Model-model Belajar Membaca

Model-model Belajar Membaca

Perkembangan anak merupakan sebuah proses, bukan perlombaan. Kita bersikap seolah-olah anak nan dapat berjalan paling awal ialah nan paling pintar, pun demikian halnya dengan belajar membaca dan mengenal huruf. Kita lupa bahwa setiap anak memiliki karakter dan minat nan berbeda. Orangtua terkadang “termakan” iklan sehingga tergesa-gesa mengharapkan dan memaksa anak buat dapat melakukannya sekaligus. Artikel ini akan membahas seputar belajar membaca.

Mengajari anak mengenal huruf dan belajar membaca sebenarnya bermula dari rumah. Sebab, rumah ialah sekolah pertama. Sedangkan sekolah-sekolah semacam PAUD, TPA, TK, (Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Pendidikan Alquran-metode Iqra, dan Taman Kanak-kanak) hanyalah pendamping. Sebagian besar orangtua mungkin bertanya, kapankah usia nan tepat buat mengajari anak Batita dan Balita mengenal huruf dan belajar membaca?

Tidak ada anggaran standar buat anak belajar membaca, malahan dapat dilakukan sejak janin dalam kandungan. Sang ibu perlu banyak latihan mengucapkan atau menyenandungkan huruf-huruf dan menyukai membaca. Pengaruhnya agar janin-sang jabang bayi sejak dini sudah empati proses belajar membaca , dan diharapkan kelak ia mencintai buku. Orangtua kadang bingung soal metode atau cara tepat, cara cepat mengajari anak mengenal huruf dan belajar membaca. Apakah anak harus dikenalkan huruf satu-persatu atau sebaiknya sekaligus dari A sampai Z.



Belajar Membaca - Cinta Buku Sejak Usia Dini

Menumbuhkan minat anak terhadap belajar membaca nan sebaiknya didahulukan, bukan mengajarinya mengenal huruf apalagi menyuruhnya membaca. Anak usia 18 bulan hingga empat tahun memiliki rasa ingin tahu nan amat besar. Keingintahuan tersebut tak hanya muncul ketika melihat simbol nan tertera dalam buku. Simbol-simbol nan berupa gambar-gambar alfabet bewarna sangat mengundang perhatian anak buat belajar membaca.

Tips agar anak mengenal huruf dan mencintai buku:

  1. Orangtua memberi teladan membaca setiap hari. Ajak anak-anak berinteraksi dengan buku.
  2. Sediakan buku favorit di tempat-tempat nan mudah dijangkau.
  3. Ciptakan suasana nyaman, tenang, menyenangkan.
  4. Jangan batasi bahan bacaan dan arahkan buat menyukai buku berkualitas.
  5. Buat permainan nan dapat memperbesar minat baca anak seperti tebak-tebakan angka dan kata.
  6. Kata dan huruf magnet nan ditempelkan di kulkas.
  7. Gunakan gambar kalimat sederhana dan singkat.
  8. Gunakan catatan buat melabeli hal-hal di sekitar rumah atau bahkan bagian tubuh.
  9. Mainan-mainan nan bisa membantu anak dalam memperlancar bacaannya.
  10. Belajar keterampilan dengan menggunakan mouse dan keyboard.
  11. Membuat pengalaman interaktif.
  12. Belajar membaca puisi, dan mengucapkan kata-kata berima dalam suasana bermain.
  13. Mengenalkan huruf dengan dinyanyikan dan disenandungkan A, B, C, D, dan seterusnya.
  14. Orangtua juga harus ekstra sabar. Sebab, sebagian anak kecil ada nan rewel.
  15. Perkenalkan huruf vokal dan ajari juga Ba,Bi, Bu, Ca, Ci, Co, dan seterusnya.
  16. Cari poster berwarna-warni dan bertuliskan huruf-abjad misalnya A = Ayam, B = Beruang C= Cacing D= Dolphin, dan seterusnya
  17. Di sela-sela bercanda dengan anak. Rajin-rajin dan sering-sering mengatakan misalnya rambutan huruf awalnya apa? Atau dengan kata-kata nan lain.
  18. Anak menyukai tokoh komik dan kartun tertentu. Jika anak menyukai Spiderman. Biarkan ia total mengeksplorasi kegemarannya. Orangtua tinggal mengenalkan huruf-huruf dari tokoh kegemarannya. Misalnya Spiderman terdiri dari huruf apa aja, S-P-I-D-E-R, bacakan Spider, lalu M-A-N, Spiderman.
  19. Tirukan suara-suara binatang
  20. Bacakan setiap tulisan nan tertera pada apa saja dan ditemukan di mana saja. Misalnya poster atau spanduk di jalan, billboard, iklan televisi, struk pembayaran atau di bungkus snack.
  21. Alat tulis, dan wahana menggambar. Jangan batasi anak dengan pensil atau alat tulis tertentu.
  22. VCD interaktif dan internet.
  23. Di dinding kamar. Ia corat-coret dengan grafiti abstrak. Orangtua jangan marah, sebab itu baru sebagian kecil dari ekspresinya, sebab itu sediakan kertas dan whiteboard.
  24. Alat peraga huruf besar-besar. Ajarkan juga anak mengenal huruf kecil misalnya a kecil, b kecil dan seterusnya.
  25. Meminta dia buat 'menebak' kata nan hilang.

