 bulan). Setiap hamil, seekor betina biasanya hanya melahirkan seekor bayi; bayi nan kembar sangat sporadis ditemui. Jika ada pun, biasanya kehamilannya sangat berisiko.

Hewan ini dapat dikawinsilangkan dengan jenis kuda-kudaan lain, misalnya keledai jantan dikawinkan dengan kuda betina akan menghasilkan bagal. Bagal sering dimanfaatkan tenaganya buat mengangkut barang dan sebagai alat transportasi di banyak negara.

Hewan hasil perkawinan hewan ini dengan kuda ( hybrid ) biasanya steril atau mandul, sebab adanya disparitas jumlah kromosom di antara dua hewan tersebut. Berdasarkan pengamatan beberapa ahli, frekuensi perkawinan antara keledai jantan dengan kuda betina lebih banyak terjadi dibandingkan dengan perkawinan antara keledai betina dengan kuda jantan.

Rahim kuda betina nan lebih besar dari keledai betina mampu menghasilkan bagal nan badannya besar pula. Selain itu, bagal juga dikenal lebih mudah diarahkan dan lebih kuat, sehingga diminati oleh para peternak.

Ada pula perkawinan antara hewan ini dengan keluarga kuda lainnya, yaitu zebra. Keturunan zebra jantan dan keledai betina kerap disebut zonkey ( zebra and donkey ), sementara keturunan zebra betina dan keledai jantan dinamakan zebrinny .



Kegunaan Keledai Bagi Manusia

Selama 5.000 tahun, hewan ini telah dimanfaatkan tenaganya buat melakukan pekerjaan-pekerjaan berat seperti mengangkut barang. Saat ini, terdapat sekitar 40 juta keledai di dunia; 96% di antaranya berada di negara terbelakang nan masih menggunakan hewan ini sebagai alat angkut paling praktis. Hewan ini biasanya digunakan buat membajak, mengangkut air, menggiling, dan sebagainya. Hewan ini dianggap sebagai pekerja murah bertenaga besar.

Sementara itu di negara berkembang dan maju, hewan ini sudah tak lagi digunakan sebagai alat pengangkut. Hewan ini lebih sering digunakan sebagai indukan bagal, buat menjaga ternak, buat alat rekreasi turis atau anak kecil, dan sebagai hewan peliharaan.

Hewan ini sering kali digembalakan atau dipelihara bersamaan dengan kuda dan kuda poni, sebab syahdan hewan ini mampu membuat kuda nan mengamuk menjadi lebih tenang. Bahkan fakta membuktikan bahwa anak kuda nan baru disapih induknya selalu mendekati dan bermanja-manja pada keledai buat mengusir kesedihannya.

Pemanfaatan hewan ini sebagai bahan makanan (daging dan susunya) sporadis sekali ditemukan. Di Italia, orang suka sekali makan daging kuda, bahkan hewan ini sering kali menjadi bahan primer resep masakan. Namun ini tak berarti negara tersebut banyak menyembelih hewan ini, biasanya hanya 100 ton daging hewan ini nan dikonsumsi setiap tahunnya.

Sementara itu susunya dijual mahal di negara tersebut, yakni sekitar €15 atau setara dengan Rp178.000. Susu keledai juga dimanfaatkan di Kroasia. Orang-orang di sana memanfaatkan susu hewan ini sebagai makanan serta bahan kosmetik dan sabun. Harga 100 ml susu hewan ini di Kroasia ialah €6 atau setara dengan Rp71.000. Di masa lalu, kulit hewan ini bahkan digunakan buat membuat kertas.

Hewan ini juga sering kali dilibatkan dalam peperangan sebagai pengangkut barang atau pengangkut tentara nan terluka. Jangan salah, ya, meskipun badannya kecil dan nisbi pendek, hewan ini memiliki tenaga dan stamina nan tinggi. Tak heran jika tenaganya selalu dimanfaatkan.

Misalnya saja pada Perang Global I. Saat itu seorang staf medis perang Inggris bernama John Simpson Kirkpatrick dan rekannya dari korps pengobatan Selandia Baru bernama Richard Alexander Henderson menggunakan hewan ini buat menyelamatkan tentara-tentara nan terluka pada pertempuran di Semenanjung Galipoli.

Para tentara Italia juga kerap kali memanfaatkan hewan ini buat mengangkut senjata perang. Pada saat-saat mendesak hewan ini tersebut dapat disembelih lalu dimakan. Semasa perang di Afganistan (bahkan hingga kini) hewan ini sering dimanfaatkan teroris sebagai ‘pelaku bom bunuh diri’, di mana pada tubuh keledai ditempeli bom waktu.



Keledai di Alam Liar

Keledai nan hayati bebas dapat ditemui di kawasan gurun-gurun terpencil di mana mereka hayati terpisah dari kawanannya, tak seperti keluarga kuda nan selalu bepergian dalam kelompok. Untuk berkomunikasi dengan sesamanya, hewan ini menggunakan suara khas berupa teriakan nan nyaring.

Konon, teriakan hewan ini dapat terdengar sejauh tiga kilometer. Wow, hebat juga, ya? Supaya dapat mendengar isyarat dari kawannya, hewan ini dianugerahi telinga nan lebih besar dari keluarga kuda lainnya.

Apabila berjumpa dengan hewan ini di habitat aslinya, jangan coba-coba mengganggu lho. Karena keledai liar cukup militan dalam mempertahankan diri. Mereka biasa menendang, menggigit, atau menubruk musuhnya.



Merawat Keledai

Mengingat hewan ini telah melakukan banyak hal buat manusia, tak ada salahnya jika manusia membalas budinya dengan merawat hewan tersebut dengan baik. Ini tak sulit, nan krusial dalam merawat hewan ini ialah memastikannya memakai sepatu nan nyaman dan memberinya nutrisi nan cukup.

Mereka nan memiliki hewan ini harus menyadari bahwa sepatu kuda nan tepat buat seekor keledai ialah nan lebih elastis daripada nan digunakan kuda. Sangat memakaikan sepatu pada hewan ini, lakukanlah perlahan-lahan. Keledai nan digunakan tenaganya buat melakukan pekerjaan berat harus memakai sepatu.

Kuku hewan ini harus dipotong secara berkala. Jika tidak, kuku nan memanjang tak beraturan akan menyebabkan kerusakan parah dan mengancam kesehatan hewan tersebut.

Di alam liar, hewan ini dapat menghabiskan setengah hari buat mencari makan dan selalu mengunyah, meski nan didapatkannya hanya semak belukar kering. Sistem pencernaan hewan ini sangatlah kuat, yaitu makanan nan masuk akan dihancurkan secara efisien dengan cara fermentasi. Karena itu, sering mencari makan bukan berarti hewan ini perlu banyak makannya. Malahan makannya lebih sedikit dibanding kuda.

Hewan ini mendapatkan sumber energinya dari karbohidrat terstruktur. Beberapa peternak menyarankan agar keledai diberi makan jerami saja, ditambah kegiatan penggembalaan nan terawasi agar ia dapat mencari makanan sendiri.