Karakteristik Wisatawan Lokal

Karakteristik Wisatawan Lokal

Ciri wisatawan memang unik. Ada nan tak peduli mau tidur di mana dan mau makan apa nan krusial happy dan dapat menikmati suasana loka nan dikunjungi.
Prilaku wisatawan sebenarnya dapat ditebak dari tingkah lakunya selama dia menghabiskan liburan. Prilaku nan dia tampilkan merupakan cerminan dari Norma dan budaya di mana dia tinggal. Karakter wisatawan juga dapat dibedakan sinkron dengan tingkatan sosialnya. Semakin tinggi tingkatan sosialnya, selera berwisatanya pun semakin ekslusif dan menuntut pelayanan nan spesifik pula.

Sangat menarik memperhatikan prilaku turis dari bingkai prilaku konsumen. Bagi pelaku industry pariwisata mempelajari karakter konsumen hukumnya wajib. Tujuannya agar pelaku bisnis wisata tahu apa kebutuhan, selera dan tujuan mereka datang ke loka wisata.



Sifat dan karakter wisatawan

Karena berwisata merupakan salah satu kebutuhan pokok mereka, maka mereka akan memilih loka wisata nan dapat memberikan pengalaman baru. Ada wisatawan mancanegara nan mencari tempat-tempat nan eksotik dengan tantangan fisik nan luar biasa. Misalnya, mendaki puncak-puncak gunung, bermain ski, hiking ke hutan rimba, dan wisata budaya nan memberikan perbedaan makna asri dan istimewa tentang loka tersebut.

Tidak sedikit wisatawan mancanegara nan mencari penginapan di homestay nan unik dengan budget seadanya. Bagi mereka bukannya loka nan nyaman, tapi suasana nan nyamanlah nan lebih dicari.

Mengetahui tabiat turis juga bermanfaat bagi bauran produk dan postioning produk nan ditawarkan oleh pebisnis nan bergerak dalam jasa wisata.



Turis kaya

Bagi kaum nan berduit, mereka akan mencari hotel berbintang nan menawarkan paket wisata nan tak biasa. Misalnya, tour de village dengan gajah, mengunjungi taman Komodo nan membuat jantung berdebar-debar, mandi dengan hiu di kolam hiu, menikmati lumba-lumba nan beratraksi di bahari lepas, ataupun hanya sekedar makan malam di restoran di atas pohon.

Untuk menikmati semua fasilitas nan unik dan eksotis itu, kadang para wisatwan mancanegara harus merogoh kocek nan tak sedikit. Tapi bagi mereka nan menganggap liburan atau aktivitas wisata ialah hal nan wajib dilakukan, maka semua itu dianggap wajar-wajar saja. Itulah biaya kenyamanan dan pengalaman. Mereka bahkan menganggap semuanya itu sebagai investasi jiwa.

Bacalah dan tontonlah film Eat, Pray, Love nan diangkat dari kisah perjalanan Elizabeth Gilbert nan menginspirasi banyak orang buat melakukan perjalanan nan sama. Itulah salah satu ciri wisatawan mancanegara. Pencarian makna hayati lebih dipentingkan daripada perhitungan biaya nan dikeluarkan. Bahkan wisata dengan menggunakan kapal pesiar mewah ataupun wisata ke luar angkasa pun mereka lakukan demi menjemput secuil makna hidup.



Karakteristik Wisatawan Lokal

Biasanya para wisatawan lokal ini lebih suka berwisata dalam jumlah nan besar. Kebersamaan lebih krusial dibandingkan pengalaman di loka wisata. Gaya wisatawan lokal menikmati global wisata memang agak berbeda dengan gaya wisatawan mancanegara.

Bagi wisatawan lokal, dengan biaya serendah-rendahnya mereka dapat menikmati wisata nan agak mewah. Tips nan diberikan oleh wisatawan lokal juga tak seberapa. Tidak seperti wisatawan mancanegara nan tak segan-segan memberikan tip nan cukup besar kalau merasa puas.

Bisa dikatakan bahwa wisatawan lokal terkenal tak rapi, tak disiplin, dan tak higienis (agak sungkan mengatakan bahwa wisatawan lokal berperilaku jorok). Selain itu, mereka suka merusak dan mencorat-coret fasilitas wisata. Memang tak semua wisatawan lokal berperilaku seperti itu, tapi kebanyakan seperti itu sehingga wisatawan lokal dicap seperti itu.



Turis lokal / turis belanja

Orientasi turis lokal nan paling mudah ditebak ialah setiap datang di objek wisata atau negara baru, nan pertama kali dikerjakan ialah berbelanja dulu atau shopping, kemudian dengan susah payah mereka menenteng belanjaan sambil jalan-jalan menikmati suasana loka baru. Kondisi seperti ini tentu sangat merepotkan bagi mereka. Bahkan ada turist lokal nan niat banget menghabiskan liburannya buat belanja di negeri orang. Guna mempersiapkan kegiatan itu, sedari rumah membawa satu koper kosong buat menaruh barang belanjaan selama di wisata.

Karakter ini bertolak belakang dengan turis Eropa atau Jepang, ketika datang keobjek wisata atau bepergian ke suatu negara. Kegiatan nan diutamakan ialah menikmati objek wisata atau jalan-jalan sambil terus menggali informasi tentang lokasi nan dikunjunginya. Mereka biasanya menenteng kamera, guide book dan peta, serta uang secukupnya saja. Mereka tidak kamu susah-susah pergi kemana-kemana membawa barang belanja.