Jangan mencoba menggunakan semua cara dalam satu waktu sekaligus, perlahan-lahan! Berkonsentrasilah pada proses. Beri keyakinan kepada anak bahwa mereka bisa! Bagi anak, menulis juga berarti menggambar, begitu pun sebaliknya.

Orangtua jangan risi dan takut atau merasa sayang memberikan anak dengan kertas, pena, dan lain sebagainya. Orangtua masih saja bingung, begini saja, jika ada satu lagu nan disukai anak, gunakan nada dalam lagu tersebut, tetapi liriknya diubah dengan mengenalkan huruf.

Anda sebagai orangtua niscaya tahu, niscaya dapat dan pernah mencobanya. Manfaatkan sekeliling, semua dapat menjadi wahana belajar, termasuk belajar membaca. Saatnya merancang masa depan si buah hati dengan mengajarinya mengenal huruf dan hobi membaca. Seperti kata Khalil Gibran: “Anakmu bukan milikmu. Lewat engkau mereka lahir, namun tak dari engkau. Berikan mereka kasih-sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu. Kau boleh berusaha menyerupai mereka, namun jangan membuat mereka menyerupaimu.”



Belajar Membaca buat Anak

Jika pengarahan Norma membaca kurang dilakukan, tak sedikit anak nan sudah bisa membaca, tetapi tak begitu tertarik dengan buku. Tidak hiperbola jika para orangtua mulai memfasilitasi media belajar membaca dalam bentuk apapun ketika sang anak terlihat sangat antusias belajar membaca walaupun masih berusia balita.

Kontroversi seputar belajar membaca pada balita masih saja sering diperbincangkan dan tak pernah ada habisnya dari hari ke hari. Bahkan, beberapa kalangan melarang para orangtua atau guru buat mengajarkan belajar membaca pada usia dini sebab dikhawatirkan anak-anak menjadi terbebani sehingga timbul perasaan benci pada kata ‘belajar’.

Tapi, selama prinsip ‘ fun ’ dipraktikkan dalam belajar membaca, niscaya si anak selalu merespon dengan baik dan niscaya suka belajar membaca. Mengajarkan anak belajar membaca jauh lebih positif dibandingkan membiarkan anak-anak menonton televisi selama berjam-jam. Meskipun sebenranya televisi juga merupakan media belajar bagi anak, tetapi tayangannya lebih didominasi hal-hal nan negatif.



Model-model Belajar Membaca

1. Belajar Membaca Lewat Kosa Kata

Kosa kata bisa dijadikan wahana belajar membaca bagi anak sebab kosa kata ialah pembentuk kalimat. Melalui kosa kata, anak-anak tak hanya belajar membaca, tetapi juga belajar perbendaharaan dan pemahaman kata-kata nan akan mereka pakai dalam berbicara.



2. Belajar Membaca Lewat Suku Kata

Belajar membaca lewat suku kata ialah model nan banyak dipakai, khususnya di sekolah-sekolah. Prinsip dasarnya yaitu mengenali pola terlebih dahulu sebelum masuk pada fase membaca. Belajar membaca lewat suku kata, contohnya ialah dengan “ ba bi bu be bo.. ” dan sebagainya.



3. Belajar Membaca dengan Mengeja

Metode belajar membaca ini dimulai dengan mengenalkan huruf baru lalu merangkainya menjadi gabungan huruf dan menjadi sebuah kata. Metode belajar membaca ini memang sudah banyak dilupakan sebab terbukti cukup menyulitkan bagi anak-anak. Metode belajar membaca dengan mengeja akan membuat kerja otak kiri semakin dominan.

Metode belajar membaca dengan mengeja membutuhkan tiga tahapan buat bisa menyebutkan suatu kata, yakni huruf, suku kata, dan terakhir kata. Ada sebagian anak nan bisa belajar membaca dengan metode seperti ini. Tapi, harus juga dibarengi latihan membaca kata secara intensif agar sang anak merasa percaya diri buat membaca.