Sistem Komunikasi Politik dan Sosial

Sistem Komunikasi Politik dan Sosial

Aneka gaya dalam sistem komunikasi itu terkadang malah membuat adanya disparitas nan sangat meruncing. Salah pengertian menimbulkan konflik, Peranan-peranan orang-orang eksklusif nan dituakan atau nan dianggap pemimpin dengan fasilitas komunikasi nan digunakan, membuat cara berkomunikasi di setiap daerah itu cukup unik. Inilah nan dapat dikatakan sebagai ragam sistem komunikasi di Indonesia .



Mulai dari Tradisional Hingga Modern

Penyebaran penduduk nan kurang merata. Penyebaran teknologi nan juga tak sama. Pengetahuan dan latar belakang pendidikan, membuat begitu banyak disparitas dalam hal berkomunikasi.

Cara berkomunikasi nan berbeda ini ternyata dipelajari dengan baik oleh para tersangka teroris. Misalnya, mereka sangat tahu bahwa kalau di perkotaan, orang tak saling peduli dengan tetangganya.

Berbeda dengan di pedesaan. Kalau mereka tak mau bergaul, penduduk desa biasanya akan mengajak mereka bergaul. Paling tak mereka akan diajak ikut dalam kegiatan Rukun Tetangga semacam arisan atau pengajian. Bila tetap tak ada reaksi, orang pedesaan akan curiga.

Perhatikanlah sikap para tersangka teroris nan menyewa rumah di daerah pedesaan. Mereka ikut sholat jamaah di masjid dan cukup ramah kepada para tetangga.

Kalau mereka menyewa rumah di perkotaan, kebanyakan komentar dari para tetangganya ialah bahwa mereka bukan orang nan bahagia berteman bahkan cenderung tertutup.

Gaya berkomunikasi secara verbal ini termasuk dalam salah satu sistem komunikasi nan ada di Indonesia. Selain secara langsung, sistem komunikasi nan ada juga melalui berbagai fasilitas komunikasi seperti ponsel , emeil, telepon biasa hingga melalui jejaring sosial.

Fenomena nan ada sekarang ialah semakin jarangnya orang berkomunikasi secara langsung ketika telah merasa terhubung melalui fasilitas teknologi. Keadaan ini sebenarnya ada baik dan tak baiknya.

Baiknya ialah orang mudah merasa dekat dan merasa telah berhubungan dengan orang-orang nan dekat dengannya secara batin.

Kurang baiknya ialah sebab merasa dekat, lalu merasa tak terlalu perlu berjumpa secara langsung kalau tak ada urusan nan sangat mendesak. Apalagi kalau sering mengunggah status di jejaring sosial.

Sahabat atau teman nan sangat rajin berada di jejaring sosial akan merasa tahu apa nan terjadi dengan para sahabat dan anggota keluarganya nan lain. Mereka pun berkomunikasi melalui komentar-komentar nan disampaikan pada status masing-masing.

Komunikasi lewat global maya ini terkadang ternyata tak memberikan informasi nan sebenarnya. Walau ada nan mengatakan jalur komunikasi semacam ini dapat dikategorikan sebagai ‘silaturrahmi’, tetap saja bukan jalinan komunikasi nan dapat memberikan informasi nan sesungguhnya mengenai keadaan masing-masing.

Tidak sporadis malah banyak kejutan nan didapatkan ketika berjumpa secara langsung. Untuk itulah, sistem komunikasi dengan cara berjumpa secara langsung itu tetap harus diprogramkan terutama ketika berhubungan dengan keluarga.

Jangan sampai merasa bersalah ketika datang langsung kepada keluarga. Dikira mereka baik-baik saja, tetapi ada banyak nan disembunyikan.

Komunikasi verbal sering juga menggunakan alat tradisional semisal kentongan, beduk, dan tetabuhan nan lain. Kentongan atau beduk nan ditabuh berkali-kali dapat jadi sebagai pertanda ada sesuatu nan sedang terjadi.

Penduduk desa juga sering menggunakan pengeras suara di masjid sebagai wahana menyampaikan warta kematian atau warta adanya acara di rumah seseorang.

Komunikasi seperti ini masih banyak dilakukan di tanah air. Untuk kematian sendiri, selain diumumkan melalui pengeras suara, juga ditulis di papan pengumuman nan biasanya diletakkan dekat masjid.