Turis IT kemana-mana bawa gadget

Prilaku turist Indonesia memang unik, dan malah terkesan norak dari pada turis lainnya. Sekarang ini era teknologi dan gadget, hampir semua area di Indonesia dan luar negeri ter-cover gelombang telekomunikasi, termasuk ditempat-tempat wisata.

Demikian juga orang - orang nan gila gadget ketika sedang liburan ke suatu loka atau ke luar negeri. Tak lupa mereka membawa aneka gadgetnya, dari telpon genggam, kamera DSLR dengan teleb esar, sampai komputer tablet. Bahkan terkadang memotret alias narsis-narsisan menggunakan komputer tablet nan ukurannya selebar talenan. Semua diangkut dalam tas kecil, kalau dilihat terasa merepotkan sekali dan akan beresiko jika wisata di pantai, atau di tempat-tempat keramaian umum.

Padahal hakikat wisata ialah menikmati suasana baru, dan menghilangkan kepenatan sebab rutinitas hidup. Turist nan sejati niscaya akan meninggalkan semua atribut kerja, dan tidak mau diganggu oleh urusan kerja. Maka dari itu mereka meninggalkan semua gadget di rumah dan membawa barang-barang seperlunya saja. Mereka ingin menyatu dengan alam, dengan menyewa resort dan vila di pinggir pantai atau tengah hutan selama bebarapa hari.



Kaum Backpacker

Kaum Backpacker ialah para wisatawan nan menikmati perjalanannya dengan biaya murah. Semua fasilitas nan dipakai ialah fasilitas minimum. Transportasi nan dipakai juga ialah transportasi sederhana dan angkutan umum.

Penginapan pun nan berfasilitas paling sederhana dengan sekamar dapat berisi 5-6 orang. Bila ingin tahu lebih jauh tentang bagaimana menjadi seorang Backpacker, buku nan ditulis oleh Trinity nan berjudul 'Naked Traveller' dan juga buku-buku nan berisi tentang ber-backpacking ria terbitan Bentang Pustaka Yogyakarta.

Menjadi backpacker bukan semata mengandalkan kapital nekat saja. Sebelum mereka merencanakan berwisata, ada persiapan nan dirancang matang terlebih dahulu. Misalnya menentukan loka tujuan, setelah itu searching di internet guna mengetahui karakter masyarakat dan kondisi geografis dan taraf keamanan.

Kemudian mengumpulkan semua informasi tentang negara tujuan termasuk membeli guide book. Setelah literature lengkap terkumpulkan, termin berikutnya baru menyusun itenarinya. Itenari ialah susunan jadwal perjalanan, tempat-tempat mana nan harus disinggahi. Selain itu backpacker sejati harus pandai menyusun budget perjalanan wisata selama misalnya sebulan.

Ditambah lagi kejelian memanfaatkan peluang penawaran tiket penerbangan murah dan akomodasi lainnya.
Diskripsinya turist ransel memiliki karakter nan disiplin dalam berwisata dan bijak mengeluarkan biaya. Merekalah agen promosi nan handal bagi negara tujuan wisata. Oleh sebab itu di Eropa, dibangun tempat-tempat akomodasi buat backpacker. Malahan keberadaannya dilindungi oleh pemerintah dan polisi setempat, buktinya turist backpacker tidak kwatir saat kemalaman tidur di stasiun kereta api, bandar udara dan sebagainya.



Adventure turist

Karakter turis berikutnya ialah turist adventure atau petualang. Maksudnya ialah turis jenis ini memiliki tujuan spesifik datang kesuatu negara. Tujuan spesifik ini ialah buat berpetualang menguji nyali. Ambil contoh sekawanan turis datang ke Kepulauan Mentawai buat bermain surfing dan menjajal ombak-ombak di sana nan terkenal paling baik sedunia. Jiwa petualang mereka diuji, lantaran akses menuju spot pantai tidak mudah dijangkau, surfer harus berganti-ganti pesawat dan mengarungi bahari guna mencapai sasaran.

Turis seperti ini sebenarnya jumlahnya tidak sedikit, mereka datang secara constant dan bersama-sama. Mereka tidak menuntut akomodasi nan lebih, mereka bersedia menginap di rumah penduduk atau mendirikan tenda-tenda di tepi pantai. Namun sekarang ini tempat-tempat surfing mulai ramai dibangun hotel dan resort. Uniknya investor nan menjalankan bisnisnya datang dari turist sendiri.

Mungkin tidak hanya pencari ombak saja nan datang ke pelosok pantai di Indonesia. Ada banyak turist petualang nan datang ke Indonesia atau suatu negara buat tujuan uji nyali, misalnya mendaki gunung, eksplorasi gua, arung jeram dan masih banyak lagi. Himalaya, Swiss dan New Zeland merupakan negara nan menawarkan wisata uji adrenalin bagi turis nan suka mendaki gunung.

Demikianlah sekilas tentang karakter dan prilaku wisatawan nan menjadi objek study bagi pelaku industry pariwisata. Sejatinya wisatawan merupakan konsumen primer bagi pebisnis nan bergerak di bidang hospitality. Semoga bermanfaat.