Ragam Bahasa Jurnalistik - Penggunaan Kata, Kalimat, dan Alenia

Ragam Bahasa Jurnalistik - Penggunaan Kata, Kalimat, dan Alenia

Tahukah Anda apa itu ragam bahasa jurnalistik? Ragam bahasa jurnalistik nan digunakan para jurnalis dinamakan dengan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Sifat-sifat khas dari ragam bahasa jurnalistik ini yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas lugas, pula menarik. Hohoho.... atau tak nan seperti di atas. Definisinya terlalu ‘sok wibawa dan kebapakan’, bukan? Bahkan, ketika Anda menyimak pendapat para ahli, misalkan:

Prof. S. Wojowasito, akademisi dari IKIP Malang, Jawa Timur,

“Bahasa jurnalistik ialah bahasa komunikasi massa, nan tampak dalam surat kabar dan malajah-majalah. Dengan fungsi demikian itu, bahasa tersebut harus jelas, mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek minimal. Hingga, sebagian masyarakat nan melek huruf bisa menikmati isinya. Walaupun demikian tuntutan bahwa bahasa jurnalistik haruslah baik, tidak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain bahwa jurnalistik nan baik haruslah sinkron dengan norma-norma tata bahasa, nan antara lain terdiri atas susunan kalimat nan benar, pilihan kata nan cocok.”

Boring... atau satu lagi pendapat dari wartawan senior, Rosihan Anwar.. tak jauh beda isinya, tapi dipaksa oleh penulis dicantumkan biar gamblang bak udang tanpa batu, keinginan para senior...

“Bahasa nan digunakan oleh wartawan, dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Ragam bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat nan khas yitu lancar, lugas, sederhana, singkat, dan menarik. Akan tetapi jangan dilupakan, bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku.”

Dan ini pamungkasnya, orang dari pihak bahasa, ahli bahasa Jus Badudu, nan juga berkepentingan buat mengatur bahasa para jurnalis,

“Bahasa surat kabar harus singkat, lugas, sederhna, padat, jelas tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar, mengingat surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat nan tak sama taraf pengetahuannnya. Mengingat orang tak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tak perlu mengulang-ulang, apa nan dibacanya sebab ketidakjelasan bahasa nan digunakan dalam surat kabar itu.”



Ragam Bahasa Jurnalistik

Bagaimana para jurnalis memandang bahasanya sendiri? “Tabrak lari.” Begitu ungkapan seorang teman jurnalis. Kejadiannya begitu cepat, tak sengaja melanggar kaidah ejaan nan disempurnakan, lantas kabur tak mau bertanggungjawab. “Sebelum kabur sempet ngopi dulu om.” Tambahnya. Tidak heran logika judul headline harian kadang menggantung bagai pakaian di jemuran, ditambah lagi, dengan penggunaan kalimat langsung tanpa tanda seru, seolah langit besok runtuh.

Bahasa media memang seharusnya sedikit ‘operasional’. Maknanya jelas bombastis, melanggar kaidah, dan etatisme bahasa nan kaku, asalkan mampu membetot leher orang nan ada di jalan, buat sudi mampir melihat loper koran, atau panel monitor berlama-lama. Sebenarnya aku hendak mengatakan bahwa pendapat para ahli, para akademisi, dan para senior mengenai bahasa jurnalistik tak menggambarkan fakta lapangan.

Bahkan, bila Anda sempat membaca beberapa harian nan nyentrik, seperti Rakyat Merdeka atau Lampu Merah, bahasa headline mereka unik, jenaka, tengil, dan kadang menyerempet etika jurnalistik. Terlalu mengedepankan sensasi. Yang semacam itu jelas memiliki pasar tersendiri. Dan media lainnya, tetap strict, dan ketat walaupun tak tahan buat membobol bahasa nan baik dan sahih itu. Misalkan headline Koran Tempo pada 24 Desember 2010: ROMLI LEPAS, YUSRIL MINTA BEBAS. Apa maksudnya? Tidak jelas? Baca saja isi beritanya. Itulah fungsi ketidakjelasan itu.

Bahasa lain dari sisi jurnalistik, ialah bahasa teknologi gaya internetan. Yang ini jelas, datang dari negeri antah berantah, di mana para pakar EYD akan menganggap bahasa ini bahasa Alien, lalu mereka tunggang langgang sebab menganggap kiamat sudah dekat. Bahasanya dinamakan emoticons.

Dalam skala metrik (motoris dan sensoris), seorang jurnalis di hadapan pelaporan internet dapat memperlihatkan emosi. Melalui simbol tabelis dan menggunakan sepenuhnya ASCII (karakter nan digunakan dalam komputer) dalam abjad nan memperlihatkan pembayangan realnya. Seperti (T_T) buat memperlihatkan emosi menangis, (XD) buat tertawa terpingkal-pingkal (:D) tertawa (J) tersenyum, (^^ )untuk berbahagia, (:p) buat meledek, dan sebagainya.

