Teori Komunikasi Politik - Teori Kepribadian Politik

Teori Komunikasi Politik - Teori Kepribadian Politik

Ada berbagai macam teori komunikasi politik nan dibahas dalam materi komunikasi politk. Secara garis besar, teori komunikasi politik dibagi menjadi dua. Pertama, teori kepribadian politik, yaitu teori nan melihat konduite politik dari kepribadian nan ada pada diri pelaku politik. Kedua, teori diri politik, yaitu pembentukan terhadap pelaku politik dampak konduite politik dan sosial nan terjadi.Kedua teori itu dibagi lagi menjadi beberapa bagian teori.



Teori Komunikasi Politik - Teori Kepribadian Politik

1. Teori Komunikasi Politik - Teori Kebutuhan

Para pakar komunikasi politik berpendapat bahwa apa nan dipelajari manusia mengenai politik bergantung pada kepribadiannya nan telah tertanam pada masa kecil. Manusia biasanya memenuhi kebutuhan pokok psikologis dan sosialnya pada masa-masa ketika masih usia dini.

Manusia selalu berperilaku terhadap bagaimana pemenuhan kebutuhan akan diri dan hidupnya. Orang akan berbalik pada politik buat memenuhi kebutuhan pokok dirinya. Kecuali, jika kebutuhannya telah terpenuhi. Misalnya, kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Namun, manusia selalu harus mencari kebutuhan pokok fisik dan sosial.

Teori kebutuhan dalam teori komunikasi politik mengemukakan bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan psikologis, rasa nyaman, kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri.

2.Teori Komunikasi Politik - Teori Psikoanalitik

Dalam teori komunikasi politik ini, dinyatakan bahwa pembelajaran dan konduite politik sangat dipengaruhi oleh kepribadian pelaku politik itu sendiri. Terdapat dua variasi nan ada di dalam teori psikoanalitik komunikasi politik, yaitu personal dan interpersonal.

Variasi personal lebih menekankan kepada kepribadian nan ada dalam diri manusia itu sendiri. Sigmund Freud mengatakan bahwa manusia bertindak berdasarkan pikiran sadar dan pikiran alam bawah sadar. Apa nan manusia lakukan merupakan aktualisasi program nan terdapat di dalam kedua pikiran tersebut.

Freud juga menjelaskan mengenai proses pokok berfungsinya kepribadin manusia. Proses tersebut terdiri dari: id (proses mencari kesenangan), ego (penilaian realitas), dan superego (gagasan mengenai seuatu perbuatan nan baik dan buruk).Variasi interpersonal banyak dikemukakan oleh Harry Stack Sullivan.

Variasi interpersonal menerangkan bagaimana orang memenuhi segala kebutuhan dirinya dengan dalam berhubungan dengan orang lain.Para peneliti lainnya mengungkapkan bahwa salah satu cara anak-anak agar mereka mendapatkan kepercayaan dan nilai politik ialah melalui proses pengalihan interpersonal.

3. Teori Komunikasi Politik - Teori Sifat

Banyak ilmuwan sosial, berdasarkan penelitian mereka, nan beranggapan bahwa politik merupakan aktualisasi sifat kepribadian manusia. Ada beberapa studi nan menentukan sifat nan mencakup kepribadian konsrvatif.

Teori sifat merupakan teori komunikasi politik nan fokus pada kesamaan atau predisposisi nan menentukan bagaimana orang berprilaku. Setiap manusia dengan kepribadian terdapat seperangkat sifat nan sangat unik dan individual. Kita dapat membedakan orang satu dengan lainnya melaui tolak ukur disparitas sifat nan ada dalam diri mereka.

4. Teori Komunikasi Politik - Teori Tipe

Teori tipe dalam teori komunikasi politik mengklasifikasikan manusia ke dalam ketegori-kategori didasarkan pada ciri nan dominan atau tema pokok nan diperlihatkan berulang-ulang dalam konduite politik mereka. Meskipun terlihat ada kecenderungan dengan teori sifat, yaitu membahas bagaimana orang berprilaku, ada perbedaan.

Teori komunikasi politik ini dalam pandangannya bukan menunjukkan kesamaan nan menentukan perilaku. Teori tipe lebih fokus kepada konfigurasi konduite nan memisahkan orang satu dengan nan lain. Namun, memang ada kecenderungan lain nan cukup kuat dengan teori sifat, yaitu mengenai masa kanak-kanak berpengaruh besar terhadap permainan peran primer dalam memberi bentuk kepada refleksi politik.

5. Teori Komunikasi Politik - Teori Fenomenologis

Teori fenomenologis, seperti namanya, ialah mengenai pengaruh terhadap fenomena. Teori komunikasi politik ini memandang bahwa peran kepribadian dalam perilaku, termasuk kepribadian politik, lebih dipahami dengan melukiskan peranan langsung manusia. Proses nan digunakan manusia dengan memperhatikan kenyataan nan diperlihatkan langsung oleh mereka.

