Lomba Barongsai Taraf Dunia

Lomba Barongsai Taraf Dunia

Baik pertunjukkan barongsai maupun pertunjukkan kuda lumping merupakan pertunjukkan budaya nan membutuhkan kekuatan fisik dan mental. Pertunjukkan barongsai berasal dari budaya Cina, sedangkan pertunjukkan kuda lumping berasal dari budaya Jawa.

Dalam kebudayaan Cina, singa dianggap sebagai hewan dengan taraf keberuntungan nan tinggi. Kekuatannya dapat membuat seseorang memerangi nasib jelek nan nyaris menimpanya. Oleh sebab itu, tarian barongsai dikenal sebagai salah satu tarian dengan nilai budaya nan sakral.

Bentuk dan gerakan tarian barongsai merupakan simbol tarian nan menandakan adanya kekuatan, kekuasaan, dan berbagai hal nan dimaksudkan agar manusia selalu berhati-hati dalam melakukan berbagai hal dalam segi kehidupan.



Sejarah Pertunjukan Barongsai

Barongsai merupakan salah satu bentuk tarian tradisional nan berasal dari Cina, yakni tarian nan dibawakan oleh penari dengan kostum menyerupai singa. Kisah nan bermula pada Dinasti Chin ini mulai popular sekitar tahun 420 sampai 589 Masehi.

Pada saat itu, pasukan raja Song Wen Di merasa kewalahan sebab harus mendapatkan agresi dari pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Lalu dibuatlah tiruan boneka berbentuk singa oleh seorang panglima perang bernama Zhong Que.

Tiruan boneka tersebut dibuat buat mengelabui dan mengusir pasukan gajah raja Fan Yang nan ternyata memang membuahkan hasil. Karena keberhasilan itulah maka tarian barongsai menjadi sebuah pertunjukan nan melegenda.

Tarian ini kemudian dibagi menjadi dua jenis, yakni Singa utara dan Singa selatan. Tarian singa utara memiliki surai ikal berkaki empat dengan penampilan nan kelihatan lebih natural dibandingkan dengan tarian singa selatan nan memiliki sisik, serta jumlah kaki nan majemuk antara dua sampai empat kaki. Selain itu, kepala singa selatan juga dilengkapi dengan tanduk sehingga menyerupai binatang kilin.

Kedua jenis tarian tersebut juga memiliki gerakan nan cukup berbeda. Tarian singa utara cenderung lebih lincah dan penuh dengan variasi gerakan sebab memiliki empat kaki, sedangkan tarian singa selatan terkenal akan gerakan kepalanya nan keras, melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan tambur dan gong.

Salah satu gerakan paling primer nan dikenal dari barongsai ialah ketika singa bergerak memakan amplop berisi uang nan biasa disebut "lay see". Amplop tersebut biasanya ditempeli sayuran selada air di atasnya sebagai lambang hadiah bagi sang singa. Proses pemakanan "lay see" tersebut biasanya berlangsung selama separuh bagian tarian singa.



Barongsai nan Mendunia

Pertunjukkan barongsai nan begitu atraktif sudah menarik banyak orang buat menyaksikannya dan tak sedikit nan ingin tahu lebih banyak tentang pertunjukkan akar budaya nan mengawali pertunjukkan ini. Tidak mudah buat mempelajari tarian barongsai.

Barongsai nan awalnya digunakan buat mengusir musuh ini memang berakar pada gerakan kungfu nan begitu gesit dan penuh perhitungan keseimbangan. Selain itu, kekompakan para pemain nan berada di dalam tubuh boneka singa tersebut haruslah sangat harmonis bila tak ingin terjadi kecelakaan.



Lomba Barongsai Taraf Dunia

Atraksi barongsai nan dipertunjukkan oleh para pemain barongsai taraf global di Singapura pada perlombaan barongsai taraf internasional membuat buluh kuduk berdiri. Bagaimana tidak, para pemain tersebut menggunakan tiang-tiang tinggi dengan ukuran nan bermacam-macam dan meloncat dari tiang satu ke tiang lainnya dengan kelincahan kaki nan sangat terlatih. Yang membuat bangga hati ialah salah satu regu nan ikut bertanding ialah regu dari Padang, Indonesia.

Wajah pemain nan tertutup topeng singa memang tidak tidak tampak pada saat mereka meliuk-liuk di arena pertandingan sambil diiringi musik khas dalam pertunjukkan barongsai. Namun saat topeng tersebut terbuka, semakin kagumlah penonton sebab tak sporadis pemainnya berusia sangat muda. Taraf kesulitan nan semakin sukar ditandingi oleh regu lain akan membuat satu regu mendapatkan nilai nan lebih tinggi.



