Hati-Hati dengan Istidraj

Hati-Hati dengan Istidraj

Mungkinkah seseorang menggunakan tenaga dalam dengan mengambil nama-nama Allah dalam Asmaul Husna? Jika mungkin, benarkah tindakan ini tak termasuk syirik? Jangan-jangan, tenaga dalam Asmaul Husna sama dengan tenaga dalam dengan ilmu hitam.

Untuk mempelajarinya, kita perlu memperhatikan konsep bahwa alam semesta ini tak lebih daripada sekadar kumpulan energi nan dihidupkan oleh asma Allah.



Keadaan Alam Semesta

Dalam kitab Tawasin karya Husain bin Mansur Al-Hallaj, dijelaskan bahwa sebelum ada segala sesuatu di alam semesta, Tuhan telah menciptakan Nur Muhammad. Hakikatnya, Nur Muhammad bukanlah bentuk tubuh Nabi, tetapi ruh nan sifatnya kekal abadi nan mampu menampung alam semesta atau dalam bahasa Ibnu Arabi tentang penciptaan Adam, menjadi "segel alam semesta".

Oleh sebab keberadaan Nur Muhammad inilah alam semesta bernafas. Hal ini didasarkan hadis Nabi, "aku sudah menjadi nabi sebelum Adam" sedangkan ada hadis lain nan berbunyi, "terdapat seratus ribu Adam" , nan artinya ada perputaran waktu di global ini.

Bahkan, jika dipikirkan lebih jauh, alam semesta nan kita lihat sekarang, nan terjebak dalam ruang dan waktu, sebenarnya "tidak ada" sebab alam semesta tercipta sekaligus dihancurkan dalam setiap saat, seperti firman Allah " Semua nan ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya.Setiap waktu Dia dalam kesibukan" (Q.S. 55:29).

Dengan demikian, kita nan mempelajari bahwa detik lebih sedikit daripada menit dan sebagainya, sebenarnya terjebak dalam waktu dan salah. Yang benar, hayati kita nan mungkin 70 tahunan, tidak lebih daripada sekadar satu detik nan berulang terus-menerus.

Dari konsep-konsep di atas, sebenarnya kita dapat mengacu pada keberadaan alam semesta nan sebenarnya palsu. Yang orisinil ialah hakikat keberadaan Allah. Nah, Asmaul Husna ialah nama-nama nan memungkinkan alam semesta hidup.

Misalnya, Nama Ar-Rohim (Yang Mahapenyayang) menimbulkan alam semesta nan satu sama lain saling membutuhkan. Ketika nama tersebut hilang, maka nan terjadi ialah chaos atau kerusakan, keadaan nan tak terpelihara.



Syirikkah?

Berkaitan dengan tenaga dalam dengan mengambil Asmaul Husna, sebenarnya tak terlalu berbeda dengan orang-orang nan berdoa dengan mengucap Asmaul Husna buat meminta pertolongan. Permasalahannya, seberapa jauh kita dapat mengendalikan kesyirikan kita.

Biasanya, orang nan berdoa cenderung syirik dengan menganggap doa-doa eksklusif dapat mustajab. Padahal, hakikatnya, kita tetap saja sebagai pihak nan meminta tolong dan Allah nan menolong. Jika permintaan tolong kita dikabulkan, hal tersebut tidak lebih daripada sekadar afeksi Allah.

Demikian pula dengan tenaga dalam. Kita diibaratkan hanya "meminjam" kekuatan Allah. Jangan sampai dengan pinjaman tersebut kita malah berkeyakinan bahwa kekuatan pinjaman itu ialah kekuatan kita sendiri, nan berarti mengingkari kekuasaan Allah.



Hati-Hati dengan Istidraj

Setelah kita membahas bahwa tenaga dalam asmaul husna bukanlah syirik, tapi krusial buat diwaspadai ialah timbulnya istidraj . Istidraj ialah sesuatu kelebihan nan diberi Allah, seolah-olah mengandung keridhaan-Nya namun didalam kelebihan tersebut ada murka Allah. Maksudnya, meski terlihat seperti nikmat, tapi didalamnya ada kebencian Allah.

Dalil nan menjelaskan ini adalah, sabda Rasulullah Saw. "Apabila kamu melihat bahwa Allah swt. memberikan nikmat kepada hambanya nan selalu membuat maksiat (durhaka), ketahuilah bahawa orang itu telah diistidrajkan oleh Allah SWT" .

Penulis sekali lagi tak menyatakan syirik meraih tenaga dalam dengan zikir asmaul husna, tapi penulis mengkhawatirkan jika sampai pada tingkat istidraj. Jika sudah berada pada posisi ini akan membuat kita lupa akan Allah. Terlebih lagi, bila kita merasa arogan dengan kekuatan nan dimiliki.

Pasalnya, tidak sedikit orang nan sibuk berzikir dengan asmaul husna agar mendapatkan kekuatan tersebut meski tidak melaksanakan ibadah lainnya. Nah, di sinilah letak kesalahannya. Ia merasa zikir nan diucapkannya tersembut benar-benar diterima oleh Allah sehingga diberi kelebihan dalam hal tenaga dalam.

Padahal dapat jadi itu ialah ‘tipu-daya’ Allah. Lantas kenapa Allah memberikan hal tersebut kepadanya? Ini diberikan Allah sebagai tanda murka Allah kepadanya. Allah marah kepadanya sebab menjadikan kekuatannya tersebut buat kesombongannya. Umumnya orang nan memiliki tenaga dalam ialah orang nan suka menyombongkan dirinya. Merasa dirinya lebih dari orang lain.

