Berbahagialah Orang-Orang nan Terasing

Berbahagialah Orang-Orang nan Terasing

Pengertian Islam yang terasingkan muncul dari hadis nan diriwayatkan Muslim berikut ini: “Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing seperti semula. Maka berbahagialah orang-orang nan terasing.” (HR. Muslim). Mengenai hadis tersebut, Ibnu Atsir menjelaskan pengertian Islam nan terasingkan melalui kitabnya nan berjudul Al-Nihayah (III/348).

Ia mengatakan bahwa orang nan memeluk Islam awalnya seperti orang nan terasingkan sebab pada waktu itu jumlah pemeluknya sangat sedikit. Pengertian Islam nan terasingkan juga menyiratkan bahwa ketika akhir zaman, jumlah kaum muslim nan benar-benar menjalankan syariat Islam jumlahnya makin langka.

Oleh sebab itu diibaratkan bagai orang-orang asing. Namun kabar gembira bagi orang-orang nan terasingkan ini sebab Allah akan membalasnya dengan surga atas kesabaran dan keteguhan mereka menjalankan syariat Allah.



Hakikat Pengertian Islam nan Terasingkan

Ada dua poin krusial nan dapat kita ambil dari pengertian Islam nan terasingkan dalam hadits nan diriwayatkan Muslim tersebut:Pertama, pada awalnya terasing tapi kemudian termasyhur. Pada awal kedatangannya, pengertian Islam dianggap sesuatu nan sangat asing. Karena pada masa itu Islam ialah agama nan baru.

Jadi belum dikenal oleh masyarakat.Kemudian pada perkembangannya, Islam akhirnya semakin menyebar dan dikenal masyarakat luas melalui dakwah nan giat dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat. Tonggaknya ialah peristiwa hijrahnya Rasulullah ke Madinah.

Di sanalah Rasulullah menjadikan Islam tak lagi sekedar pondasi dalam interaksi individu. Namun beliau menjadikan Islam sebagai pondasi bernegara, yakni dengan tegaknya Daulah Islam di Madinah nan keberadaannya merupakan representasi sebuah Negara Islam.

Sejak saat itulah, seluruh sendi-sendi kehidupan berasaskan Islam. Mulai dari sistem ekonomi, pergaulan, politik, hukum, peradilan hingga pemerintahan, semuanya menggunakan asas Islam. Selanjutnya pengaruh Islam semakin menyebar luas ke seluruh jazirah Arab.

Bahkan setelah Rasulullah meninggal, pengaruh Islam tak hanya di lungkungan Arab saja namun telah merambah ke seluruh penjuru benua. Mulai dari Afrika, Eropa, Asia, hingga Amerika. Generasi sesudah Rasulullah, yakni para khalifah dari Bani Umayyah, Abbasiyah hingga Utsmaniyyah, terus melanjutkan perjuangan Rasulullah menegakkan panji-panji Islam di muka bumi.

Pada puncak kejayaannya, Negara Islam nan dipimpin para Khalifah tadi sukses memposisikan dirinya sebagai mercu suar peradaban dunia. Salah satu buktinya ialah Cordoba. Cordoba terletak di Andalusia, Spanyol Selatan. Andalusia sukses dibebaskan oleh pasukan kekhilafahan Islam dari penjajahan Romawi (711 M).

Pada masa itu perkembangan sains begitu pesat di sana. Ketika Khalifah Al-Hakam berkuasa (796 – 822 M), ia berambisi menjadikan masyarakatnya menjadi bangsa nan termaju di dunia. Langkah nan ia ambil ialah menggabungkan masjid dengan sekolah. Pada setiap kota didirikan perpustakaan serta balai latihan keahlian. Para murid dapat mengenyam pendidikan dengan gratis. Dan, kesejahteraan guru sangat diperhatikan pemerintah.

Selain itu, Al-Hakam juga mengutus duta-duta intelektualnya ke seluruh penjuru dunia. Para duta ini bertugas mencari para ilmuwan serta membeli karya-karyanya. Alhasil, karya-karya ilmuwan Baghdad dapat beredar di Andalusia. Cordoba akhirnya dapat terdepan dalam sains. Banyak orang-orang Kristen Eropa nan kemudian belajar di Cordoba. Bahkan Paus Roma (999 M) pun pernah belajar di Cordoba.

Selama belajar di sana ia pun sangat bangga. Pada masa itu Cordoba menjadi sebuah wilayah nan sangat maju. Kemajuan nan dicapai Cordoba dapat dilihat dari keberadaan infrastruktur berikut ini:

  1. 113.000 rumah.

  2. 600 masjid.

  3. 300 pemandian.

  4. 50 rumah sakit.

  5. 80 sekolah umum.

  6. 20 perpustakaan generik dengan koleksi bukunya lebih dari 500 ribu judul buku.

  7. 17 sekolah tinggi, mahasiswa di fakultas syariah jumlahnya mencapai 4000 orang.

