Trik Kampanye Obama

Trik Kampanye Obama



Obama Kini

Setelah periode pertama kepemimpinannya, rakyat Amerika mulai merasakan bahwa perubahan nan dijanjikan oleh Obama dalam masa kampanyenya dengan slogan, ‘Yes We Can’, sepertinya tak terlalu banyak mengangkat ekonomi mereka. Hal inilah nan membuat Obama mendapatkan perlawanan nan lumayan berat dari lawannya dari Partai Republik. Rakyat Amerika memang sedang berusaha tak terpuruk lagi. Mereka ingin bangkit dari masalah perekonomian nan menyesakan dada.

Namun, dipengujung pemilihan, akhirnya rakyat Amerika tetap memilih Obama. Gempita menyambut kemenangan Obama nan kedua ini memang tak seperti menyambut kemenangannya nan pertama. Ketika seremoni kemenanangan nan pertama, Obama seperti seorang presiden global nan sangat dicintai. Orang mulai paham bahwa kesenangan terhadap orang lain itu harus rasional juga. Obama bukan Superman nan dapat menyelesaikan semua hal hanya dalam waktu nan sangat singkat.

Obama mulai mengatur taktik bagaimana dapat memenangkan hati rakyatnya dengan membuat mereka berpikir secara logika. Suatu masalah tak dapat diselesaikan dalam waktu singkat sebab harus dianalisis dengan berbagai hal dan dari berbagai sudut serta waktu dan energi nan digunakan buat menyelasaikannya. Ternyata, rakyatnya mulai mengerti bahwa tak dapat mendapatkan perubahan kalau tak dimulai dari awal. Istri Obama nan menyaksikan banyak anak terkena obesitas, berusaha buat menurunkan angka anak obesitas.

Program nan dijalankan cukup sukses. Dari program ini saja orang dapat berpikir bahwa tak dapat hanya dalam waktu satu minggu lalu permasalahan telah selesai. Ada tahapan dan tahapan itupun tak dapat langsung dilakukan tanpa adanya berbagai pertimbangan. Hal inilah nan memungkinkan banyaknya penggemar Obama. Mereka juga berpikir bahwa Obama masih dinilai lebih baik daripada saingannya. Program nan dilakukan Obama telah beberapa terlihat menunjukan kemajuan dan akan terlihat cahaya di ujung terowongan.

Obama memang telah memenangkan pertarungan Ia kini tengah berkonsentrasi dengan program penyelamatan perekonomian Amerika. Warta tentang dirinya memang tak segempita diawal pengangkatannya nan pertama. Ia pun sangat sadar bahwa ia telah kehilangan beberapa simpatisan nan mungkin mulai kecewa atau nan mungkin mulai tak percaya dengan kecakapannya. Rakyat Indonesia jug atidak terlalu berharap banyak lagi.

Kenangan masa kecil nan membuat banyak rakya Indonesia bangga, kini tak lagi menjadi pembicaraan. Orang mulai berpikir secara logika dan mulai tak melihat orang lain nan dapat membantunya, Orang banyak mulai berpikir bagaimana ia dapat melejitkan potensinya sehingga ia dapat menjadi dirinya sendiri dan berdiri dengan gagah menggapai cita-citanya. Mereka mulai sadar bahwa bersandar kepada Yang Maha Kuasa ialah satu hal terbaik nan harus terus dilakukan.

Obama menjadi satu pelajaran nan sangat krusial bagi rakyat Indonesia. Bahwa Obama memang pernah tinggal di Indonesia. Obama dapat berbahasa Indonesia walau sedikit. Tetapi, Obama bukan orang Indonesia dan ia tak bekerja sendirian, Ia tak dapat memutuskan segala sesuatunya sendiri. Ia harus berkooedinasi dengan badan dan orang lain. Ketika kunjungannya ke Indonesia tertunda berkali-kali, akhirnya orang Indonesia merasa bahwa Obama tetap Obama nan orang Amerika.

Kalau tak pandai mengamati dan mengatur strategi, jangan-jangan bangsa ini hanya dimanfaatkan oleh Obama. Hanya dengan bermulut manis, Obama dapat mengatur banyak hal di Indonesia. Tentu saja hal ini bukan sesuatu nan baik. Bangsa ini harusnya lebih cerdas dan tak terlalu melihat orang lain terlalu tinggi daripada dirinya. Jangan merendahkan diri sendiri.



Simpatisan Obama

Obama menyadari bahwa uang ialah kunci primer kampanyenya. Ia sangat sadar dirinya mempunyai basis pendanaan nan sangat luas nan bisa menghimpun dana dalam jumlah besar buat mendanai kampanyenya. Hal ini ia sadari sahih saat pemilihan negara bagian berlangsung. Maka dari itu Obama menolak dana kucuran pemerintah federal bagi kampanyenya serta keterbatasan keuangan nan terkait dengan dana pemerintah. Sebagian besar artikel Obama menyebutkan hal ini.

