Jenis-Jenis Hasil Batuan Metamorf

Jenis-Jenis Hasil Batuan Metamorf

Batu malihan atau batu metamorf merupakan salah satu kelompok besar dari batuan nan dihasilkan dari ubahan atau transformasi dari tipe batuan nan sudah ada sebelumnya, sebab itu disebut metamorf nan berarti perubahan bentuk.

Batuan metamorf merupakan susunan sebagian besar dari kerak bumi. Manusia pun menggolongkannya ke dalam beberapa bagian seperti berdasarkan tekstur dan susunan kimia.

Batu malihan terbentuk di dalam perut bumi dengan suhu nan tinggi. Salah satu loka produksi batuan metamorf ialah di perut gunung nan disebut magma. Kemudian, batuan tersebut akan menjadi batuan padat ketika dibentuk antara magma dan batuan nan mempunyai suhu nan tinggi.

Melalui batuan metamorf atau batu malihan nan tersingkap ke permukaan bumi dan melalui proses erosi serta terjadi pengangkatan inilah, para peneliti mengetahui suhu serta tekanan nan terjadi di dalam permukaan bumi. Ada tiga macam proses pembentukan batuan metamorf.

Pertama, batuan metamorf terbentuk dampak dari peningkatan suhu nan cukup drastis, proses ini disebut sebagai ternik. Selain itu, dampak proses tersebut batuan metamorf disebut dengan batuan malihan kontak. Kedua, batuan malihan terbentuk dampak adanya peningkatan tekanan dan adanya gaya tektonik nan terjadi, batuan ini disebut dengan batuan metamof dinamik.

Di samping itu, proses nan disebut pneumatolitik merupakan pembentukan terakhir dari batuan metamorf atau batu malihan. Proses pneumatolitik terjadi dampak adanya peningkatan suhu nan sangat drastis disertai dengan genre magma nan menyusup ke dalam batuan.



Jenis-Jenis Hasil Batuan Metamorf

Dari proses pembentukannya, batuan metamorf terbagi menjadi beberapa jenis. Berikut ialah jenis atau contoh batuan metamorf berdasarkan proses pembentukannya nan bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

1. Batuan Metamorf Kontak

Pada proses batuan ini, kita akan menjumpai mineral-mineral melalui bahan galian nan dilakukan oleh manusia. Hal tersebut akan ditemukan setelah batuan tersebut mengalami penurunan temperatur nan semakin rendah dampak proses alam atau biasa disebut batolit.

Bahan galian nan bisa dimanfaatkan dampak proses metamorf, antara lain timah nan merupakan salah satu bahan kimia nan tahan akan zat oksidasi sehingga banyak dimanfaatkan buat melapisi logam, cenderamata. Garam timah juga bisa digunakan buat membuat lapisan konduktor listrik nan bagus.

Di samping itu, ada besi, seng, dan tembaga sebagai salah satu bahan-bahan mineral nan sering dimanfaatkan manusia. Ada juga batuan limestone dan calcareous shale sebagai loka berasalnya bahan-bahan mineral seperti seng, tembaga, besi, dan timah.

Selain itu, jenis batuan nan bisa dimanfaatkan dari jenis batuan metamorf kontak ialah marmer. Marmer ialah batuan nan biasa dipakai buat lantai atau dinding pada bangunan.

Marmer murni berwarna putih sebab merupakan batuan nan dihasilkan dari proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping . Marmer di Indonesia sudah ada sekitar 30 sampai 60 juta tahun dan penyebarannya di Indonesia cukup banyak.

Jika dilihat dari penggunaannya, marmer bisa dikategorikan menjadi dua tipe. Pertama tipe staturio, batuan marmer ini bisa kita lihat pada batu nan dipakai dalam seni pahat dan patung sedangkan tipe nan kedua ialah ordinario nan digunakan buat lantai, dinding, meja, dan loka mandi. Harga marmer di Indonesia masih cukup mahal sehingga bisnis marmer sangat menjanjikan.

Di samping itu, kuarsit merupakan batuan tipe ketiga, nan biasa digunakan sebagai bahan bangunan. Batuan ini terbentuk dampak proses nonfoliated dari batu pasir kuarsa murni melalui proses metamorforsis menyebabkan butir kuaras mengeras dan menjadi padat. Batu kuarsit biasanya berwana putih akan tetapi ada juga nan berwarna abu-abu atau rona lain tergantung pada batu pasir tua nan membentuknya.

Batu kuarsit lebih dikenal sebagai batu dimensi dalam komunitas industri konstruksi dan biasa dimanfaatkan buat pelapis dinding, lantai , dan batu hias. Harga batu kuarsit juga mahal sebab memiliki daya tahan nan lama dan memiliki tekstur nan unik.

2. Batuan Metamorf Kinetik

Pembentukan batu malihan ini nan sangat dipengaruhi oleh faktor tekanan nan sangat tinggi dengan proses waktu nan lama dan didukung oleh tenaga endogen. Tekanan dari antagonis arah menyebabkan batu nan dihasilkan menjadi pipih atau ada juga nan mengkristal dampak proses nan sangat lama.

