1. Pakemi

1. Pakemi

Guru nan profesional ialah guru nan dapat menyampaikan materi secara maksimal pada siswa sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal bukanlah hal nan mudah, apalagi pada pendidikan sekolah dasar. Hal ini mengingat anak sekolah dasar masih kenak- kanakan sekali.

Kadangkala, ketika pembelajaran berlangsung, masih ada saja anak nan keluyuran atau menjahili temannnya. Oleh sebab itu, guru perlu mempelajari tentang model-model pembelajaran anak sekolah dasar. Pembelajaran anak sekolah dasar terasa istimewa sebab nan dihadapi bukanlah anak nan sudah faham akan sebuah perintah.

Mengajar anak sekolah dasar haruslah lebih sabar sebab ini akan memengaruhi perkembangan siswa. Jika guru sering menampilkan kekerasan pada siswa dalam pembelajaran, maka siswa pun akan berkarakter sama seperti sang pengajar. Tetapi, kalau kita mengajarkan sesuatu dengan lemah lembut, maka karakter siswa nan terbangun juga pribadi nan baik dan lemah lembut.

Hal ini berlaku juga dalam proses pembelajaran dalam kelas. Ketika seorang guru sekolah dasar tampil dengan paras menyeramkan dan terlihat galak, maka suasana nan tercipta dalam kelas pun ialah suasana nan menegangkan dan menakutkan. Apa nan terjadi? Dapat jadi anak diam bukan sebab mengerti pembelaran guru, tetapi sebab takut. Alhasil guru tak bisa mengukur secara tepat ketercapaian tujuan pembelajarannya.

Coba kita bandingkan bersama jika guru di kelas tak tampil menyeramkan. Seorang guru tampil dengan senyumnya nan latif dan berwajah sabar, maka suasana nan tercipta akan berbeda. Suasana nan ada ialah suasana menyenangkan sehingga siswa tak merasa terbebani. Akan lebih bagus lagi, jika guru menyampaikan materi dengan model pembelajaran nan menarik.



Pengertian Model Pembelajaran Anak Sekolah Dasar

Model pembelajaran ialah suatu rangkaian atau kesatuan antara pendekatan, strategi, metode, dan strategi dalam pembelajaran. Model pembelajaran bisa juga diibaratkan sebagai bungkus dari keempat hal tersebut. Model pembelajaran bisa juga dikatakan sebagai desain nan menggambarkan proses rincian dan penciptaan lingkungan belajar nan aman sehingga memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif sehingga terjadi perubahan atau perkembangan diri.

Anak sekolah dasar ialah siswa nan menempuh sekolah pada taraf dasar atau awal. Maka dari itu, model pembelajaran anak sekolah dasar ialah model pembelajaran nan digunakan pada sekolah taraf dasar.



Macam-Macam Model Pembelajaran Anak Sekolah Dasar

Model pembelajaran nan digunakan dalam pembelajaran harus sinkron dengan materi dan taraf pendidikan nan dihadapi. Jika guru mengajar pada taraf SMP/MTS, maka model pembelajaran nan digunakan pada anak sekolah dasar juga berbeda. Hal ini dikarenakan taraf kebutuhan informasi dan psikologis juga berbeda.

Model pembelajaran anak sekolah dasar biasanya lebih bersifat menyenangkan dan sifatnya masih bermain. Contoh model pembelajaran anak sekolah dasar ialah PAKEMI, CTL, Collaborative Learning, Quantum Learning, dan Cooperative Learning.



1. Pakemi

Pakemi ialah singkatan dari pendidikan aktif kreatif dan menyenangkan islami. Model pembelajaran ini menuntut anak bisa bersikap aktif dan kreatif dalam pembelajaran nan menyenangkan dan menanamkan nilai-nilai keislaman.

Misalnya, belajar membaca. Guru menyiapkan teks membaca. Setiap anak mendapat satu paragraf. Kemudian, anak menenpelnya pada kertas warna-warni dan membacanya. Kemudian menjawab pertanyaan nan menyertai. Teks nan dibaca bisa berhubungan dengan keislaman.



2. CTL

CTL atau Contekstual Teaching Learning ialah sebuah pembelajaran nan terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu kontruksivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian. Metode ini menuntut anak berfikir kreatif dengan membangun sendiri materi nan dia dapatkan.

Metode ini bisa diterapkan pada pembelajaran IPA di sekolah dasar. Misalnya materi menentukan disparitas tumbuhan dikotil dan monokotil. Pertama, guru menunjukkan beberapa tumbuhan dikotil dan monokotil (permodelan). Kedua, anak mencari disparitas diantara keduanya (inkuiri).

