Peranan Komunikasi dalam Keluarga

Peranan Komunikasi dalam Keluarga

Komunikasi ialah sebuah kata nan sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Majemuk peranan komunikasi telah kita rasakan dalam setiap napas kehidupan di dunia. Dalam menjalin interaksi pertemanan, kelompok, keluarga, dan dalam interaksi dengan kegiatan sosial lainnya. Entah bagaimana jadinya suatu kehidupan jika dalamnya tak terdapat komunikasi.

Komunikasi sendiri memiliki makna bertukar informasi atau usaha menjalin interaksi antara individu nan satu dengan individu lain dalam satu lingkup sosial atau lebih. Bertukar informasi dalam hal ini biasa diartikan sebagai upaya penyampaian sesuatu pesan atau hal lain nan bermakna dari si pemberi pesan kepada si penerima pesan.

Komunikasi nan baik bisa terjalin jika pesan nan hendak disampaikan si pengirim, dalam hal ini pemberi informasi, bisa diterima dan dipahami sepenuhnya oleh si penerima pesan atau informasi tersebut. Jadi, dalam kegiatan berkomunikasi, sebaiknya pesan atau informasi nan ingin disampaikan harus dikemas sebaik mungkin agar tak ada pesan nan ‘kabur’.



Peranan Komunikasi - Komunikasi dalam Budaya dan Keluarga

Peranan komunikasi dapat kita pelajari dari sebuah acuan hayati nan melahirkan pola komunikasi dalam keluarga nan berlatar belakabg budaya. Tanpa sadar cara-cara kita berkomunikasi dipengaruhi oleh budaya nan kita anut. Sistem nilai nan ada dalam budaya inilah nan menjadi acuan kita ketika berkomunikasi dengan orang lain. Adalah sebuah budaya nan dianut oleh keluarga-keluarga di desa Seginim, kabupaten Bengkulu Selatan, provinsi Bengkulu, nan juga menjadi acuan dalam berkomunikasi dalam keluarga di sana. Budaya nan membentuk pola komunikasi ini disebut dengan budaya Belagham.

Melalui komunikasi anggaran hayati nan terdapat dalam budaya Belagham bisa disampaikan dan diterapkan kepada generasi penerus. Budaya Belagham masih diterapkan di desa Seginim. Mengingat di desa tersebut masyarakatnya masih orisinil suku Serawai, bila dibandingkan dengan masyarakat nan bermukim di ibukota kabupaten.

Proses komunikasi budaya Belagham dilakukan melalui dua arah dari orang tua kepada anak, dan umpan balik nan telah diberikan orang tua pada anak. Demikian juga halnya dengan anggota masyarakat, sebab budaya Belagham tak hanya diterapkan dalam keluarga, tetapi keluarga juga diterapkan melalui hubungan dengan masyarakat. Hal ini dilakukan mengingat adanya penekanan budaya nan bersifat normatif, yaitu kebudayaan dianggap sebagai cara dan anggaran hayati manusia, seperti cita-cita, nilai, dan tingkah laku, serta memandang Belagham sebagai tradisi budaya nan harus terus dipelihara.

Belagham di suku Serawai terdapat beberapa aspek nan berhubungan dengan kegiatan komunikasi. Di dalamnya terkandung anggaran kehidupan melalui cerita, ungkapan-ungkapan atau peribahasa, serta seperangkat anggaran sapaan dalam kehidupan masyarakat suku Serawai sehari-hari. Anggaran kehidupan tersebut juga berfungsi sebagai media komunikasi dalam menerapkan budaya Belagham pada anak khususnya dan masyarakat pada umumnya. Cerita berupa cerita rakyat, maupun cerita berdasarkan pengalaman hayati seseorang nan dapat menjadi panutan atau contoh.



Peranan Komunikasi dalam Komunikasi Budaya

Peranan komunikasi sangat krusial dalam sebuah budaya, seperti nan dicontohkan pada budaya Belagham di atas. Di sini kita dapat lihat betapa pentingnya sebuah nilai dalam budaya Belagham ini dalam menjalankan peranan komunikasi dengan anggota keluarga.

Komunikasi budaya Belagham dilakukan melalui dua arah dari orang tua kepada anak, dan umpan balik dari anak kepada orang tuanya. Hal ini dilakukan mengingat adanya penekanan budaya nan bersifat normatif, yaitu kebudayaan dianggap sebagai cara dan anggaran hayati manusia, seperti cita-cita, nilai, dan tingkah laku, serta memandang Belagham sebagai warisan tradisi nan harus terus dipelihara.

Seperangkat anggaran hayati dalam Belagham berupa penggunaan Tutughan (sapaan) ketika berbicara dengan orang lain dan keluarga, media komunikasi berupa Andai-andai (dongeng) , Memuningan (istilah) , Rejung dan Rimbaian (ungkapan isi hati) , Jeghum (mengundang) menjelang pernikahan. Dalam Belagham juga terdapat anggaran berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal, berupa anggaran Silak-Ragu, nan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tak langsung, baik secara verbal maupun nonverbal dengan anggota keluarga dan masyarakat.

