Tahap Kongkret

Tahap Kongkret

Sebagai anak-anak, kita semua memahami global ini hanya setelah melewati termin tertentu. Misalnya, seorang anak dua atau tiga tahun tak memiliki cukup kecerdasan buat memahami global ini.

Selama termin pengembangan, pikiran anak dan wilayaj fakultatif lainnya dan ciri-ciri, seperti Intelligence Quotient (IQ), Emotional Intelligence (EI), kematangan, dll, perlu mengembangkan bentuk selama bertahun-tahun.

Jean Piaget (9 Agustus 1896 - 16 September 1980) - seorang psikolog Swiss dan nama dihormati dalam bidang studi epistemologis dengan anak-anak, tengah dikenal sebab teori perkembangan kognitif nan akan menjelaskan termin tahap perkembangan itu.

Sebagai orang nan melahirkan anaknya, seorang ibu tentunya dekat dan sering mengamati perkembangan bayinya nan bahagia memasukkan segala barang nan ada didekatnya ke dalam mulutnya. Ternyata, gerakan ini merupakan salah satu bentuk kemampuan kognitif anak dalam mengenali dan mempelajari lingkungannya. Itulah salah satu teori Piaget tentang faktor kognitif.

Jean Piaget merupakan salah seorang pakar nan banyak mengamati perkembangan kecerdasan manusia, khususnya pada masa anak-anak. Teori Piaget tentang perkembangan kognitif bahkan menjadi surat keterangan di global psikologi dan pendidikan.

Dengan mempelajari teori ini para orang tua juga bisa mengamati dan mengevaluasi tumbuh bunga anak agar bisa berkembang secara optimal.

Pada tahun 1920, Piaget bekerja di Binet Institute di mana ia harus mengembangkan Tes Intelijensia Inggris versi Perancis. Dia tertarik dengan jawaban nan salah nan diberikan oleh anak-anak buat pertanyaan nan terkait dengan penalaran logis.

Dia menyimpulkan bahwa anak-anak tak kurang cerdas daripada orang dewasa, melainkan cara mereka berpikir, penalaran, dan menafsirkan global benar-benar berbeda.

Dengan meningkatnya minat pada anak anak menyebabkan Piaget buat belajar cara-cara di mana anak-anak mengembangkan pengetahuan dirinya. Berdasarkan tahun penelitian dan studi itulah, Piaget lantas membawa dengan apa nan dikenal sebagai "teori perkembangan kognitif." Sebagai bagian dari penelitiannya, ia mengamati dan mempelajari sendiri tiga anak nan menjadi subjek penelitian dengan beberapa konsep kunci. Diantaranya :

  1. Konsep Skema Skema bisa didefinisikan sebagai unit pengetahuan, masing-masing mewakili suatu aktivitas tertentu, atau sesuatu. Bayi dilahirkan dengan beberapa skema nan melekat, seperti mengisap skema, menggenggam skema, dll datang secara alami kepada mereka. Ketika mereka tumbuh, dan skema tersebut dimodifikasi, diuraikan, atau diganti, dan secara bertahap, skema banyak lagi nan ditambahkan. Konsep skema ialah krusial buat memahami teori Piaget perkembangan kognitif.
  2. Konsep Asimilasi Asimilasi ialah proses menempatkan informasi baru ke dalam skema nan sudah ada. Katakanlah, seorang anak memiliki skema buat melihat anjing tertentu. Tapi kemudian, dia lantas melihat adanya anjing dari jenis nan berbeda dengan beberapa fitur khas nan berbeda. Informasi baru harus ditambahkan ke skema nan ada tentang anjing. Oleh sebab itu, skema tersebut dimodifikasi oleh proses asimilasi.
  3. Konsep Akomodasi Akomodasi ialah proses penambahan skema baru, seperti skema nan sudah ditetapkan tak bekerja. Katakanlah, seorang anak telah membentuk skema buat anjing, dan kemudian, ia melihat seekor kucing. Pikirannya akan menambahkan skema baru buat kucing sebagai skema nan ada buat anjing tak cocok dengan pelukisan kucing.
  4. Konsep Kestimbangan Kesetimbangan ialah keadaan ketika skema anak dengan mudah bisa menerima informasi baru melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan kata lain, anak-anak bisa dengan mudah mengubah sebuah informasi nan memasuki otak mereka sehingga memenuhi dengan pikiran mereka ada.
    Secara umum, Piaget membagi teori tentang perkembangan kognitif dalam beberapa tahapan, yaitu :