Adalah Mark Zuckerberg - penemu Facebook - nan merancang sistematika penghimpunan dana nan inovatif kreatif melalui internet bagi pendanaan kampanye Obama. Melalui internet inilah Mark Zuckerberg mampu menarik lebih dari tiga juta pendonor nan dengan suka rela menyumbangkan hampir sekitar $650 juta US.

Simpatisan Obama dari global maya ini secara langsung ialah pendonor dana kuat bagi Obama hingga ia berani menolak dana kampanye nan disodorkan oleh pemerintah - berbeda dengan saingannya pada saat itu, Senator McCain. Simpatisan nan menjadi pendonor sukarela itu awalnya ialah pengunjung situs internet Obama, nan diminta buat mendaftarkan diri supaya data mereka bisa tersimpan rapi dalam data pendukung Obama.

Kemudian setiap pengunjung situs Obama diminta menjadi sukarelawan bagi tim berhasil kampanye Obama. Jika setuju, selanjutnya akan dihubungi atau dikirimi pesan buat sebuah permintaan sumbangan donasi lebih lanjut. Artikel Obama banyak menyebutkan tentang hal ini.

Simpatisan Obama di global maya ini menambah deretan panjang pendukungnya. Selain dari para staf kampanye serta sukarelawan nan sudah lebih dulu berada di kubu Obama.



Trik Kampanye Obama

Kepiawaian Obama dalam memanfaatkan global maya menjadikan mereka sebagai tim simpatisan pendukung kampanye baru, salah satu trik nan diketahui umum. Kampanye penggalangan dana dengan cara seperti itu, mampu memberi bekal kuat baginya dalam kontes pemilihan.

Kepiawaian lainnya, menjadikan mereka nan tak mempunyai bayangan pemimpin AS berikutnya dan tak menentukan pilihan apapun, berubah menjadi pendukungnya dalam waktu singkat. Terbukti dengan dukungan mendadak dari tiga ratus ribu orang di Florida (saja) nan menjadi calon daftar pendukung Obama.

Semua ini tercapai -salah satunya- berkat kharisma Barack Obama sebagai orator handal, secakap Bill Clinton dalam orasi-orasinya. Berikutnya ialah kemampuan Obama menjalin pendekatan intens dengan blok-blok pemilih nan berbeda. Obama disukai para calon pemilih muda, lalu didukung hangat oleh pemilih berdarah latin dan Yahudi, serta tentu mendapatkan suara kuat dari warga AS kulit hitam.

Perbedaan Sebagai Kekuatan
Bila McCain nan menyerukan planning mutilasi pajak buat memperbaiki ekonomi AS dan global sebagai isu politik ekonominya. Obama lebih memilih buat fokus membantu orang-orang nan paling menderita dalam keuangan pada masa pemerintahan George Bush, selama delapan tahun pemberian bantuan. Hal ini lebih diterima di AS pada suhu politik saat itu serta kesamaan pemikiran warganya.

Kharisma Obama sebagai pemikir politik ekonomi sosial AS nan teliti dan detail terhadap kebutuhan warga AS mengalahkan daya tarik poltik McCain, sebagai pahlawan perang dengan serentetan pengalaman dibidang politik luar negerinya. Obama sering menegaskan buat menunjukkan disparitas konkret antara dirinya dengan McCain, bahwa kemampuan membuat evaluasi dalam mengambil keputusan ialah jauh lebih krusial dari pengalaman perang.

Kekuatan nan berasal dari disparitas lain nan akhirnya menjadi kekuatan Obama ialah gambaran keluarga senang nan dimilikinya. Citranya bersinar sebagai kepala keluarga senang dengan seorang istri dan menempati hanya satu buah rumah satu-satunya. Beda dengan McCain nan bercerai dari istri pertamanya dan tidak mampu lagi menyebutkan berapa tepatnya rumah nan ia miliki.

Kerendahan Hati
Banyak artikel Obama nan membidik kesederhanaan dan spontanitas Obama. Dua hal nilai lebih bagi pendukungnya, dan juga penduduk bumi lainnya setelah menjadi presiden AS. Ia pernah menegaskan bahwa dirinya enggan wajahnya dicetak dalam lembaran uang dolar seperti nan terjadi pada para presiden AS sebelumnya. Kerendahan hati nan justru meninggikan jati dirinya.

Spontanitas nan menjadi nilai lebih pula. Ketika dengan lihainya beberapa kali menyebutkan makanan khas Indonesia, seperti 'nasi goreng, bakso, emping, sate dan kerupuk' dalam suatu kunjungan Obama ke Indonesia. Dan pernyataan dirinya nan menganggap ia tengah 'pulang kampung' pada saat itu, nan menunjukkan bahwa Obama tak melupakan masa kecilnya nan pernah ia lalui beberapa masa disebuah kampung di Jakarta.