Karyawan Visioner

Karyawan Visioner



Perwakilan Perusahaan

Sebagai representasi perusahaan, orang humas haruslah mampu menerjemahkan visi misi tempatnya bekerja. Sekaligus mampu menjelaskannya kepada pihak luar agar tercipta gambaran nan baik bagi perusahaannya. Ia juga tahu bagaimana berhubungan dengan masyarakat dan membuat masyarakat tak membenci atau merusak fasilitas perusahaan. Apalagi kalau perusahaan tersebut ternyata harus menggunakan alat berat nan kemungkinan akan mengganggu ketenangan masyarakat. Untuk itulah humas harus dapat mengkonsultasikan hal tersebut kepada masyarakat.

Misalnya, ada masyarakat nan meminta uang sosial sebesar 2 juta per tiga bulan buat satu RT. Kalau ada 3 RT di lingkungan itu, artinya harus membayar 6 juta rupiah buat 3 bulan. Belum lagi kalau musim kemarau atau musim hujan. Terkadang malah ada masyarakat nan memasang portal. Ketika musim kemarau mereka menginginkan semua alat berat buat berjalan pelan dan mereka meminta perusahaan buat menyiram jalan.

Semua permintaan itu memang harus dinegosiasikan. Apalagi ketika masyarakat sekitar memaksa memasukan pekerja bagian operator semua berasal dari orang-orang nan rumahnya di sekitar perusahaan. Kalau tak dituruti, maka masyarakat akan mengamuk dan dapat merusak atau mengganggu kegiatan perusahaan. Tentu tak ada nan mau ada hal seperti ini terjadi. Negosiasi biasanya akan sangat alot. Ketika perusahaan bekerja sama dengan perusahaan lain, biasanya masyarakat juga tahu dan mereka mau meminta bagian dari laba juga.


Jika tak mampu menjinakkan masyarakat nan seperti ini, perusahaan akan mengalami kerugian nan sangat besar. Pada zaman reformasi ini, masyarakat menjadi sangat berani dan mereka seolah tahu haknya. Hal nan paling primer nan harus dilakukan sebelum membuka sebuah unit usaha di suatu tempat, sebaiknya menghubungi orang nan dituakan atau orang nan biasa membuat keributan. Orang nan dianggap partikelir kampung ini biasanya akan memasang portal sekehendak hatinya.

Kalau ia sedang tak mempunyai uang, ia akan memasang portal. Kalau tak dituruti, ia akan mengamuk. Untuk mengantisipasi hal ini sebaiknya sebelumnya membuat surat perjanjian nan tak dapat diganggu gugat oleh siapa pun. Perjanjian ini mengingkat kedua belah pihak. Inilah tugas humas nan harus dijalankan dengan baik. Beda jenis perusahaan, beda juga tindakan dan tugas nan harus dijalankan oelh humas.

Kalau di wilayah perkotaan, humas ini lebih terkait dengan pemberian dan pembentukan program CSR atau Corporate Social Responsibility. Kegiatan nan diadakan juga tak berhubungan dengan partikelir kampung melainkan lebih ke bagaimana mendekati masyarakat bawah dengan cara memberikan beasiswa atau mengadakan berbagai perlombaan. Humas buat perusahaan nan ada di perkotaan biasanya wanita dengan penampilan menarik dan mampu berbicara dengan lembut tapi tegas.

Untuk humas perusahaan nan bergerak di bidang perkebunan sebaiknya memang laki-laki. Kalau wanita ditakutkan ada kendala walaupun sebenarnya, wanita dengan kemampuan eksklusif mampu melakukan tugasnya dengan baik. Humas memang tak mudah sebab memang membutuhkan ketrampilan seperti bagaimana menguasai massa dan bagaimana memberikan pemahaman kebijakan perusahaan kepada pihak lain.

Oleh sebab itu, orang humas harus tahu betul seluk-beluk perusahaan, termasuk para karyawan nan bekerja di dalamnya. Namun, tak semua orang humas mampu melakukannya dengan baik. Terkadang, ada beberapa karyawan nan dicap nyleneh sebab “kenakalannya”. Benarkah demikian adanya? Diperlukan ilmu komunikasi nan sedemikian rupa agar bisa memahami mereka. Gaya bicara dan pilihan kata juga harus diatur agar tak menyinggung orang lain dan tak membuat masalah semakin ricuh.



Belajar dari Bola Jabulani

Penyelenggaraan World Cup 2010 sudah lama usai. Tentu ada banyak cerita di balik penyelenggaraannya, selain warta tampilnya Spanyol sebagai jawara. Satu di antaranya ialah kisah bola Jabulani (bola resmi WC 2010) nan banyak menyita perhatian kita sebab banyak nan menilai bola tersebut bermasalah, mulai pemain, pelatih, maupun petinggi FIFA. Komunikasi nan baik, telah membuat penyelenggaraan World Cup 2010 nan sempat diragukan oleh banyak orang, menjadi salah satu pertunjukan nan sukses.

