Gejala Stress Termin I

Gejala Stress Termin I

Gejala stress sama seperti gejala para "penyakit" lainnya. Gejala stress akan muncul jika pikiran serta hati berada dalam keadaan nan tak menyenangkan. Permasalahan serta persoalan hayati nan mengikat. Sehingga stress memiliki kemungkinan nan besar buat menghantui aktivitas Anda sehari-hari.

Terkadang kita begitu bersemangat dalam bekerja, seakan-akan energi kita tiada batasnya. Namun, terkadang pula kita merasa letih, lesu, loyo, kehilangan mood , bete, hingga merasakan keluhan fisik nan tak jelas dari mana asalnya. Perasaan-perasaan seperti itu hakikatnya merupakan gejala stress nan harus diketahui juga diwaspadai.

Kata "stress" ialah satu dari sejumlah istilah psikologi nan sudah sangat familiar di telinga. Tidak hanya familiar dalam istilah, dalam praktiknya pun, disadari atau tidak, gejala stress telah menjadi bagian keseharian kita.

Gejala stress nan tak disadari memangn menjadi sebuah masalah psikologis nan unik. Istilah stress kadang selalu dijadikan lelucon saat seseorang sedang dalam masalah nan sebenarnya tak terlalu berat. Tanpa mereka sadari bahwa gejala stress sendiri dapat jadi telah dimiliki.

Stress tak sama dengan gila. Stress masih dalam tahapan wajar nan dapat diatasi dengan mudah. Hal nan paling krusial ialah waspadai gejala stress nan menghinggapi Anda. Ketika menyadari bahwa stress tengah mengintai Anda, melakukan relaksasi dapat segera Anda lakukan.



Gejala Stress - Apa Itu Stress?

Secara sederhana, stress bisa diartikan sebagai reaksi atau respons tubuh nan sifatnya non khusus terhadap stresor psikologis, semacam tekanan mental, beban kehidupan, dan aneka permasalahan. Lihatlah bagaimana respons tubuh ketika kita harus menghadapi majemuk sasaran dan beban kerja nan berlebihan. Permasalahan hayati seperti itu menjadi pemicu munculnya gejala stress dalam kesehatan Anda.

Apabila kita sanggup mengatasi beban tersebut, artinya tak ada gangguan pada fungsi organ tubuh. Pada saat itu kita tak mengalami stres. Namun sebaliknya, jika ternyata kita mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh, sehingga kita tak mampu menjalankan pekerjaannya secara optimal, pada saat itu kita mengalami distress .

Itulah mengapa, tak semua bentuk stress bermakna negatif (buruk). Ada stress nan positif (eustress) dan ada pula stress nan negatif (distress). Bahkan, Dr. Hans Seyle-seorang peneliti masalah stress-mengatakan bahwa eustress bisa mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh, merawat kebahagiaan, dan meningkatkan asa hidup. Kedua jenis stress tersebut tentu menghadirkan gejala stress nan berbeda.



Gejala Stress - Enam Tahapan Stress

Untuk mendapatkan pemahaman nan lebih jelas tentang gejala stress, kita perlu melihat apa dan bagaimana stress itu sebenarnya; apakah stress itu sebuah gejala tunggal ataukah sebuah proses. Untuk itu, kita bisa merujuk pada pendapatnya Dr. Robert van Amberg.



Gejala Stress Termin I

Menurut van Amberg (dalam Hawari 2002), stress itu memiliki enam tahapan. Termin I ialah stress paling ringan. Seseorang akan dihinggapi gejala stress nan berkonotasi positif, seperti bertambahnya semangat kerja penglihatan menjadi lebih tajam, meningkatnya rasa bahagia terhadap pekerjaan, dan mampu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari biasanya. Orang nan mengalami gejala stress Termin I sebenarnya tengah menghabiskan cadangan energinya nan dimilikinya.



Gejala Stress Termin II

Ketika stress Termin I selesai, ia akan memasuki stress Termin II. Jika pada awalnya menyenangkan, pada termin ini seseorang mulai merasakan aneka keluhan sebagai gejala stress nya. Sering mengeluhkan tak cukupnya cadangan energi, seperti cepat lelah-khususnya pada sore hari, merasa letih ketika bangun pagi, jantung berdenyut lebih cepat dari biasanya alias berdebar-debar, tak dapat santai, dan otot-otot mulai terasa tegang.



