Efisiensi Pendidikan Melalui Program Akselerasi

Efisiensi Pendidikan Melalui Program Akselerasi

Sebagian besar di antara kita mungkin sudah mengetahui apa itu program akselerasi. Program percepatan ialah program akselerasi sekolah dari segi waktu atau program efisiensi pendidikan. Misalnya, SD nan biasanya ditempuh selama 6 tahun di program percepatan dapat ditempuh hanya dengan 4 tahun. Begitu juga SMP dan SMA, nan normalnya ditempuh dalam waktu 3 tahun dapat ditempuh dalam waktu 2 tahun dengan mengikuti program akselerasi.

Sekilas memang enak. Bayangkan saja, misalnya kita ialah salah satu siswa percepatan dari SD sampai SMA, sudah niscaya waktu nan kita tempuh dari nan seharusnya 12 tahun menjadi 8 tahun. Ekonomis 4 tahun!



Startegi Pembelajaran Melalui Akselerasi

Pendidikan bagi masyarakat Indonesia sangat krusial sekali. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut penduduk global buat mengenyam ilmu setinggi-tingginya agar tak ketinggalan zaman.

Begitu pun dengan masyarakat di Indonesia. Program wjib belajar 9 tahun nan dikeluarkan oleh pemerintah diharapkan bisa mengurangi anak nan putus sekolah.

Pemerintah berupaya buat mengurangi jumlah anak nan putus sekolah melalui berbagai hal. Mulai dari penyediaan fasilitas sekolah sampai sumbangan buku-buku pelajaran. Hal tersebut dilakukan buat mengurangi biaya pendidikan nan sekarang ini sangat mahal.

Apabila seorang anak sudah mau sekolah, maka sistem pembelajarannya juga perlu dibenahi agar menghasilkan anak didik nan pintar dan cerdas.

Dengan banyaknya generasi muda nan pintar dan cerdas, maka bisa membantu mengembangkan negara ini. Hal tersebut tentu saja perlu dukungan dari semua pihak. Mulai dari orang tua, pengajar, sampai masyarakat sekitarnya.

Keberhasilan seorang anak dalam belajarnya, selain dukungan semua pihak, juga dari sistem belajarnya juga. Untuk itu, seorang pengajar harus mengetahui karakter anak didiknya.

Anak nan satu dengan anak nan lainnya berbeda karakternya. Ada nan mudah menerima materi, ada juga anak nan susah menerima materi. Nah, itu menjadi sebuah masalah bagi pengajar, bagaimana menerapkan taktik pembelajaran.

Dalam taktik ini terkandung makna perencanaan. Maksudnya, pada dasarnya taktik masih bersifat konseptual mengenai keputusan nan akan diambil dalam aplikasi pembelajaran.

Secara umum, taktik bisa diartikan sebagai suatu garis-garis besar buat bertindak dalam usaha mencapai target nan telah ditentukan. Dalam global pendidikan, taktik bisa diartikan sebagai perencanaan nan berisi mengenai rangkaian kegiatan nan didesain buat mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa taktik pembelajaran ialah suatu planning atau tindakan (rangkaian kegiatan) nan di dalamnya termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran.

Strategi disusun buat mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan taktik ialah pencapaian tujuan sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas, dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Akan tetapi sebelumnya, perlu dirumuskan suatu tujuan nan jelas nan dapat diukur keberhasilannya.

Namun demikian, banyak juga opini nan berpendapat bahwa program percepatan tak efisien. Ya, kata mereka, program percepatan bukanlah termasuk dalam efisiensi pendidikan.

Opini tersebut berpendapat bahwa, bagaimanapun juga seseorang tak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual, namun juga emosional. Mereka mengatakan bahwa percepatan membuat seseorang cenderung menjadi pribadi nan egois dan kurang matang dalam hal kedewasaan.

Benarkah? Apakah Anda berpendapat seperti itu? Bagaimana bila aku berpendapat lain. Percepatan ialah satu satu efisiensi pendidikan. Salah satunya, waktu dan biaya dapat kita hemat.

Lalu bagaimana dengan kecerdasan emosional? Bukankah hal itu tak termasuk dalam efisiensi pendidikan ? Jawabannya ialah taraf kedewasaan seseorang bukanlah bergantung pada umurnya. Ada ungkapan nan menyatakan bahwa "setiap orang niscaya menjadi tua, tapi belum tentu menjadi dewasa sebab dewasa ialah pilihan".

Ya, sehingga program percepatan bukanlah sebuah program nan menghambat siswa-siswinya buat menjadi dewasa. Bagaimanapun juga menjadi dewasa ialah pilihan, sama seperti pilihan buat menjadi siswa akselerasi. Tidak ada nan memaksa dan tak ada nan melarang. Semuanya bergantung pada diri sendiri.

Bila seseorang sudah konfiden dan dengan sadar ingin menjadi siswa akselerasi, tentu bukanlah sesuatu nan salah bila ia masuk kelas akselerasi. Yang salah ialah bila ada unsur pemaksaan.



Efisiensi Pendidikan Melalui Program Akselerasi

Berdasarkan sedikit uraian di atas, salahkah bila program percepatan dikatakan sebagai program efisiensi pendidikan? Sekali lagi, mengenai masalah kedewasaan dalam berpikir dan kematangan dalam hidup, itu ialah proses dan tak ada hubungannya dengan akselerasi.

