Kesucian Palestina

Kesucian Palestina

Dalam sejarah penyebaran agama Islam, kita mengenal beberapa nama nan memiliki peran krusial di dalamnya. Mereka ini disebut sebagai pahlawan Islam, yaitu orang nan mau berjuang demi kemajuan dan kejayaan agama Islam tersebut. Perjuangan para pahlawan Islam ini, bukan hanya dibatasi dalam perjuangan fisik semata.

Beberapa orang nan termasuk dalam pahlawan Islam, memiliki jasa besar di bidang pemikiran. Mereka berjuang melalui pemikiran mereka, agar agama Islam dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat dan dapat menyatu dengan kehidupan di sebuah daerah.

Salah satu pahlawan Islam nan terkenal ialah Shalahuddin al Ayubi. Tokoh nan terkenal sebagai penakluk Palestina tersebut, sukses merebut tanah kudus Palestina dari pasukan salib Kristen Eropa. Masyarakat Eropa menyebutnya dengan nama Saladin. Namanya sendiri cukup lama dikenal oleh masyarakat Eropa dan terkenal dengan kebijakannya memberlakukan pajak nan disebut Pajak Saladin.

Shalahuddin al Ayubi, dilahirkan dengan nama Yusuf Shalauddin bin Ayub. Lahir dari suku Kurdi, sekitar tahun 1138 M. Shalahuddin kecil, tinggal di kawasan Tikrit nan saat sekarang ini masuk ke dalam kawasan Irak. Pada masa itu, Islam sedang mengalami kejayaan.

Setelah diusir dari Tikrit, keluarga Shalahuddin pindah ke Mosul. Disana dirinya berjumpa dengan Imaduddin Zengi, nan mendirikan Dinasti Zengi dan memimpin tentara muslim melawan pasukan Salib di Edessa. Imaduddin Zengi meninggal pada 1146, dan dilanjutkan oleh anaknya Nuruddin nan kemudian mengirim Shalahuddin ke Damaskus buat melanjutkan pendidikan.a

Setelah kembali dari Damaskus, Shalahuddin memulai perjuangannya di Mesir. Langkah pertama ialah meruntuhkan kekuasaan Fathimiyah dan mengembalikan pada Khilafah Abbasiyah sebagai khilafah nan sah. Selain itu, Shalahuddin melakuan revitasliasi ekonomi di Mesir, mereformasi militer dan juga menegakkan kembali nilai-nilai Islam nan sebelumnya hilang.

Shalahuddin juga membangun sekolah serta rumah sakit nan diperuntukkkan bagi rakyat Mesir. Pintu gerbang istana nan pada mulanya hanya dibuka buat kaum bangsawan, dibuka untu umum. Sikap ini menimbulkan kemarahan dari pasukan Salib nan kemudian berusaha menghancurkan semua usaha Shalahuddin di Alexandria, Mesir. Namun, berkat persatuan umat Islam dan bencana tentara, serta ditambah dengan pertolongan Allah, pasukan Salib sukses dikalahkan.

Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Shalahuddin sangat menghormati kaum ulama. Para ulama merupakan loka Shalahuddin untu meminta nasihat, terutama dalam menentukan masalah kemiliteran serta pemerintahannya. Shalahuddin juga menunjuk seorang ulama dari Mazhab Hambali, Ibnu Qudamah, sebagai penasihatnya ketia Shalahuddin menundukkan Palestina.

Salah satu jasa besar dari Shalahuddin al Ayubi ialah ketika mampu merebut tanah Palestina dari kekuasaan bangsa Eropa. Hal ini terjadi ketika tentara Salib Eropa banyak membantai tentara muslim di Palestina.

Perjuangan Shalauddin merebut Palestina diawali dengan mengalahkan Aslakon dan Ramallah, dengan menundukkan pasukan Salib di beberapa pertempuran. Sayangnya, dalam pertempuran Montgisard pada tanggal 25 November 1177, Shaladdin mengalami kekalahan nan sangat besar. Dimana banyak pasukannya wafat di tangan pasukan Reynald de Chatillon dan Baldwin IV.

Gelora jihad melawan kebengisan pasukan Salib terus menggelora dan dengan persiapan nan lebih matang Shalahuddin kembali berusaha memasuki Palestina. Kali ini, agresi dilakukan dari Damaskus dengan menyerang Tiberias, Tyre dan Beirut. Dan pada bulan Juni 1179, pasukan Shalahuddin kembali berhadapan dengan pasukan Baldwin IV, di kawasan kota Marjayoun. Kali ini pasukan Shalahuddin sukses memukul mundur pasukan Baldwin IV dan menangkap beberapa orang nan memiliki peran krusial seperti Raja Raymond. Sementara, Baldwin sendiri sukses kabur dan melarikan diri.



