Pahlawan Wanita dari Tanah Jawa

Pahlawan Wanita dari Tanah Jawa

Pahlawan wanita Indonesia itu berasal dari berbagai daerah di tanah air. Mereka ialah para wanita nan mempunyai karakter dan pemikiran nan jauh melampaui zamannya. Mereka nan mempunyai kerendahan hati nan luar biasa.

Walaupun berasal dari keluarga terpandang, konsep kehidupan dan kematian nan mereka pahami telah membukakan wawasan mereka. Dengan etos nan luar biasa itulah mereka rela melepaskan kesenangan nan mereka miliki dan berusaha memberikan sumbangsih kepada lingkungannya.



Pahlawan Wanita dari Indonesia Timur

Martha Christina Tiahahu ialah seorang gadis remaja berusia sangat mudah ketika ia meninggal di sebuah kapal nan akan membawanya ke tanah pengasingan. Seolah tidak ingin pergi dari tanah kelahirannya, desa Abubu Pulau Nusalaut, Maluku. Jasad sang gadis pejuang dilarung ke laut. Ia pun meninggalkan tanah air nan telah dibelanya dengan jiwa dan raganya.

Tidak mungkin gadis semuda itu telah begitu gigi berjuang tanpa bimbingan orangtua nan hebat. Ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, ialah seorang pejuang pembela tanah air. Mereka berdua bah membahu membela tanah air dari penjajahan Belanda. Hanya sebab ada beberapa orang nan seolah tak percaya kalau bangsa ini dapat merdeka, akhirnya memilih menjadi pengkhianat bangsa.

Martha Christina Tiahahu tertangkap ketika berusaha buat menyelamatkan sang ayah dari sanksi wafat . Perjuangan sang gadis yang gagah berani memang telah usai. Tetapi semangatnya tetap menyala. Tidak ada kata terlalu muda buat membela tanah air. Tidak kata terlalu dini buat berani wafat demi keyakinan pada suatu tujuan bagi orang lain dan bangsa.

Satu lagi seorang pahlawan pejuang dari Indonesia bagian timur ialah Maria Josephine Catherine Maramis. Ia ialah seorang wanita cerdas nan mencerdaskan para wanita lainnya. Ia nan telah ditinggal pergi selamanya oleh kedua orangtuanya ketika masih berusia 6 tahun, ternyata tak tumbuh menjadi anak nan pemurung. Ia tumbuh menjadi seorang anak nan cerdas nan selalu ingin maju.

Ia mengamati kehidupan di sekitarnya. Analisisnya mengatakan bahwa peranan para lelaki begitu besar dalam masyarakat sedangkan peranan perempuan masih minim sekali. Wanita belum dapat berkiprah secara lebih luas sebab tak mempunyai pengetahuan dan pengalaman nan cukup buat mampu melakukan banyak hal.

Untuk itulah Maria Walanda Maramis (nama nan lebih dikenal setelah ia menikah), suatu organisasi wanita. Organisasi itu dinamakan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT). Dalam organisasi ini kaum wanita belajar banyak hal termasuk membaca dan menulis. Sama seperti seorang Kartini nan begitu perhatian kepada nasib wanita. Maria Walanda Maramis berusaha membuka mata dan pikiran wanita bahwa mereka pun dapat maju.

Tidak mengherankan kalau masyarakat Minahasa sangat menghargai dan menghormati Maria Walanda Maramis. Bahkan setiap tanggal 1 Desember, mereka peringati sebagai Hari Maria Walanda Maramis. Inilah sosok nan telah memberikan nilai lebih kepada para wanita nan ada di lingkungannya. Kerja kerasnya itu dibayar dengan rasa cinta nan dalam oleh para penduduk kotanya.

Wanita hebat lainnya dari Sulawesi Selatan ialah Opu Daeng Risadju. Wanita nan hayati dari tahun 1880-1964 ini ialah seorang pejuang nan mengangkat senjata. Kehebatannya dalam memanggul senjata itu membuat pihak NICA menciduknya dan memasukannya ke dalam penjara . Wanita luar biasa ini ternyata disiksa dengan cukup kejam sehingga ia mengalami ketulian. Kecacatan itu tidak dapat disembuhkan hingga ia menjemput ajalnya. Opu Daeng Risadju diberi gelar pahlawan nasional pada tahun 2006.