Tahap Sensorik-Motorik

Tahap ini terjadi saat anak berumur 0 hingga 2 tahun nan ditandai dengan berbagai bentuk gerakan nan bersifat motorik. Pada termin ini, anak melakukan proses belajar mengenal dan menyerap berbagai informasi nan masuk melalui indra penglihatannya, pendengaran, dan alat pengecapnya.
Kalau Anda perhatikan, pada termin ini berbagai indra anak tersebut terbilang sangat peka dan anak akan cepat dalam meresponnya. Karena itulah, seperti telah diuraikan sebelumnya, buat mengenal sesuatu, anak cenderung buat meraih berbagai benda nan ada di dekatnya buat dimasukkan ke dalam mulutnya.
Kegiatan motorik ini merupakan kemampuan kognitif anak dengan mengenal berbagai hal melalui saraf sensorik, yaitu dengaan cara merasakannya melalui indra pengecap mulutnya.

Piaget membagi dalam Sub Tahap

  1. Sub-1 (0-1 bulan) Refleks: Dari kelahiran itu sendiri, bayi telah mewarisi refleks, dan mereka mulai membangun pemahaman dan memahami hal. Seorang anak menggunakan skema bawaan nya saja, seperti mengisap, menggenggam, gerakan mata, pencerahan buat suara, dll
  2. Sub-tahap 2 (1-4 bulan) Tindakan Edaran Primer: Anak mengulangi tindakan pada tubuhnya sendiri berulang kali. Ambil contoh mengisap ibu jari nan anak bisa menemukan menyenangkan dan akan terus melakukannya. Anak juga mencoba buat memperbaiki refleks ini, membentuk versi lebih kompleks dari mereka.
  3. Sub-3 (4-8 bulan) Tindakan Edaran Sekunder: Fokus anak bergeser ke lingkungannya. Ada taraf niat dalam tindakannya. Namun, anak tak konfiden tentang konsekuensi dari tindakan.
  4. Sub-4 (8-12 bulan) Koordinasi Reaksi Edaran Sekunder: Pada termin ini, tindakan mereka menjadi berorientasi pada tujuan. Misalnya, mereka ingin menendang bola buat memukul mainan tertentu. Obyek permanen juga diperoleh pada termin ini.
  5. Sub-5 (12-18 bulan) Reaksi Edaran Tersier: Pada termin ini, anak-anak lebih petualang. Dengan meningkatnya mobilitas, mereka ingin menjelajahi berbagai tindakan baru dan bereksperimen dengan hal-hal. Mereka mencoba buat belajar hal-hal dengan cara trial and error.
  6. Sub-6 (18-24 bulan) Simbolis / Mental Representasi: Pada termin ini, anak mulai mengembangkan simbol buat mewakili berbagai objek dan peristiwa. Mereka mulai memahami global melalui pikiran mereka bukan melalui tindakan.


Tahap Praoperasional

Pada termin nan dilalui saat anak berumut 2 hingga 7 tahun ini, kemampuan kognitif anak masih bersifat transduktif. Menurut Piaget, anak cederung masih berpikir secara general dan belum mengenal pola berpikir induktif maupun deduktif. Pada masa umur ini anak belum dapat membedakan antara ayah dengan laki-laki dewasa lainnya nan ada di sekitarnya.
Kasus penculikan anak-anak nan terjadi pada anak usia ini juga lebih disebabkan anak belum mampu membedakan antara orang tua kandung, orang dewasa nan berniat baik, maupun orang asing nan berniat menculiknya. Karena itulah orang tua perlu berhati-hati dalam mengawasi dan menjaga perkembangan anak-anaknya.



Tahap Kongkret

Pada termin ini dilalui saat anak berumur 7 hingga 11 tahun. Pada masa ini, kemampuan kognitif anak sudah berkembang lebih kongkret, lebih koheren, dan lebih logis. Kecerdasan anak juga lebih berkembang nan ditandai dengan imajinasinya nan meningkat. Kontemporer seorang anak sudah mulai dapat memecahkan suatu masalah dengan kemampuannya.



Tahap Operasional

Tahap operasional dilalui saat anak berumur 11 hingga 15 tahun. Pada termin ini, seorang anak sudah mampu berpikir dengan pola abstraksi dimana anak bisa membuat konklusi terhadap pengetahuan atau informasi nan diperolehnya.
Kemampuan kognitif ini bahkan berkembang cukup pesat dengan memposisikan dirinya seperti layaknya orang dewasa nan perlu mendapatkan kepercayaan buat memecahkan suatu masalah.