Inflasi dan Perkembangan Negara

Inflasi dan Perkembangan Negara

Inflasi ialah kenaikan harga barang-barang secara simultan atau terus- menerus dalam periode tertentu. Inflasi disebabkan sebab tiga hal, yaitu permintaan terhadap barang tersebut naik sedangkan barang nan dicari langka, kenaikan harga produksi, dan kenaikan harga produksi ditambah dengan kenaikan permintaan. Pengaruh inflasi terhadap perkembangan perekonomian tentunya ada. Apa pengaruhnya?



Pengaruh Inflasi Terhadap Perekonomian

Beberapa pengaruh inflasi terhadap perkembangan perekonomian, ialah sebagai berikut.

  1. Investasi bertambah dan “hawa” produksi berkurang

Pada saat inflasi, pemerintah sengaja membuat kebijakan, yaitu menaikkan taraf suku kembang bank dengan tujuan banyak orang nan akan menabung, sehingga uang nan beredar di masyarakat akan berkurang.

Di satu sisi, hal tersebut memang dapat mengatasi masalah, yaitu berkurangnya uang nan beredar di masyarakat, artinya akan menekan laju inflasi. Namun di sisi lain, orang akan lebih banyak berinvestasi berupa deposito daripada bekerja. Buat apa susah-susah membuka usaha, toh hanya dengan menyimpan uang di bank saja sudah untung sebab kembang nan ditawarkan oleh bank sangat besar.

  1. Tidak ada gairah usaha

Inflasi mengakibatkan tak ada gairah usaha di kalangan masyarakat. Mereka sudah trauma dengan adanya inflasi nan memporak-porandakan perekonomian negara. Mereka takut berspekulasi bila membuka usaha, lalu rugi. Tentu tak ada satu pun pengusaha nan bercita-cita agar usahanya bangkrut.

  1. Pengangguran meningkat

Inflasi menyebabkan sebagian besar perusahaan baik besar maupun kecil pailit. Akibatnya, tentu saja para pekerja atau karyawan terkena PHK. Mereka menjadi pengangguran sebab inflasi.

  1. Gangguan psikologis

Inflasi menyebabkan gangguan psikologis. Seorang pengusaha nan tiba-tiba bangkrut dapat mengalami depresi akut dan itu semua disebabkan sebab inflasi.



Prospek UKM di Tengah Inflasi

Saat banyak perusahaan besar nan “lumpuh” dampak inflasi, ternyata perusahaan kecil atau nan selama ini lebih dikenal dengan nama UKM (Usaha Kecil Menengah) malah berjaya. UKM, tak menggantungkan modalnya pada bank.

Umumnya mereka memakai kapital dari uang pribadi. Saat inflasi tiba, mereka tak memiliki kewajiban buat mengembalikan utang nan sudah berubah menjadi tinggi sebab kembang nan tinggi. UKM, tak lumpuh seperti perusahaan-perusahaan lainnya.

Bila ditelisik, prospek UKM memang menjanjikan, paling tak UKM tak dapat dipandang sebelah mata lagi oleh para pemilik kapital besar. Nyatanya. pada saat inflasi UKM-lah nan melangkah maju tanpa ikut terpengaruh buat jatuh. Seyogyanya UKM memang mendapatkan perhatian lebih agar keberadaannya lebih diakui dan mungkin dapat dijadikan “soko guru” buat menopang perekonomian Indonesia.



Inflasi dan Perkembangan Negara

Tidak bisa dipungkiri bahwa inflasi memang menyebabkan kestabilan perekonomian suatu negara menjadi goyah, bahkan runtuh. Namun, selalu ada kesempatan di balik kesempitan. Memang, saat inflasi hampir semua perusahaan besar merasakan akibatnya, bahkan tidak sporadis banyak di antara mereka nan bangkrut. Namun, coba tengok, ternyata ada juga perusahaan berskala kecil nan tetap bertahan di tengah badai inflasi. Dan ia ialah UKM.



Empat Jenis Inflasi Mayor

1. Inflasi Demand-Pull Jenis inflasi terjadi ketika permintaan total buat barang dan jasa dalam suatu perekonomian melebihi pasokan nan sama. Ketika pasokan kurang, harga-harga barang dan jasa akan meningkat, nan mengarah ke situasi nan disebut inflasi demand-pull. Jenis inflasi mempengaruhi ekonomi pasar negatif selama masa perang tersebut. Misalnya, jika bermain nan dipentaskan dan menjadi populer, biaya tiket buat pertunjukan berikutnya akan meningkat.