Keluarga-keluarga di Desa Seginim nan menganut budaya Belagham ini, memiliki cerita-cerita nan termasuk kategori dongeng. Cerita ini biasanya sering diceritan pada anak-anaknya nan masih kecil atau menjelang remaja. Cerita ini diterapkan dalam rangka mendidik anak-anaknya. Hal ini dilakukan sebab masyarakat Serawai sudah turun-temurun bila berkomunikasi dengan anak-anak mereka tak melalui bahasa langsung, menurut mereka melalui cerita, pesan nan akan mereka sampaikan lebih cepat diterima dan dipahami oleh anak-anak mereka.

Cerita Andai-andai (dongeng) ini biasanya dikuasai oleh ibu. Ibu nan lebih sering bercerita dengan anak-anaknya di rumah dibanding bapak. Bapaknya lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja di sawah dan kebun. Tetapi bukan berarti bapaknya tak pernah bercerita dengan anaknya. Biasanya bapak bercerita dengan anak-anaknya seputar masalah keterampilan dan pekerjaan buat anak laki-laki, tetapi dengan anak perempuan nan masih kecil bapak suka bercerita seperti ibunya. Kalau anak perempuannya beranjak remaja atau dewasa, bapak tak banyak bercerita lagi dengannya.

Meski mereka saling bertukar cerita baik dengan bahasa langsung atau tak langsung, dalam memberikan pengandaian masalah nan mereka hadapi, atau tanggapan terhadap sebuah cerita anak atau orang tuanya mereka menggunakan Andai-andai dan Memuningan (istilah). Memuningan biasanya sebagai tambahan ketika memberitahukan anak-anaknya perihal apa saja nan baik dilakukan dan apa saja nan tak baik dilakukan. Hanya saja, Andai-andai terdengar lebih halus dari pada Memuningan. Karena Memuningan terkesan lebih mengena bila anak-anaknya melakukan kesalahan, dengan mengatakan satu kalimat saja.



Peranan Komunikasi dalam Keluarga

Apa nan diuraikan mengenai budaya Belagham nan menjadi acuan atau tata cara dalam menjalankan peranan komunikasi dalam keluarga di Desa Seginim tersebut, hanya sebagian kecil saja. Masih banyak pola komunikasi lainnya nan menunjang peranan komunikasi dalam sebuah keluarga. Bahwa setiap keluarga memiliki pola dan anggaran komunikasi nan berbeda-beda.

Tidak dapat dipungkiri, selain materi, unsur lain nan mampu menciptakan suasana serasi dalam sebuah keluarga ialah komunikasi. Kehadiran komunikasi memberikan pengaruh nan sangat kuat dalam menciptakan suasana aman dalam keluarga. Bagaimana tidak? Setiap masalah nan mungkin muncul dalam sebuah keluarga bisa diselesaikan dengan cara berkomunikasi.

Setidaknya, terdapat dua peranan komunikasi nan mampu menciptakan sebuah keharmonisan dalam keluarga.



Peran Komunikasi Bagi Suami dan Istri

Sering kita mendengar, bahkan menyaksikan sendiri, sepasang suami istri nan akhirnya bercerai sebab tak mampu memecahkan permasalahan nan dihadapi dalam keluarga. Seorang istri menuntut cerai suami sebab dirasa tak mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Demikian halnya dengan suami nan mengajukan hal serupa sebab menilai sang istri tak cukup mampu membahagiakannya.

Sebenarnya, permasalahan-permasalahan semacam ini tak akan terjadi jika di antara kedua pihak tersebut terdapat sebuah komunikasi nan baik. Berbagai keluhan istri kepada suami ataupun sebaliknya bisa dicari pemecahan dan solusi terbaiknya dengan berkomunikasi. Caranya?

Utarakan setiap masalah nan tengah dihadapi dengan baik-baik kepada masing-masing pihak. Tidak usah sungkan, apalagi cukup dengan diam. Toh, tak ada satu masalah pun nan akan terpecahkan jika kita hanya diam dan memendamnya sendiri. Dengan berkomunikasi, berbagai masalah nan tengah dihadapi pun dapat terpecahkan.



Peran Komunikasi Bagi Orang Tua dan Anak

Seperti halnya komunikasi suami dan istri, komunikasi orang tua dengan anak pun harus terjalin dengan baik. Jangan mentang-mentang Anda ialah orang tua, lantas dapat seenaknya mengatur sang anak. Seorang anak tentu memiliki keinginan dan cita-citanya sendiri. Cobalah pahami keinginannya dan jangan memaksa anak Anda buat menjadi orang lain atau bukan dirinya sendiri.

Saat ini, banyak kita temui anak-anak nan depresi dan mengalami tekanan hayati ketika terpaksa harus menuruti keinginan orang tuanya. Anak-anak menjadi broken home dan tersandung berbagai masalah lain sebab merasa tak mampu mewujudkan keinginan orang tua. Anda sebagai orang tua tentu tak menginginkan hal semacam itu, bukan?

Untuk itu, lakukanlah komunikasi dengan anak Anda. Misalnya, berkomunikasi mengenai minat dan keinginannya. Orang tua hanya perlu membimbing dan mengawasai sang anak tanpa perlu mencampuri urusannya lebih dalam. Dengan demikian, sang anak akan merasa dirinya dihargai.

Biasakanlah berkomunikasi dalam keluarga, jangan sampai ada sesuatu nan terkesan ditutup-tutupi. Komunikasi dalam keluarga merupakan salah satu kunci buat membangun keluarga nan harmonis.