Perkembangan Inflasi

Perkembangan Inflasi



Kebijakan Pemerintah

Inflasi sebagai salah satu tolok ukur perekonomian suatu negara. Pemerintah perlu berkolaborasi dengan Bank Indonesia dalam menyusun taktik baik itu pada level mikro maupun makro. Pada akhirnya, program-program nan dikeluarkan oleh pemerintah sebenarnya buat memonitor perkembangan inflasi di Indonesia . Kalau inflasi tak dimonitor, maka perekonomian akan terlihat timpang. Harga semakin naik dan kalau tak terkendali, maka krisis moneter dapat saja melanda Indonesia lagi.

Tentu saja tak ada nan mau hal ini terjadi. Tidak ada satu orang pun menginginkan kerusuhan tahun 1998 nan menewaskan banyak orang serta memporakporandakan tatanan sosial serta perekonomian itu terjadi lagi. Sangat menyedihkan menyaksikan anak-anak bangsa saling membenci dan merampok harta saudara sendiri hanya sebab merasa bahwa bentuk mata dan rona kulit nan tak sama. Padahal bangsa ini telah manunggal dan membaur sejak lama. Sangat disayangkan juga kalau apa nan telah dibangun dengan susah payah itu harus hancur dalam waktu hanya sekian detik.

Pembangunan ekonomi harus sejalan dengan pembangunan karakter bangsa. Tanpa adanya transedental dan keseimbangan, maka kerusuhan nan mengerikan dapat terjadi lagi dan lagi. Niscaya ada satu lingkaran nan sangat rumit ketika berbicara tentang ekonomi dan sosial. Ekonomi akan sangat mempengaruhi keadaan sosial. Kalau ekonomi kacau, maka sosial dapat bergejolak. Gejolak inilah nan akan dapat membuat satu negeri menjadi negeri neraka bagi rakyatnya.

Inflasi nan begitu tinggi akan membuat harga tinggi. Rakyat nan tidak mampu membeli akan menjadi kelaparan. Ketika perut lapar, orang sering tak mengindahkan keadaan orang lain. Ia dapat saja menjadi seorang perampok atau penjahat nan berani dan tega membunuh orang lain asalkan perutnya kenyang. Urusan perut ini memang sangat berbahaya bila dibiarkan tak terisi dalam waktu nan lama. Iman dapat hilang. Orang-orang akan frustasi. Tidak ada lagi persatuan dan tak ada lagi nilai-nilai humanisme nan sempat dijunjung tinggi.

Buktinya ialah ketika perekonomian sebuah kota mulai terganggu, kejahatan mulai meningkat. Orang nan biasanya dapat melakukan banyak hal sebab ia masih mempunyai uang, lalu dalam waktu eksklusif ia tak lagi sanggup melakukan banyak hal sebab ini tak mempunyai uang, ia dapat saja menjadi kecewa dengan keadaannya. Rasa kecewanya ini akan membuatnya merasa depresi dan tak tahu apa nan dapat dilakukan.

Ketika ia melihat orang lain terlihat senang sebab menurutnya orang tersebut mempunyai harta dan uang nan banyak, ia dapat gelap mata. Ketika gelap mata inilah, hati menjadi tertutup. Hati nan tertutup inilah nan akhirnya membuatnya mencari kesempatan buat melakukan hal nan mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya. Bayangkan saja hanya dalam waktu dua tahun, harga emas telah naik 250 ribu rupiah. Angka inflasi nan sangat tinggi telah membuat semua harga menjadi naik.

Telur nan dua tahun lalu masih dapat dibeli dengan harga 12 ribu per kilo, kini telah memasuki angka 15-16 ribu rupiah. Begitu juga beras dan produk bahan pokok lainnya. Bagi masyarakat nan terbiasa dengan makan seadanya, hal ini mungkin saja sama saja, atau mereka mulai gelisah. Kalau dua tahun lalu masih dapat makan telur satu buah setiap hari, kini dengan penghasilan nan sama, mereka hanya dapat makan telur seminggu sekali.

Keadaan inilah nan membuat semua pihak nan berkepentingan dengan perkembangan ekonomi negeri ini, harus memikirkan rakyat nan tidak mampu berbuat banyak demi meningkatkan kesejahteraan mereka. Mereka niscaya bingung dan tak tahu harus bagaimana mencari uang demi mendapatkan kehidupan nan sedikit menyenangkan. Bagi orang nan mampu mencari uang dengan jalannya, mungkin inflasi tak terlalu berpengaruh. Mereka masih dapat makan enek dan tidur nyenyak.

Tidak sine qua non nan dikhawatirkan. Mereka tinggal di loka nan kondusif dari banjir, lonsor, dan dijaga 24 jam oleh petugas keamanan perumahan. Mereka nikmat beribadah sebab loka ibadah pun tak terlalu jauh dari rumahnya. Hal ini sangat berbeda dengan orang-orang nan hayati di loka nan rawan banjir, longsor bahkan kejahatan. Hayati mereka tak tenang. Mau beribadah ke masjid saja berpikir ribuan kali. Jalan ke masjid tak kondusif dari tangan jahil manusia.