Tidak mudah mengubah gambaran benua Afrika nan hitam, nan penuh dengan kriminalitas, dan sangat terbelakang, menjadi gambaran modern dan sangat beradab. Buktinya para humas penyelenggara mampu memberikan citra nan baik terhadap Afrika. Semua orang menjadi bahagia dan menjadi percaya kalau Afrika bukan benua nan sangat terbelakang. Ada negara-negara di benua Afrikan ini nan telah maju dan mempunyai fasilitas nan modern.

Pada prinsipnya, bila bola ditendang, akan memberikan reaksi mobilitas sinkron dengan aksi teknik penendangnya. Akurasinya bergantung pada kekuatan, sudut tendang, bagian kaki nan digunakan, bahan, serta berat bola. Masalahnya ialah bola Jabulani ini bila ditendang agak keras, akan melayang, dan melintir. Oleh sebab itu, tak salah bila banyak nan berpendapat bola Jabulani ialah bola nan sulit diatur dan dikendalikan.

Namun, di balik kesulitan nan dialami para pemain, justru merupakan berkah bagi para pemain lainnya, terutama para artis bola nan berteknik dan bertalenta tinggi. Di kaki Xavi Hernandez, Jabulani leluasa “digoreng” ke sana kemari. Di kepala Puyol, Jabulani seakan patuh dan menurut si empunya kepala. Di tangan kiper Casilas, Jabulani seperti anak manis, pelintirannya nan seringkali mengakali itu seakan lengket tidak berkutik.


Pendek kata, tidak mudah buat mengendalikan Jabulani, kecuali di tangan orang nan tepat dan memiliki skill tinggi ia bisa dikendalikan dengan maksimal. Mustahil, pemain bola tarkam (antar kampung) bisa memainkan Jabulani dengan baik. Tidak heran kalau orang-orang humas nan handal ini biasanya mempunyai jaringan pertemanan nan banyak dan luas. Mereka biasanya malah mempunyai banyak pekerjaan sampingan nan memberikan penghasilan nan jauh lebih besar dari gajinya.

Zaman nan sangat canggih ini, pertemanan ialah sesuatu nan sangat krusial demi mencapai keberhasilan nan dicitakan baik oleh perusahaan maupun oleh humas itu sendiri. Untuk menjadi humas nan baik, sine qua non pengalaman dan keinginan buat mencapai tujuan dengan cara nan tepat tanpa meninggalkan kekisruhan. Ibaratnya memancing di air keruh tanpa menambah kekeruhan airnya tetapi ikannya didapat.



Karyawan Visioner

Banyak orang nan seperti bola Jabulani. Visioner, sulit ditebak, dinamis, energik, cerdas, dan kritis. Bagi sebagian stakeholder, tipe orang seperti ini seringkali dianggap pembangkang, susah diatur, dan sulit dikendalikan. Hal itu terjadi sebab mereka memang tak selamanya berpikir linear, seringkali melompat-lompat dan acak. Namun, tidak sporadis justru bisa menemukan solusi nan tak terduga. Biasanya ketika telah menemukan apa nan diinginkannya, mereka akan sangat bermanfaat bagi perusahaan.

Ibarat Jabulani nan sering jauh melayang, pemikiran mereka juga jauh ke depan sehingga dalam banyak hal mereka “tidak nyambung” dengan pemikiran orang-orang di sekitarnya. Namun, di tangan orang tepat dan manajemen nan tepat pula, orang bertipe Jabulani ini justru bisa dimaksimalkan potensinya. Mereka akan dapat menciptakan banyak penemuan nan akan menambah potensi perusahaan buat lebih maju. Pihak perusahaan memang butuh memberikan fasilitas nan memadai bagi orang-orang seperti ini.

Sudah saatnya para stakehoulder meningkatkan kemampuan dari pemain bola tarkam menjadi pemain sekelas Xavi Hernandez dan kawan-kawan sehingga bisa mengendalikan dan memanfaatkan orang bertipe Jabulani nan pada akhirnya akan mendatangkan profit bagi forum atau perusahaan nan dipimpin. Dengan pekerja nan baik ini, perusahaan juga akan dikenal baik.

Humas akan menjadi lebih baik kalau ada orang-orang nan berpikiran jauh ke depan. Dengan adanya visi nan jelas, humas dapat menyelenggarakan banyak acara nan melibatkan masyarakat dengan biaya nan murah. Dengan demikian, kegiatan itu dapat menjadi satu kesatuan dengan acara promosi perusahaan ke tengah masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan merasa memiliki perusahaan itu.

Adanya ikatan emosional ini akan membuat masyarakat betah berhubungan dan menjalin kolaborasi dengan perusahaan. Kalau hal ini telah dapat diciptakan, maka perusahaan hanya membutuhkan beberapa langkah saja demi menjadi interaksi yanb baik itu.