Batuan nan dapat kita temui dampak proses metamorf kinetik ialah batu sabak. Batu sabak ialah batuan metamorf nan terbentuk dari batuan sediman nan memiliki butir halus kemudian berubah sebab tekanan dan suhu nan tinggi. Batu sabak ini dimanfaatkan manusia sebagai salah satu bahan membuat semen dan panel dalam instrumen listrik.

Batu sabak atau biasa disebut slate ini memiliki rona putih keabu-abuan, merah, hijau, hitam, dan ada juga nan berwarna abu-abu tua. Batu sabak ada nan dapat dibelah menjadi lempengan nan lebih tipis.

Batuan ini banyak dimanfaatkan manusia buat lapisan atap pada paving atau walling nan biasanya digunakan buat dekorasi taman. Pada zaman dahulu, masyarakat Indonesia menggunakan batu sabak sebagai alat buat menulis dan pengganti kertas.

Selain batu sabak, batu sekis atau schist nan terbentuk dampak proses metamorf regional ini merupakan batuan nan mengandung lapiasan grafit, mika, dan horndlende . Komposisi ini nan membuat batu sekis memiliki karakteristik bergelombang dan juga kadang ada kristal garnetnya.

Batuan sekis merupakan sumber primer mika, nan biasanya digunakan buat pembuatan kapasitator di industri elektronika dan juga kondensator. Batu jenis ini memiliki rona hitam, ungu, dan hijau.

Di samping itu, batuan filit nan merupakan batuan metamorf dari batuanshale merupakan batuan nan bisa bermetamorfosis menjadi batu slate . Batuan jenis ini memiliki karakteristik butir nan halus sebab terbentuk pada pada tekanan nan tinggi. Batuan ini memiliki rona merah kehijauan dan memiliki struktur mika dan kuarsa, serta mempunyai permukaan nan bergelombang dan memiliki kerutan.

Batuan ini biasa dimanfaatkan sebagai bahan membuat isolator atau isolasi elektrik sebab bahan batuan ini tahan terhadap api, sedangkan pada pemanfaatan bahan bangunan batu filit biasa digunakan sebagai bahan interior atau eksterior buat lantai dan dinding, serta bahan buat atap bangunan.

3. Batuan Metamorf Pneumatolistis Kontak

Batuan jenis ini terbentuk sebab perubahan nan dipengaruhi gas-gas nan berasal dari magma. Batuan jenis ini mengandung unsur mineral sangat tinggi sehingga jenis batuan tersebut banyak dimanfaatkan oleh manusia. Dua jenis batuan metamorf pneumatolistis kontak tersebut ialah batu tourmaline dan gneiss.

Batu tourmaline merupakan batuan nan memiliki unsur mineral seperti besi, magnesium, natrium, litium, dan alumunium. Batuan tourmaline dikategorikan menjadi batu berharga sebab kecantikan dan harga batu jenis ini nan mahal dan sering dijadikan bahan hiasan perhiasan. Kata tourmaline berasal dari dari bahasa Sinhala toramalli nan artinya ialah batu permata Srilangka.

Batu tersebut memiliki rona nan latif sebab batu ini memiliki komposisi nan banyak dan kompleks, yaitu terdiri atas chorme , manganese , vandasium , dan besi . Ada enam jenis batu tourmaline yaitu rona biru nan biasa disebut indicolite atau indigolite , rona merah atau merah muda disebut rubellite nan juga sering disamakan dengan batu mirah, dan rona kuning disebut dengan dravit .

Selain itu, batu nan berwarna hitam disebut schorl . Rona hijau disebut dengan verdelite sedangkan buat nan tak berwarna disebut dengan achroit . Biasanya, masyarakat Cina memadukan batuan ini dengan batu jade atau giok dalam proses pembuatan perhiasan.

Ciri dari batu tourmaline ialah jika digosok maka akan menghasilkan energi magnetik kecil nan bisa menarik pecahan kertas. Selain itu, batu ini juga mempunyai karakteristik jika dipanaskan rona batu bisa berubah-ubah dan akan menjadi suram serta kilauannya menjadi bening seperti kaca.

Di samping itu, batu gneiss atau batu genes merupakan batuan nan terbentuk dari metamorfosis batuan beku dalam suhu dan tekanan sangat tinggi nan di dalamnya terkandung foliasi, rekristalisasi, mika, feldspar , dan amphibole .

Warna batu jenis gneiss ialah putih keabu-abuan dan memiliki karakteristik khas lapisan kuarsa dan feldspar nan berselang-seling dengan lapisan amphibole dan mika. Batuan jenis ini sering dimanfaatkan manusia menjadi bahan membuat asbak, pot bunga, dan patung.

Demikianlah aertikel seputar jenis batu-batuan, salah satunya batu malihan. Semoga bermanfaat.