Ketiga, anak menentukan pengertian dan ciri-ciri tumbuhan monokotil dan dikotil (konstruktivisme). Keempat, kegiatan ini dilakukan secara berkelompok (masyarakat belajar). Kelima, saling menukar hasil pekerjaan kelompok lain buat dinilai (penilaian). Terakhir, merupakan kegiatan refleksi, yaitu merefleksi semua kegiatan hari ini.



3. Metode Collaborative Learning

Metode Collaborative Learning atau belajar kolaboratif merupakan kegiatan kelompok nan bekerja sama dalam memecahkan masalah bersama buat mencapai tujuan tertentu. Misalnya, seorang guru memberikan tugas kelompok berwawancara dengan tokoh masyarakat.

Langkah pertama nan harus dilakukan ialah membagi peran dalam kelompok, misalnya ada nan bertugas membawa alat perekam, bertanya, dan mencatat hasil wawancara. Kedua, setelah mendapatkan hasilnya, semua anggota bertanggung jawab dalam laporan tersebut.

Metode ini memiliki beberapa manfaat. Pertama, meningkatkan pengetahuan angggota kelompok sebab sering berinteraksi sesama anggota akan menambah dominasi konsep. Kedua, siswa akan belajar memecahkan masalah dalam kelompok. Ketiga, memupuk rasa kebersamaan antar siswa.



4. Metode Quantum Learning

Metode Quantum Learning atau belajar kuantum merupakan metode nan bisa digunakan buat menanggulangi masalah nan paling sulit dipecahkan di sekolah, yaitu kebosanan siswa. Agus Nurwanto (2002) mengatakan bahwa metode ini merupakan klarifikasi bagaimana cara belajar efektif sehingga mendapatkan hasil nan sama dengan kecepatan udara.

Metode ini sudah terangkum dalam sebuah buku. Dalam buku tersebut disajikan cara-cara belajar efektif. Contoh dari metode ini ialah siswa diajak buat mengetahui tipe belajarnya. Metode ini harus disajikan guru dengan menarik dan menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman.

Metode ini sangat krusial diterapkan pada awal pembelajaran, buat mengetahui daya serap anak dalam memperoleh informasi nan paling cepat. Apakah tipe belajar visual atau auditorial.

Hal ini krusial bagi guru sebab bisa menjadi landasan dalam menerangkan sebuah materi kepada murid. Jika mayoritas siswa tipe belajarnya ialah visual maka dalam menyampaikan materi guru bisa banyak menggunakan tampilan atau gambar nan menarik sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai maksimal.

Metode ini mempunyai beberapa manfaat. Pertama, suasana kelas menyenangkan sehingga siswa bergairah dalau tipe belajar belajar. Kedua, siswa bisa belajar sinkron gaya atau tipe belajar masing-masing. Ketiga, meningkatkan konsentrasi siswa sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai maksimal.



5. Metode Cooperative Learning

Metode Cooperative Learning atau belajar kooperatif memiliki banyak model dan teknik. Metode ini juga mengajak semua anggota kelompok buat berperan aktif dalam menyelesaikan tugas eksklusif sehingga tak menimbulkan gejala ketergantungan pada anggota lain.

Salah satu bentuk model pembelajaran ini ialah jigsaw ahli. Dalam pembelajaran ini, siswa bisa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Setelah itu, diberi sebuah masalah nan berbeda tiap kelompoknya. Setelah dibahas dalam kelompok kecil, kemudian kelompok ini dipecah dan pindah kekelompok nan baru agar bisa saling bertukar informasi.

Tiap anggota menyampaikan informasi sinkron dengan kelompok sebelumnya. Jika sudah, bisa kembali ke kelompok kecil dan membuat konklusi berdasarkan informasi nan telah diperoleh.

Metode ini memiliki beberapa manfaat. Pertama, meningkatkan pengetahuan siswa. Kedua, meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar. Ketiga, meningkatkan interaksi sosial anak didik. Keempat, siswa bisa tampil lebih berdikari sebab tak dapat bergantung pada anggota kelompok lain.

Berdasarkan uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa model pembelajaran anak sekolah dasar ialah model-model pembelajaran nan cocok diterapkan pada sekolah taraf dasar. Syarat krusial model pembelajaran anak sekolah dasar ialah menyenangkan sehingga meningkatkan gairah dan motivasi siswa dalam belajar. Bagaimana? Sudahkah kita mencobanya?