Penyebab Penyakit Hepatitis B

Penyebab Penyakit Hepatitis B

Di dunia, setiap tahunnya ada sekitar 350 juta orang terjangkit penyakit Hepatitis B ; dan 620.000 di antaranya harus meregang nyawa. Sungguh sangat disayangkan, korban penyakit ini angkanya terus merangkak naik dari tahun ke tahun.

Fakta di atas tentu mencengangkan. Anda niscaya bertanya-tanya, apa sebenarnya Hepatitis B itu? Bagaimana dapat semakin hari penderitanya terus meningkat? Mari kita simak uraian singkat mengenai hepatitis B berikut ini.



Apa itu Penyakit Hepatitis B?

Hepatitis B ialah penyakit nan menyerang hati dampak infeksi virus (virus HBV = Hepatitis B Virus) atau konsumsi racun dalam jangka panjang, seperti minuman beralkohol. Kata ‘hepatitis’ sendiri berarti ‘radang hati’. Barangkali Anda pernah mendengar penyakit hepatitis lainnya, seperti hepatitis A dan hepatitis C. Ketiganya ialah penyakit berbeda nan disebabkan oleh virus berbeda, tetapi sama-sama menyerang organ hati.

Penyakit ini 6 kali lebih banyak menimpa pria daripada wanita. Ini tentu mengherankan sebab sampai sekarang, para pakar belum bisa menemukan jawabannya. Meskipun begitu, 95% Hepatitis B nan menyerang orang dewasa dapat disembuhkan secara total dan tak ada peningkatan nan serius dalam waktu 6 bulan selama mendapat pengobatan nan intensif.



Penyebab Penyakit Hepatitis B

Seperti dijelaskan di atas, penyakit hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus. Virus nan bernama Hepadnaviridae ini merupakan virus DNA, nan berarti bahwa virus ini ialah material genetik nan diciptakan oleh asam deoksiribonukleat. Virus ini biasanya ditemukan di organ hari, tetapi kadang terdapat juga di dalam darah.

Penularan virus dari manusia inang ke manusia sehat dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan-cairan tubuh seperti darah, keringat, air mata, air ludah, semen (cairan sperma), cairan kelamin, darah menstruasi, darah transfusi, dan air susu ibu (ASI). Jadi, hal-hal nan menyebabkan kontak langsung dengan zat-zat tersebut (seperti penggunaan jarum injeksi bersama; transfusi darah; interaksi seksual; proses kelahiran bayi; ibu menyusui; dan lain-lain) dapat menjadi ajang penularan virus.

Karena virus ini berkembang biak di dalam organ hati, tentu keberadaannya akan merusak organ tersebut. Sebenarnya virus hepatitis B tak secara langsung merusak organ hati, melainkan virus tersebut akan menjadi aktif saat tubuh kehilangan imunitasnya, dan saat tubuh mengonsumsi racun secara hiperbola dan berkesinambungan (seperti mengonsumsi obat-obatan atau alkohol dalam jangka panjang).



Gejala-Gejala Penyakit Hepatitis B

Gejala penyakit hepatitis B bisa diketahui secara niscaya jika Anda rutin berkonsultasi dengan dokter. Dengan memahami riwayat kesehatan Anda dan melakukan tes darah, dokter akan membantu Anda mencari tahu apakah ada virus hepatitis B menetap di dalam hati atau darah Anda. Memang, Anda juga dapat melihat sendiri ciri-ciri orang pembawa dan nan terinfeksi virus hepatitis B. akan tetapi gejala ini baru akan tampak setelah virus tersebut ‘menguasai’ organ hati penderitanya.

Ada tiga termin perkembangan penyakit hepatitis B, dan ketiganya menunjukkan gejala nan berbeda-beda.

1. Pembawa virus hepatitis B nan sehat

Yaitu, orang dengan imunitas nan baik nan sebenarnya terdapat virus hepatitis B di dalam dirinya. Imunitas nan baik menyebabkan gejala hepatitis tak muncul atau tak aktif, sehingga orang tersebut tak menyadari bahwa dirinya membawa penyakit Hepatitis B kronis.

Virus nan ada di dalam tubuhnya dapat teraktivasi jika sistem imun penderita sedang lemah atau penderita sedang menderita penyakit nan melemahkan sistem imun (misalnya, kanker atau AIDS). Karena ketiadaan gejala pada manusia inang pembawa virus hepatitis B, sering mengunjungi dokter dan melakukan tes kesehatan ialah antisipasi nan paling efektif buat mencegah virus berkembang biak.