Masalah kepribadian anak percepatan nan cenderung egois, itu semua juga tergantung lagi pada diri masing-masing anak. Jangan hanya men- judge sesuatu hiperbola hanya sebab sample nan sangat sedikit dan sample tersebut mungkin tak sinkron di hati.

Mengikuti program percepatan atau tak ialah sebuah pilihan. Sebelum memilih, tentunya segala sesuatu harus dipertimbangkan masak-masak, sehingga bila sudah tercebur di dalamnya tidak akan ada lagi penyesalan.

Akselerasi ialah salah satu program pendidikan nan menghemat waktu belajar, salah satu program efisiensi pendidikan. Mengenai sukses tidaknya program tersebut, hal itu tergantung pada pribadi masing-masing. Nyatanya, banyak sekali jebolan siswa percepatan nan kini menjadi "sesuatu" nan dapat dibanggakan, tak hanya dari segi kemampuan intelektual, namun juga kemampuan emosional dan spiritual.

Kecerdasan, demikian juga bakat, ialah potensi dasar nan dimiliki oleh setiap siswa. Hanya saja kadarnya berbeda antara siswa nan satu dengan nan lainnya. Ia merupakan faktor internal nan sangat berpengaruh terhadap terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Namun, dalam beberapa kasus besarnya kecerdasan dan talenta tak berbanding lurus dengan prestasi belajar siswa. Mengapa demikian? Karena prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.



1. Faktor internal

Faktor internal nan mempengaruhi prestasi belajar selain talenta dan kecerdasan antara lain ialah minat dan motivasi. Ketika keempat faktor ini ada dalam diri seorang peserta didik, maka prestasi belajarnya cenderung akan lebih tinggi.



2. Faktor eksternal

Faktor eksternal, seperti kualitas guru, metode mengajar, lingkungan, fasilitas mengajar, dan lain sebagainya ikut memengaruhi prestasi belajar. Namun, pengaruhnya tidaklah sebesar faktor internal.

Faktor internal dan eksternal ialah dua hal nan sangat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Jadi, buat menghasilkan peserta didik nan berprestasi, seorang pendidik haruslah mampu mensinergikan kedua faktor di atas.

Dalam menentukan prestasi anak, peranan orang tualah nan sangat krusial buat memotivasi anak dalam berprestasi. Orang tua mempunyai keinginan agar anaknya menjadi orang nan berprestasi dan berbakat.

Sejak anak itu di dalam kandungan, seorang ibu selalu menjaga anaknya di dalam kandungan, agar anak nan dilahirkannya kelak sehat. Untuk menjaga agar anak nan dikandungnya tetap sehat, maka seorang ibu selalu berusaha menjaga stamina tubuhnya dengan memakan makanan nan sehat dan bergizi buat dirinya dan anak nan dikandungnya.

Segala macam vitamin, susu, makanan, dan pola hayati diatur sedemikian rupa buat menjaga kandungannya tetap sehat. Begitu pentingnya seorang anak bagi sang ibu.

Setelah anak itu lahir, orang tua melanjutkan menjaga anak tersebut. Segala macam kebutuhan sang bayi dipenuhi. Orang tua mulai mendidik anaknya merangkak, duduk, berjalan, berbicara, sampai anak itu bisa berdikari melakukan semuanya.

Pendidikan tersebut sudah diterima oleh sang anak dari lingkungan keluarganya. Anak mulai berpikir dan bertindak. Pengaruh pendidikan di lingkungan keluarga menjadi satu hal nan bisa membentuk awal kepribadian anak.

Terbentuknya kepribadian anak tersebut akan berkembang seiring dengan pertumbuhannya dan pergaulannya. Akan tetapi, dasar dari pembentukan pribadi anak ialah di lingkungan keluarga.

Anak diajari tentang hayati itu dimulai dari lingkungan keluarganya. Untuk itu, membimbing anak sejak dini oleh orang tua itu sangat krusial dalam membangun dasar kepribadian anak tersebut. Apakah anak tersebut menjadi pendiam, periang, pemarah, atau lain sebagainya.

Ketika anak masuk ke dalam lingkungan nan baru, maka orang tua tetap harus membimbing anak tersebut memasuki lingkungan baru agar anak tak terpengaruh oleh hal-hal nan buruk.

Apalagi zaman sekarang nan semuanya serba instan dan canggih. Hal tersebut bisa memengaruhi prestasi belajar anak dan kepribadian anak tersebut. Untuk itu, supervisi anak oleh orang tuanya memang sangat penting.

Apabila anak seperti itu, maka prestasi belajar dan talenta nan ada di dalam anak tersebut tak akan berkembang. Pertumbuhan anak akan terhambat buat menjadi anak nan cerdas dan berbakat.

Untuk itu, peran orang tua dalam mengawasi anak itu sangat penting. Anak perlu dibimbing dan diarahkan kepada hal-hal nan positif nan bisa mengembangkan prestasi dan bakatnya.

Jadi, efisiensi pendidikan melalui program percepatan tergantung pada kemampuan anak dan dorongan dari orang tuanya. Bukan berarti anak tak bisa berprestasi jika tak mengikuti program akselerasi, tapi melalui program percepatan ini diharapkan bisa membantu efisiensi pendidikan siswa. Semoga bermanfaat.