2. Inflasi Cost-Push Seperti namanya, jika ada kenaikan biaya produksi barang dan jasa, ada kemungkinan akan kenaikan kuat dalam harga barang jadi dan jasa. Misalnya, kenaikan upah buruh akan menaikkan biaya per-unit produksi dan ini akan mengakibatkan kenaikan harga buat produk-produk terkait. Jenis inflasi mungkin atau tak mungkin terjadi dalam hubungannya dengan demand-pull inflasi.

3. Inflasi Pricing Power inflasi ini lebih sering disebut inflasi administered price. Jenis inflasi terjadi ketika rumah bisnis dan industri memutuskan buat meningkatkan harga barang dan jasa masing-masing buat meningkatkan margin laba mereka. Harga inflasi tak terjadi pada saat krisis keuangan dan depresi ekonomi atau ketika ada penurunan dalam perekonomian. Jenis inflasi juga disebut inflasi oligopolistik sebab oligopoli memiliki kekuatan penetapan harga barang dan jasa pada taraf apapun nan mereka inginkan.

4. Inflasi Sektoral Ini ialah jenis keempat inflasi utama. Inflasi sektoral terjadi ketika ada kenaikan harga barang dan jasa nan diproduksi oleh suatu sektor eksklusif industri. Misalnya, kenaikan biaya minyak mentah secara langsung akan mempengaruhi semua sektor lain, nan secara langsung berhubungan dengan industri minyak. Dengan demikian, harga nan terus meningkat bahan bakar telah menjadi isu krusial terkait dengan perekonomian di seluruh dunia.

Ambil contoh dari industri penerbangan. Ketika harga minyak meningkat, ongkos tiket juga naik. Hal ini menyebabkan inflasi luas di seluruh ekonomi, meskipun itu berasal dari satu sektor basis. Jika situasi ini terjadi ketika ada resesi dalam perekonomian, akan ada PHK dan akan merugikan tenaga kerja dan ekonomi pada gilirannya.



Jenis Inflasi Lain

1. Fiskal Inflasi Inflasi fiskal terjadi ketika pemerintah menghabiskan lebih dari apa nan benar-benar tersedia. Situasi ini terjadi ketika aturan nan dialokasikan ialah defisit. Misalnya, Indonesia saat zaman Soekarno, pembiayaan proyek Mercusuar dilakukan saat dana APBN tengah seret.

2. Hiperinflasi Hiperinflasi juga dikenal sebagai inflasi atau inflasi berderap. Jenis inflasi terjadi selama atau segera setelah perang. Hal ini biasanya bisa menyebabkan kelumpuhan total sistem moneter suatu negara. Namun, jenis inflasi nan berumur pendek. Pada tahun 1923, di Jerman, taraf inflasi menyentuh sekitar 322 persen per bulan dengan Oktober menjadi bulan inflasi tertinggi.



Efek Mikro pada Rakyat, Dari Inflasi
  1. Inflasi mempengaruhi semua orang dan menimbulkan ancaman terhadap stabilitas ekonomi suatu negara. Jika Anda memeriksa sejarah pasar global, Anda akan memahami bahwa sebagian besar negara harus bersaing dengan inflasi di beberapa titik. Misalnya, setelah Perang Global I, pemerintah Jerman menurunkan nilai mata uang mereka dengan mencetak jumlah besar catatan. Dan buat membeli sepotong roti nan harus menghabiskan sejumlah besar. Kesamaan penurunan hadir dalam ekonomi global telah mengakibatkan krisis kredit dan krisis keuangan.
  2. Ketika inflasi mempengaruhi ekonomi, buat mempertahankan taraf nan sama dari baku hayati Anda harus membayar lebih banyak. Karena kenaikan harga, Anda harus membayar lebih banyak uang buat mendapatkan jumlah nan sama barang dan jasa daripada nan Anda lakukan sebelum inflasi.
  3. Pada saat inflasi, perencanaan keuangan menjadi sulit. Alasannya - nilai uang berkurang dengan inflasi. Ini mempengaruhi kelompok eksklusif lebih daripada nan lain seperti pensiunan, dibandingkan dengan mereka nan saat ini bekerja.
  4. Inflasi sering memprovokasi kelompok-kelompok terorganisir karyawan, seperti nan diwakili oleh serikat-serikat buruh, buat menuntut kenaikan gaji. Namun, kenaikan itu bisa meningkatkan pengeluaran, nan menyebabkan kenaikan harga lebih lanjut. Ini menjadi lingkaran setan, dan disebut sebagai spiral upah-harga.
  5. Orang cenderung buat menyimpan kurang dalam ekonomi terpengaruh oleh inflasi sebab harga barang dan jasa nan tinggi. Suku kembang dan inflasi memiliki interaksi terbalik dengan satu sama lain.

Singkatnya, pengaruh inflasi terhadap perkembangan perekonomian, tentu saja semua jenis inflasi bisa mempengaruhi perekonomian suatu negara dengan buruk.