Asas Organisasi Perhimpunan Indonesia

Asas Organisasi Perhimpunan Indonesia

Masyarakat Indonesia sangat majemuk suku, bangsa, agama (Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha), etnis, dan ras. Di antara keberagaman itu, tumbuhlah organisasi-organisasi buat menyatukan orang-orang nan mempunyai paham atau etos sama. Dalam organisasi itulah, ditemukan asas asas organisasi nan juga beragam.



Basis Organisasi Sebagai Dasar Asas Organisasi

Keberagaman latar belakang itu merangsang tumbuhnya kelompok-kelompok di dalam masyarakat. Selanjutnya, secara resmi menjelma menjadi sebuah organisasi nan mempunya tujuan, visi, dan misi tertentu. Keanggotaannya pun diperoleh dengan prosedur seleksi agar sinkron dengan asas organisasi.

Basis organisasi itu ada nan di kampus, di masjid, di kampung, di kecamatan, di gereja, di loka kerja, dan di tempat-tempat lainnya. Ragam asas nan ada dalam organisasi pun ada nan berdasarkan agama, keyakinan, suku, ras, lingkup kerja, sudut pandang, gender, ketokohan, dan lain-lain.

Asas organisasi itu diinterpretasikan ke dalam peraturan buat para anggotanya dan program nan akan dijalankan oleh organisasi-organisasi tersebut.



Beberapa Organisasi di Indonesia

Berikut ini merupakan beberara organisasi nan dikenal masyarakat.

  1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
  2. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
  3. Kelompok Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
  4. Ikatan Pemuda Pemudi Nahdatul Ulama.
  5. Gerakan Marhaen Nasional Indonesis (GMNA).
  6. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
  7. Pemuda Pancasila.
  8. Pemuda Muhammadiyah.
  9. Front Pejuang Pemuda Indonesia (FPPI).
  10. Forum Komunikasi Putera Putri Purnawirawan dan Putera Puteri POLRI (FKPPI).

Pluralisasi organisasi-organisasi nan ada telah memperbanyak khasanah aktivitas sosial nan majemuk dengan tujuan dan sasaran majemuk pula. Selanjutnya, kenapa mereka sangat pluralistik dalam membentuk organisasi, tak lain disebabkan asas nan mereka yakini berbeda.



Organisasi Berasaskan Islam
  1. Ikatan Pemuda Muhammadiyah.
  2. Himpunan Mahasiswa Islam
  3. Front Pembela Islam.
  4. Pemuda Gereja.
  5. Pemuda Advent.
  6. Pergerakan Pemuda Islam Indonesia (PMII) nan berbasis masa warga muda Nahdatul Ulama (NU).
  7. Ikatan Pemuda Pelajar Nahdatul Ulama (IPPNU).
  8. Forum Komunikasi Putera Puteri Purnawirawan dan Putera Puteri Polri (FKPPI).
  9. Front Pejuang Pemuda Indonesia (FPPI) nan berbasis pada warga muda dari kalangan keluarga Golongan Karya atau keluarga Tentara Nasional Indonesia.
  10. Pemuda Pancasila.
  11. Komite Nasional Pemuda Indonesia nan berbasis massa di Karang Taruna dan keluarga Golongan Karya.


Organisasi Berasas Agama Kristen dan Katolik
  1. Pemuda Gereja.
  2. Pemuda Advent.


Organisasi Berasaskan Pancasila
  1. Pergerakan Pemuda Islam Indonesia (PMII) nan berbasis masa warga muda Nahdatul Ulama (NU).
  2. Ikatan Pemuda Pelajar Nahdatul Ulama (IPPNU).
  3. Forum Komunikasi Putera Puteri Purnawirawan dan Putera Puteri Polri (FKPPI).
  4. Front Pejuang Pemuda Indonesia (FPPI) nan berbasis pada warga muda dari kalangan keluarga Golongan Karya atau keluarga Tentara Nasional Indonesia.
  5. Pemuda Pancasila.
  6. Komite Nasional Pemuda Indonesia nan berbasis massa di Karang Taruna dan keluarga Golongan Karya.

Ada lagi Gerakan Marhaen Nasional Indonesia (GMNI) nan berasas marhaenisme, bukan Pancasila atau agama. Lahirnya asas marhaenisme berakar dari ajaran Soekarno nan berkiblat kepada Marhaen. Ajaran marhaen ditafsirkan oleh masyarakat besumber dari ajaran marxime.

Orang Indonesia menafsirkan kedekatan marxisme dengan komunis. Oleh karena itu, ajaran marhaen sempat mendapat banyak kritikan di tengah-tengah masyarakat.

Secara prinsip, organisasi-organisasi baik nan berasas agama Islam, agama Kristen-Katholik, Tionghoa, maupun asas Pancasila, saat ini sudah kurang menarik dibahas di kalangan masyarakat Indonesia. Bahkan, pada taraf elit politik pun perdebatan asas asas organisasi ini sudah mulai mencair.

Semua sudah maklum bahwa asas nan mereka yakini hanya buat memperkuat dan menjaga solidaritas di antara anggotanya masing-masing. Mereka telah sadar bahwa tujuan primer organisasi ialah membawa masyarakat Indonesia menuju nan lebih baik. Inilah kata kuncinya.

Dengan demikian, perdebatan asas Pancasila nan tak ada ujung pangkalnya sudah mulai mencair juga. Masyarakat demokrasi telah tumbuh dengan baik di bumi Indonesia. Yang perlu digaris bawahi ialah jangan sampai munculnya majemuk asas organisasi justru menambah persoalan bangsa atau justru memecah-belah persatuan bangsa.



