Terapi Autis dengan Musik

Terapi Autis dengan Musik

Terapi autis merupakan salah satu cara nan dapat ditempuh dan terbukti sangat efektif dalam menyembuhkan penyakit autisme. Hadirnya pengobatan terapi autis ini diharapkan semakin memperbanyak cara-cara penanganan autisme selain dengan menggunakan obat nan kerap kali kurang efektif.

Sudah menjadi misteri generik bahwa kini makin banyak saja para penjual obat, suplemen, ataupun cara pengobatan autisme nan instan. Mereka tidak segan secara gencar menginformasikan obat dan cara cara tersebut melalui berbgai media walau terkadang belum ada bukti nan menunjukkan bahwa metodenya tersebut berhasil.

Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian bagi siapapun buat tidak mudah tergiur dengan iming-iming penyembuhan autisme secara cepat. Patut difahami bahwa penyakit apapun pelu proses dalam penyembuhan dan penangananya. Mengobati penyakit tidak semudah membalikkan telapak tangan atau seperti makan cabe yag dapat langsung dirasakan dampaknya. Dan salah satu jalan buat mengobatinya ialah dengan melakukan terapi autis.



Terapi Autis

Ada beberapa cara dalam mengobati autisme nan salah satunya (dan akan dijelaskan dalam tulisan ini) yaitu dengan melakukan terapis. Cara-cara tersebut yaitu:



1. Applied Behavioral Analysis (ABA)

Terapi ini sudah berumur cukup lama dan secara spesifik didesain buat penderita nan terserang penyakit autisme. Sistem nan lebih ditekankan dalam teknik terapi ini ialah dengan jalan memberikan reinforcement atau hadiah sehingga memberikan akibat positif bagi perkembangan psikologisnya. Terapi ini hebatnya dapat diukur taraf kemajuannya, mungkin sebab itulah jenis terapis ini nan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.



2. Terapi Okupasi

Dipastikan bahwa semua dari anak penderita autisme selalu memiliki keterlambatan dalam perkembangan motorik halusnya. Dapat dilihat dengan mobilitas dan tingkahnya nan terlihat sangat kaku bahkan cenderung kasar. Seperti misalnya kesulitan ketika memegang pensil, sendok, menyuapkan makanan, dan sebagainya. Karena itu, diperlukan terapi buat melatih otot-otot nan kesulitan buat digerakkan.



3. Terapi Wicara

Anak autisme juga memiliki kesulitan dalam hal berbicara. Dan kekurangan inilah nan paling menonjol. Ada pula nan memiliki kemampuan bicara lumayan berkembang namun kesulitan buat digunakan dalam komunikasi hubungan dengan orang lain. Karena itu terapi wicara dengan melatih banyak berbicara diperlukan.



4. Terapi Fisik

Selain mengalami gangguan dalam perkembangan motorik halus, juga dalam beberapa kasus banyak nan menderita gangguan dalam motorik kasarnya. Sebab itu, si individu penderita autisme harus dilatih integrasi sensoris buat menguatkan otot-ototnya serta memperbaiki dalam menjaga ekuilibrium tubuhnya.



5. Terapi Sosial

Terapi sosial sebab Norma nan terjadi seringkali penderita autisme senantiasa mengalami kendala ketika berkomunikasi 2 arah. Makanya, sistem terapi sosial ini sangat fundamental buat dilakukan.



6. Biomedik

Biomedik ini dikembangkan oleh orang-ornag nan diantaranya memiliki anak-anak autisme. Makanya itu, mereka sangat gigih dalam melakukan berbagai penelitian terkait autis buat mengetahui penyebab, gejala, dan obat-obat serta terapis apa saja nan diperlukan buat mengobati dan mencegah autisme. Disebutkan bahwa banyak anak nan menderita autis mengalami kemajuan ketika diberikan pengobatan secara luar dalam. Dari dalam tubuh digempur dengan obat, dan dari luar dengan terapi autis.



7. Terapi Bermain

Walaupun terdengar aneh, anak penderita autis juga memerlukan pertolongan dengan mengajaknya belajar bermain. Bemain dengan teman nan seumuran bermanfaat buat mengajarinya belajar bicara, berkomunikasi, dan berinteraksi sosial. Seorang pakar terapis bermain bisa membantu anak autis dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.