Pahlawan Wanita dari Tanah Sumatera

Selain Cut nyak Dien dan Cut Meutia dari Aceh, Pulau Sumatera ini mempunyai seorang pahlawan wanita dari Bengkulu. Beliau ialah ibunda mantan Presiden RI Megawati. Inilah salah satu istri mantan Presiden Sukarno nan menjahit bendera pusaka. Dialah Hj. Fatmawati Soekarno. Fatmawati melahirkan lima orang anak nan kini menjadi ujung tombak perjuangan PDIP dalam meraih kemenangan dalam berbagai pemilihan generik baik di daerah maupun taraf nasional.

Pahlawan wanita dari Pulau Sumatera lainnya ialah Hj. Rangkayo Rasuna Said. Wanita nan lahir pada tahun 1910 ini ialah sosok nan agamis dan sangat tahu bahwa wanita harus diberi kedudukan nan layak ditengah masyarakat. Tanpa mendapatkan kedudukan nan layak, wanita tak akan mendapatkan kehormatan menunjukan kemampuannya. Ia berjuang agar semua wanita dapat maju dan dapat bersama dengan laki-laki membangun negeri.



Pahlawan Wanita dari Tanah Jawa

Pulau Jawa ialah pulau nan paling padat dan paling maju dalam segala hal. Tidak heran kalau kaum wanita di daerah ini mempunyai kemampuan lebih dalam banyak bidang. Jumlah pahlawan wanita dari pulau ini pun lebih banyak dibandingkan dengan pahlawan wanita dari pulau lain.

Sebut saja RA. Kartini nan telah menjadi simbol kebangkitan kaum wanita melawan menindasan dalam segala hal. Kartini mengajarkan kepada kaum wanita buat mampu membaca dan menulis. Kemampuan dasar ini sebagai salah satu jembatan buat meraih sesuatu nan lebih tinggi. Tanpa kemampuan dua hal itu, akan sangat sulit bagi kaum wanita buat lebih banyak berperan dalam masyarakat.

Semangat Kartini ini hingga kini tetap dirasakan oleh kaum wanita walaupun ada kesalahkaprahan dalam banyak hal. Wanita kini merasa bahwa mereka harus setara dengan laki-laki dalam segala bidang hingga ada nan memerotes ketentuan agama mengenai warisan dan kedudukan lainnya. Padahal seharusnya wanita menyadari bahwa embargo nan ditujukan buat dirinya itu sebagai upaya melindungi kehormatannya.

Terkadang terlihat bahwa apa nan diperjuangkan oleh Kartini itu sudah tak dipahami secara mendalam. Kini banyak wanita nan merasa ingin bebas. Padahal dengan kebebasan nan dimilikinya, ia terlihat tak anggun dan tak mempunyai wibawa. Mulutnya menjadi lebih nyinyir dan tak ada rasa menghargai sama sekali terhadap orang lain terutama laki-laki.

Berbeda dengan apa nan dilakukan oleh wanita zaman dahulu nan juga mendapatkan gelar pahlawan nasional seperti Dewi Sartika dari Jawa Barat. Wanita anggun satu ini benar-benar berjuang seperti nan dilakukan oleh RA. Kartini. Dewi Sartika mendidik kaumnya dengan pelajaran bagaimana menjadi wanita seutuhnya. Wanita nan anggun dengan ilmu pengetahuan nan luas.

Tidak heran kalau perjuangan Dewi Sartika ini dianugerahi gelar pahlawan. Begitu juga dengan apa nan dilakukan oleh Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan. Istri Ahmad Dahlan, pendiri organisasi Muhammadiyah ini membantu suaminya dalam memberikan pendidikan nan sahih kepada semua kaum wanita dan anak-anak. Mereka berdua bahu membahu menyuarkan perjuangan. Hingga kini orang masih merasakan perjuangan Nyai Siti Walidah, yaitu Forum ‘Aisyiyah.

Para wanita ini membangun kaumnya dengan sekuat tenaga. Mereka menyadari bahwa kaum laki-laki membutuhkan wanita nan juga tangguh. Tanpa adanya wanita nan mempunyai pengetahuan dan kemauan buat berjuang , akan sulit bagi kaum bapak berjuang sendiri. Setiap perjuangan itu harus dilakukan secara bersama-sama agar tercapai tujuan nan diinginkan.