Asas Organisasi Perhimpunan Indonesia

Dibalik beberapa organisasi nan masih diperdebatkan, ada sebuah organisasi nan sepertinya tak perlu diperdebatkan sebab sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Organisasi ini merupakan salah satu bagian dalam sejarah Indonesia.

Organisasi Perhimpunan Indonesia atau dalam bahasa Belanda bernama Indische Vereeniging ini didirikan pada tahun 1908 oleh para mahasiswa Indonesia nan tinggal di Belanda. Organisasi ini sifatnya sosial. Selain organisasi ini, ada banyak organisasi lain nan bermunculan pada masa itu. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah federasi nan menaunginya.

Berkat prakarsa dari Dr. Yap, Dr. Laboor, Suwardi Suryaningrat dan Ratulangi, berdirilah federasi bernama De Vrije Gedachte nan artinya pikiran bebas. Kemudian pada tahun 1917, federasi tersebut berganti nama menjadi Indonesisch Verbond van Studeerenden. Organisasi inilah nan pertama menggunakan nama Indonesia.

Akibat terjadinya perselisihan antar kelompok Verbond, Indonesisch Verbond van Studeerenden dibubarkan pada bulan Juni 1922. Dengan adanya pembubaran tersebut, Indische Vereeniging kembali diperkuat oleh beberapa mahasiswa dari Indonesia dan masuk menjadi anggota.

Mereka ialah Muhammad Hatta, Ali Sastroamidjojo, Sunaryo, Iwa Kusumasumantri, dan Subarjo Djojoadisurjo. Mereka ialah para mahasiswa nan sebelumnya aktif di organisasi pemuda Indonesia.

Selama masa perkembangannya, pada tahun 1922 Indische Vereeniging diubah namanya menjadi Indonesische Vereeniging . Setelah itu, jurnal nan awalnya bernama Hindia Putra berganti nama menjadi Indonesia Merdeka pada tahun 1924. Dari sinilah, Indonesische Vereeniging menjadi organisasi kedua nan menggunakan nama Indonesia.

Tidak hanya sampai disitu saja, pergantian nama juga terjadi pada tahun setelahnya. Pada tahun 1925 kembali berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia. Ada pendapat bahwa digunakannya nama Indonesia menjadikan prioritas orang Indonesia lebih tinggi. Hal itu berarti, hanya penduduk orisinil Indonesia saja nan menjadi anggota, tak ada orang Belanda, Tionghoa atau bangsa asing lainnya nan ikut terlibat.

Perhimpunan Indonesia memiliki ideologi nan terdiri atas 4 pokok pikiran. Ideologi ini dikembangkan sejak awal tahun 1925. Sinkron dengan perkembangannya, 4 pokok pikiran tersebut menjadi asas dari perjuangan Perhimpunan Indonesia. asas-asas tersebut antara lain:

1.Kesatuan Indonesia

Artinya ialah organisasi ini perlu mengesampingkan perbedaan-perbedaan, baik menurut daerah atau ras. Dengan hal demikian, perlu sebuah aksi nan dilakukan buat melawan Belanda dalam menciptakan negara sendiri nan merdeka serta bersatu.

2. Solidaritas

Artinya ialah perlu adanya pencerahan mengenai kontradiksi nan fundamental antara penjajah dengan nan dijajah. Kaum nasionalis atau masyarakat Indonesia harus mempertajam konflik orang berkulit sawo matang dan putih.

3. Non-kooperasi

Artinya ialah kemerdekaan Indonesia harus direbut oleh bangsa Indonesia tentunya. Perjuangannya harus dengan kekuatan dan kemampuan sendiri sebab tak perlu adanya pengindahan atas dewan perwakilan kolonial.

4. Swadaya

Artinya ialah mengandalkan kekuatan sendiri nan perlu buat dikembangkan lewat sebuah struktur alternatif dalam segala aspek kehidupan. Kehidupan nasional, sosial, politik, ekonomi, serta hukum. Semua aspek tersebut ialah akar dari para masyarakat pribumi nan sejajar dengan administrasi kolonial.

Pikiran-pikiran pokok tersebut disebarkan lewat media. Pada saat itu media nan terlibat ialah Indonesia Merdeka, media nan diedarkan di Indonesia. Dalam salah satu artikel nan dibahas dalam media tersebut, ada tulisan mengenai tiga pokok taktik nan digunakan buat melawan para penjajah Belanda.

Ketiga taktik tersebut antara lain, Politik devide et impera nan artinya para penjajah harus dilawan dengan persatuan bangsa Indonesia nan kokoh, politik memperbodoh rakyat nan dilakukan oleh penjajah harus dilawan dengan adanya pendidikan bagi masyarakat pribumi, dan politik asosiasi dibuat buat mempersatukan segala hal nan sebenarnya sulit atau bahkan tak dapat buat disatukan.

Setelah itu, semua ide tentang perjuangan Perhimpunan Indonesia disebarluaskan oleh para mahasiswa. Para mahasiswa itu ialah nan kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan sekolah mereka di Belanda. Dengan pengaruh dari para mahasiswa, berdirilah PPPI di Batavia pada tahun 1926. Hal itulah nan memprakarsai Kongres Pemuda II dalam melahirkan Sumpah Pemuda.

Itulah bahasan mengenai asas asas organisasi di Indonesia nan dapat menambahkan wawasan bagi Anda. Selamat membaca.