Teori Komunikasi Politik - Teori Diri Politik

Teori diri politik menyatakan bahwa banyak orang nan memperoleh diri politik. Diri politik merupakan bagian nan terdiri dari paket orientasi individual mengenai politik pengenalan politik nan menghasilkan diri politik.Teori komunikasi politik ini dibagi ke dalam dua teori lain, yaitu sebagai berikut.

1.Teori Komunikasi Politik - Teori Adopsi

Teori adopsi ialah pengadopsian terhadap perhatian nan manusia berikan pada bagaimana manusia memperolah pikiran, gagasan, dan kecenderungan. Pengadopsian berbagai hal dalam diri manusia diperoleh dengan cara belajar sosial nan terdapat dalam teori belajar sosial.

Teori belajar sosial membahas bagaimana cara orang memperoleh kepercayaan, nilai, dan pengharapan personal kepada pengalaman individual dengan orang lain, objek, maupun peristiwa.

2.Teori Komunikasi Politik - Teori Perubahan

Teori komunikasi politik ini membicarakan mengenai proses mental nan terlibat dan menerangkan perubahan dalam pemikiran awal. Perubahan terjadi saat manusia mengalami nan dinamakan belajar sosial pada teori adopsi.

Teori Komunikasi Politik - Teori Dasar Komunikasi Politik

Ada beberapa teori kumunikasi dasar, seperti Teori Jarum Hipodermik, Teori Khalayak Kepala Batu, Teori Ikut merasakan dan Homofili, Teori Informasi Non-Verbal, Teori Media Kritis dan teori komunikasi politik lainnya.

1. Teori Komunikasi Politik - Teori Jarum Hipodermik (Hypodermic Needle Theory)

Asumsi dasar daari teori komunikasi politik ini ialah khalayak tak berdaya, sedangkan media perkasa. Teori komunikasi politik ini biasa juga disebut dengan nama teori Sabuk Transmisi ( Transmission Belt Theory ) atau teori Peluru ( the bullet theory of communication ).

Teori komunikasi politik ini menjelaskan bahwa komunikator politik (politisi, aktifis, professional, dan lain-lain) menganggap seluruh pesan politik dalam bentuk apapun nan disampaikan kepada masyarakat, terutama lewat media massa, niscaya akan mengakibatkan imbas positif (seperti gambaran nan baik, penerimaan, dan dukungan). Jadi, teori komunikasi politik ini sangat mementingkan media. Tokoh-tokoh dari teori komunikasi politik ini ialah Wilbur Schramm, Everett M. Rogers dan Shoemaker.

2. Teori Komunikasi Politik - Teori Khalayak Kepala Batu (The Obstinate Audience Theory)

Teori Khalayak Kepala Batu ( The Obstinate Audience Theory ) ialah teori komunikasi politik nan mengkritik teori peluru. Teori komunikasi politik ini juga tak percaya bahwa khalayak passif serta dungu tak dapat melawan keperkasaan media. Anggapan dasar dati teori komunikasi politik ini ialah masyarakat generik justru begitu berdaya dan tak pasif sama sekali dalam proses komunikasi politik. Masyarakat pun mempunyai kekuatan menangkal dan menyerap semua terpaan pesan nan ditujukan kepada mereka.

Komunikasi ialah transaksi, di mana pesan nan masuk akan disaring, diseleksi, lalu diterima ataupun ditolak melalui filter konseptual. Sementara itu, fokus pengamatannya, terutama ditujukan kepada komunikan (masyarakat) melalui pendekatan psikologi serta pendekatan sosiologi. Tokoh-tokoh dari teori komunikasi politik ini ialah L.A. Richard (1936), Raymond Bauer (1964), Schramm dan Robert (1977).

Teori komunikasi politik ini juga didukung oleh model uses and gratification (guna dan kepuasan) dari Elihu Katz, Jay G. Blumler & Michael Gurevitch (1974). Kedua tokoh ini mengatakan bahwa manusia ialah makhluk sosial nan rasional, aktif, dinamis, dan selektif terhadap seluruh pengaruh nan berasal dari luar diri manusia. Dalam hal ini, aspek manfaat dan kepuasan bagi diri pribadi menjadi bahan pertimbangan dalam pilihan khalayak.

3. Teori Komunikasi Politik - Teori Ikut merasakan dan Teori Homofili

Teori komunikasi politik ini beranggapan bahwa komunikasi politik akan sukses jika sukes memproyeksikan diri ke dalam sudut pandang orang lain. Hal ini erat sekali hubungannya dengan gambaran diri si komunikator politik dalam menyesuaikan suasana pikirannya dengan alam pikiran masyarakat. Teori komunikasi politik ini juga mengatakan bahwa komunikasi nan dibangun atas kecenderungan (homofili) akan lebih lancear dan efektif daripada didasarkan oleh ketidaksamaan (derajat, usia, ras, agama, ideologi, visi dan misi, simbol politik, doktrin politik, dan lain-lain).