2. Infeksi hepatitis B kronis

Pada termin ini, orang nan virus hepatitis dalam tubuhnya telah teraktivasi menunjukkan gejala seperti sakit flu nan berkepanjangan. Gejala lainnya nan sering kali timbul adalah:

  1. kelelahan akut,
  2. hilang selera makan,
  3. mual-mual hingga muntah,
  4. demam
  5. nyeri otot dan sendi
  6. perasaan tak nyaman
  7. tubuh berubah kekuningan (biasanya terlihat jelas pada mata dan kulit),
  8. serta rasa sakit pada perut bagian atas kanan.

Penderita seperti ini berpotensi menularkannya kepada orang lain. Dalam keadaan ini, terjadi peradangan hati nan cukup serius dan dapat berkembang menjadi sirosis. Hanya sekitar 5% - 10% dari penderita mampu sembuh dengan sendirinya dan tak menularkan kepada orang lain. Meskipun begitu, penyakitnya dapat datang lagi kapan pun.

3. Hepatitis B mutan kronis

Sirosis hati akan muncul pada termin ini. Gejala-gejala saat penyakit hepatitis B telah menggerogoti hati dan memunculkan sirosis ialah berikut ini:

  1. Lemah dan lesu
  2. Kehilangan nafsu makan
  3. Berat badan turun secara drastis
  4. Pada pria, dada membesar
  5. Ruam pada telapak tangan
  6. Darah sulit beku (terus menerus terjadi pendarahan)
  7. Muncul kumpulan darah di permukaan kulit, polanya berbentuk seperti laba-laba
  8. Daya penglihatan berkurang

Pada termin ini, penyakit hepatitis B nan ada di dalam tubuh penderita telah merusak hati sehingga hati sudah benar-benar tak disembuhkan. Ini ialah termin nan paling parah. Gejalanya meliputi:

  1. Kehilangan pencerahan (koma)
  2. Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah di organ hati nan mengakibatkan naiknya darah ke rongga abdomen hingga tenggorokan nan berakibat pada pendarahan akut melalui mulut (muntah darah)
  3. Gagal ginjal dan membengkaknya limfa; ini juga mengakibatkan pendarahan dan mengarah pada anemia
  4. Organ hati gagal, bahkan hancur


Pengobatan Penyakit Hepatitis B

Penderita hepatitis B termin 2 membutuhkan pengobatan nan sangat intensif dalam memonitor fungsi hati. Caranya ialah dengan melakukan pengukuran serum transaminase dan protrombin.

Selain itu, diberikan juga laktulosa, metronidazole, atau neomisin nan fungsinya membatasi produksi protein bakteri. Penderita juga harus diawasi sampai mereka benar-benar sembuh atau jika diperlukan sampai dilakukannya transplantasi hati. Transplantasi hati sendiri dilakukan hanya jika terjadi ketidakmampuan hati dalam berfungsi (gagal hati).

Adapun pemberian interferon, lamivudine, entecavir, dan adefovir dipivoxil dapat diberikan di bawah supervisi dokter buat mengurangi peradangan, gejala, dan taraf infeksi. Semakin cepat dan tanggap penanganan infeksi hepatitis B semakin baik, mengingat hepatitis B kronis bisa mengarah pada sirosis dan berujung pada kematian jika tak segera ditangani.



Pencegahan Penyakit Hepatitis B

Pencegahan Hepatitis B dapat dilakukan dengan cara mencegah semua kontak dengan penderita atau pembawa virus hepatitis B. Misalnya, menghindari penggunaan jarum injeksi bersama-sama, melakukan pengecekan nan teliti terhadap darah hasil transfusi, melakukan interaksi seksual nan aman, hati-hati jika harus memberikan ASI dari donor ASI terhadap bayi, dan lain-lain.

Yang paling mudah ialah memberi vaksin hepatitis B. Ini ialah cara pencegahan nan paling efektif. 95% orang nan telah divaksin terbukti terhindar dari infeksi virus penyakit hepatitis B. Dengan melakukan vaksin, Anda tak perlu repot-repot memilih orang-orang nan akan berinteraksi atau melakukan kontak dengan Anda.

Vaksin penyakit hepatitis B bekerja dengan cara memasukkan protein (antigen) ke dalam tubuh nan merangsang tubuh buat meningkatkan antibodinya. Ada banyak jenis vaksin hepatitis B. Konsultasikanlah kepada dokter mengenai jenis vaksin mana nan tepat bagi Anda dan orang-orang tersayang.