Pertunjukan Barongsai di Indonesia

Tarian Cina tersebut masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17, yakni saat terjadinya migrasi besar-besaran masyarakat Cina Selatan. Pertunjukan tersebut mengalami masa kejayaan saat masih ada serikat Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia.

Perkembangan tarian ini kemudian mulai terhenti pada tahun 1965, yakni pada saat meletusnya gerakan 30 S/PKI nan pada saat itu sangat menentang berbagai bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia.

Keadaan politik pada saat itu mengharuskan kebudayaan Tionghoa dibungkam sehingga pertunjukan barongsai tak boleh dimainkan lagi dan dimusnahkan buat waktu nan sangat lama.

Lantas pada tahun 1998, terjadi perubahan situasi politik nan memungkinkan tarian barongsai dan jenis kebudayaan Tionghoa lainnya buat bangkit kembali. Sejak saat itulah berbagai kebudayaan Tionghoa bermunculan hingga sekarang pertunjukan barongsai diminati bukan hanya oleh kaum Tionghoa, tapi juga oleh kaum pribumi.

Pada zaman pemerintahan Soeharto, tarian barongsai sempat tak diperbolehkan buat dipertunjukkan sehingga satu-satunya kota nan dapat dijadikan medan pertunjukan barongsai hanyalah kota Semarang, khususnya di anjung besar klenteng Sam Poo Kong nan juga dikenal sebagai Klenteng Gedong batu.

Beberapa serikat barongsai dikumpulkan di loka tersebut pada saat seremoni imlek. Serikat barongsai nan pada saat itu sering diundang ialah Sam Poo Tong dengan seragam putih-jingga-hitam, Hoo Hap Hwee dengan seragam putih-hitam, Djien Gie Tong dengan seragam kuning-merah-hitam, Djien Ho Tong dengan seragam putih-hijau, Hauw Gie Hwee dengan seragam hijau-kuning-hijau, dan Porsigab dengan seragam biru-kuning-biru.

Pertunjukan barongsai harus dibawakan oleh penari nan memiliki keterampilan dan keahlian khusus. Oleh karena itu, diperlukan latihan nan rutin agar para pemainnya memiliki kelihaian dan kemahiran saat menarikan tarian singa itu. Selain itu, banyak pula orang nan berpendapat bahwa penari barongsai dapat saja mengalami kesurupan seperti halnya penari tarian tradisional Indonesia, yakni Kuda Lumping.

Oleh karena itu, banyak pula orang nan menyamakan antara pertunjukan barongsai dri Cina dengan pertunjukan kuda lumping dari Indonesia. Keduanya merupakan tarian tradisional nan terinspirasi oleh para prajurit zaman dahulu nan berperang melawan musuhnya.

Namun, apakah kuda lumping juga memiliki perkembangan nan pesat dan mendunia seperti halnya pertunjukan barongsai? Hal itu mungkin masih menjadi tanda tanya besar bagi para pengamat kebudayaan di Indonesia.



Mengapa Kuda Lumping Tak Dapat Mendunia?

Seni pertunjukkan kuda lumping nan sering diiringi dengan aksi makan kembang dan makan beling ternyata tidak mampu menyaingi seni pertunjukkan barongsai. Hal ini kemungkinan sebab pertunjukkan kuda lumping tak ditata dan diorganisir secara profesional. Gerakan penari kuda lumping nan hanya begitu-begitu saja membuat para penonton bosan.

Saat pertunjukkan makan beling terkadang bukannya membuat penonton bertepuk tangan malahan pandangan ngerilah nan keluar. Ini membuat banyak masyarakat tidak ingin menonton pertunjukkan kuda lumping. Apalagi pertunjukkan ini ditengarai menggunakan jin. Semakin ngerilah masyarakat menontonnya.

Beda dengan barongsai nan dengan atraktif dan kadang lucu membuat para penonton semakin ingin menonton. Decak kagum manakala para pemain mempertontonkan gerakan sulit juga membuat orang semakin penasaran dengan barongsai.



Kemasan

Agar kuda lumping dapat seperti barongsai, maka kemasan pertunjukkan ini harus diubah dan dimodifikasi dengan bentuk pertunjukkan lain. Misalnya, kuda lumping dengan tari piring. Kuda lumping nan diselingi gerakan kungfu atau gerakan pemain pedang. Mungkin dengan adanya model lain dari kuda lumping, masyarakat tertarik menonton seni rakyat tanah Jawa ini. Bila perlu diadakan lomba modernisasi dan modifikasi pertunjukkan kuda lumping tanpa melibatkan dukun dan jin.