Kondisi ini jauh berbeda dengan Eropa nan pada waktu itu masih berada dalam abad kegelapan. Jalan-jalan nan terdapat di kota-kota di Eropa belum dikeraskan. Di berbagai loka masih berceceran sampah dan kotoran. Jalan-jalan kota juga masih gelap sebab tak terdapat penerangan.

Namun, tak demikian dengan Cordoba. Sejak tahun 950 M, jalan-jalan di Kota Cordoba sudah dikeraskan. Jalan-jalan juga terlihat higienis sebab tak lagi dijumpai sampah maupun kotoran. Begitu pula dengan penerangannya. Jalan-jalan pada malam hari tampak terang dengan adanya penerangan nan terbuat dari lampu minyak.

Jejak kegemilangan Cordoba baru dapat diikuti oleh Kota Paris 200 tahun kemudian (1185 M). Paris terinspirasi dengan kemajuan Cordoba dan kota tersebut selanjutnya dijadikan world class city sebagaimana Cordoba. Demikianlah, setelah pengertian Islam dan segala hal nan ada pada Islam pada awalnya terasa asing, namun kemudian Islam sukses menyebar luas. Bahkan, sangat terkenal di seluruh penjuru dunia.

Kedua, menjadi terasing kembali. Namun setelah masa kejayaan Islam mulai redup, tepatnya ketika Mustafa Kemal Pasha menghapuskan sistem kekhilafahan dan menggantikannya dengan negara sekuler Turki, Islam perlahan-lahan kembali terasingkan. Pengertian Islam hanya tersisa pada ranah individu.

Islam tak lagi menjadi pondasi negara. Dan puncaknya, Islam tak lagi mampu mendominasi peradaban dunia. Bahkan umat Islam menjadi warga nan terpinggirkan di bawah penguasaan peradaban Barat. Dampaknya, umat Islam nan konsisten menjalankan syariat Islam jumlahnya semakin sedikit.

Perlahan-lahan dan tanpa sadar, sebagian besar umat terlena dengan kehidupan sekuler nan mendominasi sistem kehidupan mereka. Akibatnya, banyak dari kalangan umat Islam nan akhirnya merasa asing dengan pengertian Islam secara kaffah (sempurna, totalitas).

Bahwa Islam sebenarnya tak sekedar menjadi asas kehidupan individu, melainkan juga menjadi asas totalitas dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Artinya, seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat dan negara harus menggunakan syariat Islam semata. Hanya saja di tengah kondisi seperti ini ternyata masih ada sebagian umat Islam nan tetap konsisten menjalankan dan juga memperjuangkan penerapan syariat Islam.

Orang-orang ini meskipun jumlahnya sedikit, tanpa kenal lelah dan tanpa putus harapan selalu menyeru kepada seluruh umat agar mereka kembali kepada pengertian Islam secara kaffah. Perjuangan mereka bukannya tanpa penghalang dan perlawanan.

Mereka harus menghadapi orang-orang nan tak ingin syariat Islam kembali menjadi asas kehidupan. Mereka pun harus berhadapan dengan pihak-pihak nan selalu berbuat muslihat dan berusaha menghalangi langkah umat Islam nan ingin mengembalikan kejayaan peradaban Islam.Keberadaan orang-orang nan konsisten menjalankan dan memperjuangkan penerapan syariat Islam sebagai asas kehidupan ini dianggap asing.

Padahal mereka sebenarnya tak membawa sesuatu nan baru atau asing. Apa nan mereka bawa serta perjuangkan tak lain berasal dari Rasulullah. Orang-orang yag terasing ini sejatinya berusaha menjalankan serta meneruskan kembali kehidupan Islam nan pernah dibangun Rasulullah. Orang-orang nan terasing ini juga berjuang sebagaimana Rasulullah, berusaha membangun imperium Islam dan menjadikan peradaban Islam sebagai mercu suar dunia.



Berbahagialah Orang-Orang nan Terasing

Ada kabar gembira bagi orang-orang nan terasing (ghuraba’) nan senantiasa teguh menjalankan serta memperjuangkan penerapan Islam kaffah tersebut. Bahwa, Allah akan senantiasa melindungi hamba-hamba nan selalu menjadikan-Nya wali dalam setiap perkara. Sinkron apa nan disebutkan dalam firman-Nya:

“Barangsiapa nan bertakwa kepada Allah, pasti Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah nan tak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa nan bertawakal kepada Allah, pasti Allah akan mencukupkan keperluannya.” (Terjemah QS. ath-Thalaq: 2-3).

Allah telah menjamin orang-orang nan senantiasa konsiten di jalan-Nya dengan balasan nan sangat tinggi, yakni surga .“ … bagi mereka kebahagiaan dan loka kembali nan baik.” (Terjemah QS. ar-Ra’ad: 29).

Merekalah orang-orang nan paling berbahagia pada hari akhir kelak. Bahkan Allah menjanjikan bahwa mereka berhak mendapatkan derajat nan tinggi setelah para Nabi dan Rasul. Begitulah pengertian Islam harus dijelaskan.