Jika boleh dianalogikan, mereka nan memiliki tenaga dalam tidak jauh berbeda dengan Qorun nan diberi Allah harta nan melimpah. Ia membanggakan hartanya. Ia lupa buat bersyukur kepada pemilik harta. Lihatlah orang nan memiliki tenaga dalam, ia selalu membanggakan tenaga dalamnya. Tapi cobalah tanya kepadanya, apakah ia sudah bersyukur kepada Zat nan memberikannya tenaga dalam nan tidak dimiliki oleh banyak orang?

Maka dari itu, penulis tak mengklaim tenaga dalam dengan asmaul husna sebagai perbuatan syirik, tapi penulis mengkhawatirkan mereka nan memiliki tenaga dalam tidak mensyukuri nikmat nan diberikan Allah. Artinya, silahkan menggunakan asmaul husna sebagai zikir buat mendapatkan tenaga dalam, tapi janganlah buat dipamerkan kepada orang lain dan melupakan pemberi tenaga dalam.

Ingat, istidraj selalu dihadirkan Allah kepada hamba nan tak mau beribadah dan bersyukur kepadanya. Lebih baik berzikirlah semata-mata sebab Allah, sekalipun nantinya diberi Allah anugerah tenaga dalam maka bersyukurlah kepada-Nya dan jangan pernah buat mempamerkan tenaga dalam nan dimiliki.

Gunakanlah tenaga dalam tersebut buat hal-hal nan baik. Misalnya, saat Anda mencegah kemungkaran. Melihat adanya kemungkaran di sekitar lingkungan Anda, lalu merasa konfiden dapat mengatasinya dengan tenaga dalam nan dimiliki, maka tidak ada masalah buat menggunakannya.

Namun dalam mengatasi kemungkaran, janganlah langsung menggunakan tenaga dalam nan dimiliki. Penulis menyarankan terlebih dahulu melapor kepada pihak nan berwajib. Jika memang tak ada respon, maka Anda nan memiliki tenaga dalam nan bersumber dari hasil zikir asmaul husna boleh mencegahnya dengan kemampuan tenaga dalam nan dimiliki.

Sekali lagi, penulis mengingatkan bahwa tenaga dalam nan dimiliki bukan buat dipamerkan kepada orang lain. Tapi gunakanlah buat mencegah kemungkaran nan memang tak ada tanggapan dari pihak nan berwajib. Karena tugas mencegah kemungkaran ialah tugas semua umat Islam.

Namun bila tidak memiliki kekuatan dalam mencegah kemungkaran, maka gunakanlah hati dan doa sebagai senjata buat memusnahkan kemungkaran tersebut. Karena perintah mencegah kemungkaran dilakukan dengan tangan jika memiliki kekuasaan. Jika tak memiliki kekuasaan, lalukanlah dengan lisan dengan cara mengingatkan dan menasehati. Jika tak dapat dilakukan dengan tangan dan lisan, maka gunakanlah hati dengan membenci kemungkaran tersebut dan berdoa kepada Allah semoga dihancurkan kemungkaran tersebut.



Adakah Dalil tentang Bolehnya Memiliki Tenaga Dalam?

Dalil nan seecara konkrit nan menunjukkan bahwa tenaga dalam boleh dimiliki tentu saja tak ada. Tapi dari pemahaman terhadap ayat nan menunjukkan bahwa tenaga dalam boleh dimiliki ada. Meski penafsiran terhadap ayat tersebut tetap saja menjadi disparitas pendapat di kalangan ulama.

Adapun ayat nan dijadikan dalil oleh kelompok nan menyetujui tenaga dalam ialah firman Allah Swt. "Dan Dia telah menundukkan untukmu apa nan ada di langit dan apa nan ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada nan demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekusaan Allah) bagi kaum nan berfikir". (QS. Al-Jatsyiyah: 13)

Mereka memahami bahwa Allah memang menyediakan apa nan diciptakannya di langit dan di bumi semuanya buat manusia. Maka dengan banyak berzikir kepada Allah dengan menggunakan asmaul husna akan dapat menundukkan malaikat, jin, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

Sehingga, tenaga dalam nan mereka miliki bukan tak mungkin berkat donasi jin. Semua itu berawal dari zikir asmaul husna nan dibaca setiap hari. Untuk lebih membuat Anda yakin, tanyalah kepada mereka nan memiliki tenaga dalam hasil dari zikir harian mereka nan mengandung nama-nama Allah nan mulia.

Namun bagi sebagian orang dan keumuman para ulama, bahwa Allah menundukkan apa nan ada di langit dan di bumi bukanlah berkaitan dengan kemampuan kita dapat berkolaborasi dengan mahluk-mahluk lain sehingga memiliki tenaga nan berbeda dengan nan lainnya.

Tapi maksud ayat tersebut adalah, bahwa Allah menyediakan bekal hayati buat manusia. Dari langit, Allah turunkan hujan. Sedangkan dari bumi, Allah tumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Sehingga nan dimaksud bukanlah kemampuan manusia dapat menundukkan malaikat, jin, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Namanya penafsiran tentu saja tak dapat dipastikan mana nan benar. Semua tergantung kita nan memikirkannya. Namun bagi penulis sendiri, hendaklah kita memahami ayat dengan apa sederhana. Karena memang manusia tidak memiliki kemampuan buat dapat memerintah mahluk nan lain.

Jika ingin berzikir, zikirlah sebab Allah, bukan sebab ingin mendapatkan tenaga dalam. Jauhkan diri kita dari hal-hal nan dapat menuntun kita ke arah kesombongan. Pasalnya Allah tak menyukai hamba nan sombong.

Inilah artikel sederhana tentang tenaga dalam asmaul husna . Semoga bermanfaat buat sobat Ahira.