Gejala Stress Termin III

Apabila gejala stress ini tak dihiraukan dan terus memaksakan bekerja, stress pun akan memasuki termin III, di mana aneka penyakit mulai berdatangan. Semacam insomnia, diare, maag, meningkatnya ketegangan emosi, dan terganggunya sistem koordinasi tubuh-badan terasa lunglai dan mau pingsan.

Pada termin ini seseorang sudah harus berkonsultasi dengan dokter buat mendapatkan terapi, atau melakukan terapi sendiri dengan mengurangi beban emosi dan fisik.



Gejala Stress Termin IV

Jika hal ini dibiarkan, gejala stress termin IV pun akan muncul. Gejalanya biasanya lebih berat. Sebagai contoh: seseorang sangat sulit buat bertahan walau hanya satu hari, tak mampu lagi menyelesaikan pekerjaan rutin, hilangnya kemampuan buat bersikap tanggap terhadap situasi, pekerjaan nan awalnya menyenangkan menjadi membosankan dan tampak sulit, menurunnya konsentrasi dan daya pikir, dan mulai muncul perasaan takut dan cemas nan tak jelas ujung pangkalnya.



Gejala Stress Termin V

Jika keadaan terus berlanjut, seseorang akan jatuh pada gejala stress Termin V nan ditandai dengan: kelelahan fisik dan mental nan semakin mendalam, tak mampu lagi mengerjakan pekerjaan rutin walaupun itu ringan, gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro intestinal disorder), perasaan takut, kecemasan, dan kepanikan nan semakin meningkat, nan bersangkutan pun menjadi mudah bingung.



Gejala Stress Termin VI

Puncaknya ialah stress Termin VI. Inilah titik puncak dari lima tahapan sebelumnya. pada gejala stress nan ke-6 ini eseorang akan mengalami agresi panik dan perasaan takut mati. Orang nan terkena stress Termin VI ini seringkali harus masuk UGD berkali-kali sebab beratnya keluhan nan diderita, walau secara medis tak ditemukan "kelainan" pada fisiknya.

Gambaran gejala stress Termin VI bisa dilihat dari beberapa citra berikut: debaran jantung sangat keras, sulit bernapas, badan gemetar, keringat dingin mengucur deras, tak lagi memiliki tenaga buat melakukan hal-hal kecil, mengalami kelenger atau kolaps.

Dengan demikian, stress sebenarnya merupakan sebuah proses, di mana ada tahap-tahap tertentu, mulai dari nan paling ringan sampai nan paling berat. Gejala stress Termin I dan II bisa dikatakan masih berada pada termin kewajaran, di mana semua orang pernah merasakannya. Namun, gejala stress mulai tak wajar apabila sudah mendatangkan gangguan fisik dan kejiwaan.

Untuk menjaga kewajaran stress nan kita alami, kita harus memiliki ekuilibrium dalam hidup, cukup istirahat, makan, relaksasi, beribadah, bersikap mandiri, mau memaafkan, dan tak memaksakan diri apabila gejala stress telah datang.



Gejala Stress dan Cara Penanggulangannya

Mengetahui gejala stress sedari dini akan sangat menguntungkan bagi kesehatan jiwa serta fisik Anda. Dengan demikian sebelum Anda benar-benar divonis stress atau bahkan depresi oleh dokter, Anda dapat segera "memperbaiki" itu semua.
Gejala stress memang rentan menjangkiti siapa saja. Sebelum gejala tersebut berubah menjadi stress, Anda dapat melakukan beberapa hal nan bisa mengubah itu semua. Mengubah gejala stress nan Anda rasakan menjadi kembali segar dan prima.

Jika dilihat dari penyebab gejala stress ialah keadaan nan sudah sangat penat, kegiatan sehari-hari nan sudah sangat membosankan, serta pekerjaan nan sepertinya tak pernah ada habisnya. Berdasarkan hal itu, beberapa hal nan bisa mengurangi atau menghilangkan gejala stress dari pikiran Anda ialah dengan melakukan apapun nan Anda sukai, seperti berlibur bersama keluarga.

Berlibur atau istilah kerennya refreshing sangat berguna buat melepaskan Anda dari gejala stress nan sudah mengintai. Refreshing berarti membuat fresh atau membuat segar kembali otak serta suasana hati Anda. Gejala stress pun akan kembali pergi menjauh.