Pertempuran Hebrew

Setelah sukses menundukkan pasukan Baldwind IV, Shalahuddin melanjutkan dengan mengepung Benteng Chastellet di Hebrew. Benteng ini sendiri dibangun oleh Baldwin, namun belum selesai pengerjaannya. Pada saat itu, pembangunan benteng baru menyelesaikan pembangunan satu dinding dan satu menara.

Baldwin sendiri pada saat dikepung di Benteng Chastellet, tak berada di loka tersebut. Sebab dirinya sedang bersama pasukannya di kawasan Tiberias. Akibatnya, pasukan Shalahuddin mampu mengalahkan pasukan Baldwin nan ada di Benteng Chastellet dengan mudah.

Baldwin nan pada saat itu baru datang dari Tiberias, melihat bahwa di atas Benteng Chastellet sudah berkibar bendera hitam dan putih. Pada bendera tersebut, tertulis kalimat syahadat nan cukup jelas terlihat. Akibatnya, Baldwin merasa ketakutan dan mundur sebelum sampai ke Benteng Chastellet.



Kesucian Palestina

Bagi umat Islam, Palestina merupakan tanah nan suci. Sebab, di atas tanah Palestina tersebut, merupakan kota dimana Nabi Ibrahim tinggal ketika hidup. Selain itu, di tanah Palestina pula, Nabi Muhammad SAW memulai perjalanannya dalam ibadah Isra' Mi'raj. Palestina juga merupakan kiblat pertama di awal kehadiran Islam. Dan Palestina juga merupakan sebuah loka nan akan dikunjungi oleh orang-orang suci, dan merupakan makam para Rasul. Di tanah Palestina inilah, kelak manusia akan berkumpul pada hari kuamat, dan merupakan tanah dimana menjadi loka kebangkitan manusia.

Hal inilah nan kemudian menggelorakan semangat Shalahuddin al Ayubi buat merebut Palestina dari kekuasaan Pasukan Salib Eropa. Hal ini dilakukannya dengan mengerahkan semua kekuatan kaum mujahiddin, guna menyerang benteng Palestina nan dikuasai pasukan Salib.

Dengan menggunakan pasukan pelontar batu barah atau Manjaniq, pasukan Shalahuddin mulai bergerak menyerang pasukan Salib nan bertahan di dalam benteng. Pasukan Salib nan dipimpin oleh Balian de Ibelin, juga berusaha membalas agresi pasukan mujahiddin dengan manjaniq nan mereka miliki. Akibatnya, tak sedikit pejuang Islam nan harus menjemput ajal dan menuai syahid dalam pertempuran tersebut.

Namun demikian, hal itu justru semakin melecut semangat para pejuang mujahiddin lainnya. Tekanan nan dilakukan kepada pasukan di dalam benteng semakin kuat nan berakibat melemahnya kekuatan fisik dan mental pasukan Salib tersebut. Akibatnya, mereka berusaha dengan segala cara buat dapat menyelamatkan diri dari agresi pasukan mujahiddin nan semakin kuat.

Salah satunya dilakukan dengan cara mengirimkan dua orang utusan buat berjumpa Shalahuddin. Tujuannya, mereka hendak meminta agunan keselamatan pada Shalahuddin. Namun, permintaan ini tak dikabulkan oleh Shalahuddin. Shalahuddin bahkan menunjukkan fakta bahwa pasukan Salib juga melakukan pembantaian besar-besaran pada kaum mujahiddin pada tahun 1099 M.

Penolakan ini membuat Balian de Ibelin, datang menghadap langsung kepada Shalahuddin dengan tujuan sama. Namun, permintaan ini disertai ancaman bahwa Balian de Ibelin akan membunuh semua manusia nan ada di dalam benteng. Selain itu, Balian juga akan menghancurkan loka kudus umat muslim yaitu masjid Al Aqsa serta berjuang sampai mati. Hal ini akan dilakukannya jika tak mendapatkan agunan keamanan dari Shalahuddin.

Dengan adanya pertimbangan dari para ulama serta penasehat militer, akhirnya Shalahuddin menyetujui permintaan tersebut. Tujuannya ialah menjaga keselamatan pasukan Balian serta mencegah kehancuran masjid Al Aqsa. Namun, persetujuan ini tentu disertai syarat khusus, yaitu agar Balian de Idelin harus menyerahkan Palestina sepenuhnya pada kaum muslimin.

Selain itu, selurh pasukan salib Eropa diwajibkan buat menebus diri mereka sendiri, paling lama 40 hari setelah perjanjian itu diberlakukan. Dan pada hari Jum'at nan bertepatan dengan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad 583 Hijriah atau 2 Oktober 1187 M, Shalahuddin sukses memasuki Palestina dengan kedamaian. Selanjutnya Shalahuddin membersihkan semua salib dari masjid-masjid nan ada di Palestina dan menghentikan semua lonceng nan pada awalnya disuarakan sebagaimana lonceng di gereja.