Bentuk pengumuman tersebut juga merupakan bentuk komunikasi antar warga di lingkungan tersebut. Jadi semua orang dapat ikut bekerja sama dan berkumpul dalam mengurus keperluan jenazah dan menghibur keluarga nan ditinggalkan.

Semakin eratnya interaksi antar warga, biasanya lingkungan tersebut lebih kondusif dan lebih terkendali daripada lingkungan nan tak pernah ada acara berkumpul bersama. Lingkungan nan akrab ini membuat orang nan akan berbuat kejahatan berpikir dua kali.

Begitu juga dengan orang-orang nan melakukan perzinaan. Masyarakat akan sangat sensitif dengan kehadiran orang asing nan berpasangan. Mereka akan menanyakan apakah keduanya pasangan resmi atau bukan.

Inilah nan membedakan antara lingkungan nan terkesan tak peduli dan lingkungan nan sangat peduli terhadap apa nan terjadi di sekitar mereka. Sistem komunikasi seperti ini harus dibangun sejak awal.

Kalau tidak, maka rasa tak peduli itu akan semakin tajam dan akhirnya orang benar-benar tak peduli dengan lingkungannya. Kepedulian ini harus dimulai dalam keluarga.



Sistem Komunikasi Meja Makan

Salah satu cara membangun sistem komunikasi nan baik dalam keluarga ialah pembiasaan makan bersama. Saat makan bersama itulah antar anggota keluarga dapat bersenda gurau dan saling menanyakan keadaan masing-masing. Kesedihan dan kebahagiaan dirasankan bersama.

Kalau anak tahu bagaimana mengungkapkan rasa peduli dengan orang lain, ia pun akan tumbuh menjadi pribadi nan peduli. Rasa ingin tahu itu memang ada batasnya.

Misalnya, bertanya tentang pekerjaan dan keadaan masing-masing. Kalau nanti mereka telah dewasa, mereka akan saling peduli dengan saudara-saudaranya.

Di zaman alat komunikasi nan kian canggih ini, sudah sepantasnya menumbuhkan rasa simpati dan empati. Tanpa adanya rasa tersebut, pertemanan dalam bentuk apa pun tak akan berjalan dengan baik.

Masing-masing ingin menang sendiri dan berpikir asal bukan dirinya nan dirugikan, niscaya akan menimbulkan konflik nan berkepanjangan. Apalagi kalau telah menyangkut suku dan agama.

Prasangka jelek niscaya akan tumbuh dengan subur. Saling tuduh dan saling tak percaya akan membuat lingkungan tak akan terasa kondusif dan nyaman. Orang akan berlomba membuat pagar nan tinggi di sekitar rumahnya. Rasa takut telah membuat mereka merasa kondusif dalam rumah nan dibuat seperti benteng.

Inilah nan menyebabkan terjadinya berbagai keributan nan antar warga. Padahal menjadikan lingkungan kondusif dan nyaman itu mudah asalkan masing-masing berusaha buat menyadari bahwa mereka saling membutuhkan. Komunikasi nan baik harus dijalin dengan kerendahan hati.



Sistem Komunikasi Politik dan Sosial

Jangan katakan bahwa sistem komunikasi politik nan kini kian tak karuan itu, tak mempengaruhi sistem komunikasi sosial di masyarakat. Saat pemimpin tak terima dengan kekalahannya di sebuah pemilihan daerah.

Misalnya, para pendukungnya akan merasakan hal nan sama. Yang terjadi ialah para pendukung masing-masing dapat saling serang. Padahal, tak ada untungnya saling menyakiti.

Untuk itulah, para pemimpin nan maju dalam pilkada atau dalam pemilihan apa pun harus mampu mengkomunikasikan kepada para pendukungnya tentang bagaimana menjadikan ajang persaingan itu sebagai ajang menunjukan kualitas nan terbaik.

Ketika mereka kalah, artinya kualitas mereka dipandang kurang baik dibandingkan dengan kualitas lawannya. Pemimpin nan baik akan segera berkomunikasi dengan pendukungnya dengan nada nan tenang tanpa ada kebencian. Kemarahan dalam komunikasi itu akan menular.

Tentu bukan hal nan dikehendaki kalau dalam satu keluarga malah tak saling sapa. Komunikasi politik dan komunikasi sosial harus baik agar semuanya menjadi lebih baik.