Dalam skala nan sama para jurnalis pun dapat memperlihatkan indera keenam (instingtif) di global maya dengan donasi fasilitas nan dinamakan plug in/out, download/upload , dan dapat mengubah pikiran siapa pun dengan media JPEG, MP3, FLV, dan penggambaran audio visual nan provokatif lainnya.

Jadi bagaimana dengan bahasa nan harus EYD. Biar para pakar nan tetap memikirkannya. Anda nikmati sajalah sajian para jurnalis dalam profesinya nan mereka nikmati pula.



Prinsip Dasar Ragam Bahasa Jurnalistik

Pada perkembangannya, pemakaian bahasa Indonesia sudah mengalami perubahan di setiap kondisi serta situasi nan berbeda-beda. Inilah faktor nan memunculkan ragam bahasa di dalam bahasa Indonesia. Ragam bahasa jurnalistik ialah salah satu ragam bahasa sering dan banyak dijumpai. Bagaimana dan apa saja nan harus diperhatikan dalam ragam bahasa jurnalistik agar kita mengetahuinya lebih jauh?

Perlu dipahami bahwa ragam bahasa jurnalistik tak hanya sebatas pemakaian bahasa baku, tetapi ragam bahasa jurnalistik juga wajib fokus pada hal kekomunikatifannya. Dalam ragam bahasa jurnalistik, kita sebenarnya melakukan komunikasi dengan pembaca lewat tulisan-tulisan nan dibuat atau disajikan. Bagaimana sebenarnya ragam bahasa jurnlasitik? Terkait dengan ragam bahasa jurnalistik, berikut disajikan beberapa prinsip dasar bahasa jurnalsitik nan sine qua non dalam ragam bahasa jurnalistik.

  1. Singkat, artinya di dalam ragam bahasa jurnalistik harus menghindarkan klarifikasi nan bersifat panjang dan bertele-tele.
  1. Padat, artinya ragam bahasa jurnalistik nan singkat harus bersifat lengkap dalam menyampaikan informasi. Semua nan dibutuhkan pembaca telah tertampung di dalam ragam bahasa jurnalistik. Selain itu, ragam bahasa jurnalistik pun harus menerpakan prinsip 5W1H, menghilangkan kata-kata mubazir, dan menerapkan ekonomi kata.
  1. Sederhana, artinya penggunaan ragam bahasa jurnalistik diusahakan menggunakan kalimat tunggal dan sederhana. Hindarilah pengguanaan kalimat nan panjang, rumit, dan kompleks. Penggunaan ragam bahasa jurnalistik nan sederhana yaitu penggunaan kalimat nan efektif, praktis, sederhana penggunaan kalimatnya, dan tak hiperbola dalam mengungkpakannya (bombastis).
  1. Lugas, artinya ragam bahasa jurnalistik harus bisa menyampaikan pengertian dan makna informasi secara langsung serta menghilangkan bahasa nan berbunga-bunga.
  1. Menarik, artinya ragam bahasa jurnalistik harus memakai pilihan kata nan masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Hindarilah kata-kata nan sudah mati.
  1. Jelas, artinya ragam bahasa jurnalistik dalam sebuah warta harus memberikan informasi nan jelas dan mudah dimengerti oleh masyarakat (pembaca). Selain itu, struktur kalimat dalam bahasa jurnalistik juga tak menyimpang atau memunculkan pengertian makna nan berbeda dan hindarilah ungkapan bersayap atau ambigu (bermakna ganda). Jadi, ragam bahasa jurnalistik semestinya memakai kata-kata nan memiliki maknsa denotatif.


Ragam Bahasa Jurnalistik - Penggunaan Kata, Kalimat, dan Alenia
  1. Ragam bahasa jurnalistik harus menggunakan kata-kata nan bernas. Seperti nan kita ketahui bersama bahwa kata ialah kapital dasar dalam menulis, semakin banyak kosa kata nan dikuasai, maka semakin banyak juga ide atau gagasan nan mampu diungkapkan. Penulis nan memakai ragam bahasa jurnalistik niscaya akan berhadapan dengan dua persoalan, yakni ketepatan dan keseuaian pilihan kata.
  1. Penulis nan memakai ragam bahasa jurnalistik harus menggunakan kalimat efektif. Kalimat efektif dalam ragam bahasa jurnalistik antara lain didukung oleh keteraturan struktur atau pola kalimat nan benar.
  1. Penulis nan memakai ragam bahasa jurnalistik harus menggunakan alinea atau paragraf nan kompak. Artinya, bisa memudahkan pengertian dan pemahaman dengan tak menyatukan suatu tema eksklusif dan tema lainnya.

Itulah klarifikasi tentang ragam bahasa jurnalistik. Semoga bermanfaat!