8. Terapi Perilaku

Tak jarang, anak nan menderita autis merasa frustasi. Sering kali, teman-teman bermainnya tal memahami dirinya. Anak autis merasa kesulitan mengekspresikan kebutuhannya sangat sensitif terhadap sentuhan, suara, dan cahaya. Tidak heran bila mereka sering sekali mengamuk. Nah, seorang terapis konduite sudah sangat terlatih mencari penyebab dari konduite negatif tersebut. Ia pun mampu mencari solusi dengan menyarakankan dilakukannya perubahan lingkungan dan perubahan anak buat memperbaiki perilakunya.



9. Terapi Perkembangan

Floortime, RDI (Relationship Developmental Intervention), dan Son-rise dianggap sebagai bentuk dari terapi perkembangan. Dalam hal ini, minat, kekuatan, dan taraf perkembangan si anak, dipelajari. Setelah itu, kemampuan sosial, emosional, dan intelektualnya ditingkatkan. Pada intinya, terapi perkambangan tidaklah sama dengan terapi konduite seperti Applied behavioral analysis (ABA) nan cenderung mengajarkan keterampilan lebih spesifik.



10. Terapi Visual

Seorang individu nan autistik biasanya lebih mudah belajar dengan cara melihat ( visual learnes atau visual thinkers ). Hal inilah nan selanjutnya digunakan buat mengembangkan sistem belajar komunikasi lewat gambar-gambar seperti metode PECS (Picutre Exchange Communication System). Selain itu , video games pun bisa dimanfaatkan buat mengembangkan keterampilan berkomunikasi.



Terapi Autis dengan Musik

Setiap kekuarangan nan dimiliki manusia, Tuhan pun melengkapinya dengan kelebihan. Kita ambil contoh seoarang anak penderita tuna netra dan autis bernama Michael Anthony. Anak autis ini pandai sekali memainkan alat musik piano dan menguasai sekitar seratus lagu, mulai genre klasik sampai pop.

Selain itu, ia pun menguasai musik-musik dari Mozart, Liszt, dan Chopin dengan teknik nan sangat sulit dimainkan orang dewasa normal. Athony hanya cukup mendengarkan sekali saja atau dua kali, lalu ia mencari nada-nada musik nan sudah didengarnya tersebut dengan cepat.

Sama seperti Michael Anthony, Ade Irawan nan baru berumur belasan tahun ialah seorang pianis remaja nan sudah berpengalaman di global jazz dan blues. Bahkan, ia dudah berkelana sampai ke Chicago, Amerika Serikat. Remaja nan lihai bermain piano secara belajar sendiri ini memiliki jadwal melakukan jam session di kandang musik jazz dengan para musisi jazz dan blues setiap minggunya.

Itulah kisah kedua anak autis nan berprestasi di tengah keterbatasannya. Bahkan, kedua pianis muda ini sukses mencatatkan namanya dalam rekor MURI sebab keahlian mereka memainkan piano di tengah keterbatasan nan dimiliki.

Autisme bukan sebuah kelainan nan dianggap asing. Di zaman nan serba modern ini, penderita autis semakin banyak saja sehingga semakin banyak juga menjamur terapi autis. Salah satu metode cara buat mengatasi autisme ialah dengan terapi musik nan tujuannya buat mempertajam atau meningkatkan daya konsentrasi dan membantu mengasah kemampuan berkomunikasi anak autis.

Pada termin awal, penderita autis akan diberi materi tentang sosialisasi nada, bunyi drum, ketukan-ketukan, dan lain sebagainya. Bila telah menguasai materi dasar tersebut. mereka akan diajarkan cara menguasai keterampilan selanjutnya seperti belajar bermain piano. Rangsangan musik ini sangat berkaitan erat dengan fungsi pengaturan otak pada tubuh. Jika konsentrasi anak meningkat, fungsi tubuh nan lainnya pun secara tak lansung ikut membaik.

Selain itu, sebuah penelitian pun menunjukkan bahwa musik mampu berperan sebagai rangsangan luar sehingga membuat anak autis merasa nyaman karena tidak terlibat kontak langsung dengan manusia. Oleh karena itulah, selain mampu mempertajam konsentrasi anak autis, terapi musik pun mampu meningkatkan perkembangan emosi sosial.

Seperti nan telah diketahui selama ini, anak autis itu secara fisik cenderung menolak atau mengabaikan kontak sosial dengan orang di sekitarnya. Nah, terapi musik ini dapat membantu menghambat penarikan diri tersebut, yaitu melalui cara membangun interaksi dengan benda berupa instrumen musik.

Jadi, kenalkanlah terapi musik pada anak autis. Demikianlah berbagai jenis terapi autis nan dapat Anda coba. Selamat mencoba!