Monitor

Pemerintah perlu memonitor perkembangan harga di grass root sehingga perubahan mendadak level harga di masyarakat tak terjadi. Salah satu nan sering dilakukan oleh pemerintah ialah dengan dilakukannya operasi pasar besar-besaran. Hal ini dilakukan buat mengendalikan taraf harga nan beredar di masyarakat. Kalau tak dilakukan operasi pasar, maka gejolak harga akan semakin menggila dan rakyat akan menjerit semakin tidak terdengar sebab suara mereka telah habis dan mereka sudha tak mempunyai tenaga lagi bahkan buat teriak.

Pada level makro, kebijakan nan sering dilakukan oleh pemerintah berkolaborasi dengan BI ialah dengan mengatur dan mengeluarkan kebijakan terkait dengan kondisi fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal ialah kebijakan pemerintah nan berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran negara. Utang luar negeri baik utang partikelir maupun uatang pemerintah, sudah cukup banyak. Hal ini tentunya memberikan akibat nan cukup luas bagi perekonomian dalam negeri.

Misalnya kondisi inflasi negara berada pada level nan menghawatirkan. Salah satu jalan nan dapat ditempuh ialah dengan menarik mengelola anggaran. Pengelolaan aturan tersebut bisa dilakukan dengan mengurangi kelebihan permintaan masyarakat yakni dengan memperkecil pembelanjaan atau dapat dilakukan dengan memperbesar penerimaan negara melalui pajak. Tetapi pajak ini sendiri tak dapat dibuat dengan semena-mena. Apalagi kalau orang-orang nan mengelolanya ternyata menjarah uang hasil pajak itu.


Rasa sakit hati nan dirasakan oleh masyarakat akan membuat mereka malas membayar pajak. Kalau rakyat telah hilang rsa percayanya kepada pemerintah, jalannya pemerintahan akan timpang. Itulah mengapa sanksi bagi para koruptor itu seharusnya sangat berat. Mereka telah memakan uang nan bukan haknya. Orang lain berusaha mendapatkan uang dengan susah payah. Mereka dengan mudahnya melakukan hal hina mencurinya.

Intinya, pengelolaan aturan tersebut dilakukan pada parameter-parameter konsumsi pemerintah (G), jumlah transfer (Tr), dan jumlah pajak (Tx). Pengelolaan parameter-parameter tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi taraf pendapatan nasional dan kesempatan kerja. Kalau tak ada lapangan pekerjaan baru, pengangguran nan tinggi itu akan membuat angka kejahatan meningkat.

Bank Indonesia sebagai salah satu forum resmi negara bertugas buat mencapai dan mengatur kestabilan nilai rupiah. Kestabilan tersebut dikaitkan dengan dua nilai kestabilan, yakni kestabilan terhadap nilai mata uang terhadap barang dan jasa serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Kestabilan pertama berkaitan dengan nilai inflasi. Kestabilan kedua berkaitan dengan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.



Perkembangan Inflasi

Setiap tahunnya, pemerintah dan BI menetapkan target nilai inflasi selama setahun. Sasaran atau target tersebut harus dipenuhi oleh pemerintah bekerja sama dengan BI. Penetapan target inflasi tersebut didasarkan atas nota kesepahaman antara pemerintah dan BI. Hal ini tercantum dalam UU mengenai Bank Indonesia. BI telah diberikan otoritas nan cukup banyak dalam hal ini. Orang-orang di BI harus dengan cermat dan tak boleh salah dalam menetapkan semua kebijakan tersebut.

Perkembangan inflasi di Indonesia sendiri mengalami pasang surut. Hal ini terlihat dari nilai aktual nan ada dalam data BI. Pada tahun 2001, sasaran inflasi sekitar 4% - 6% dengan aktualisasi sebesar 12,55%. adanya selisih nan sangat tajam ini juga dipengaruhi oleh perekonomian negera lain. Krisis di beberapa negara membuat ekspor Indonesia menjadi tersendat. Kalau tak mampu melihat pangsa pasar lain, maka perekonomian akan terganggu juga. Sementara itu, pada tahun berikutnya ialah sebagai berikut.

* Tahun 2002 (9%-10% ; 10,03%)
* Tahun 2003 (9%-10% ; 5,06%)
* Tahun 2004 (5,5% ± 1%; 6,40%)
* Tahun 2005 (6% ± 1%; 17,11%)
* Tahun 2006 (8%±1%; 6,60%)
* Tahun 2007 (6%±1%; 6,59%)
* Tahun 2008 (5%±1%;11,06%)
* Tahun 2009 (4,5%±1%;2,78%)
* Tahun 2010 (5%±1%; - )
* Tahun 2011 (5%±1% ; -)

Catatan: Angka pertama di dalam kurung menunjukan nilai sasaran inflasi, sementara angka kedua menunjukkan nilai inflasi aktual.