Kemunculan Band Baru

Kemunculan Band Baru

Band baru telah wafat kutu. Band baru tak memiliki kualitas dalam bermusik, tak berdaya, dan tak memiliki power . Band baru ialah band kacangan. Muncul bak mie instan. Semenit pun jadi dan sedetik kemudian habis tergerus zaman.

Band baru muncul dan kemudian mati. Ungkapan itu banyak didengungkan oleh orang-orang nan merasa pesimis terhadap kemajuan belantika musik Indonesia. Mereka berpendapat bahwa saat ini, musik Indonesia sudah saatnya menuai kritik.

Format tampilan, formasi, lirik lagu, tema dan cara bermusik mereka hampir sama. Dari mulai tema patah hati, perselingkuhan, hingga tema keputusasaan seseorang terhadap cinta. Semua itu diformat mellow bin galau. Tak jarang, di antara masyarakat kita, para penikmat musik, kini lebih memilih buat mendengarkan musik-musik luar negeri dibandingkan karya anak bangsa.

Kemasannya nan nyentrik, cita rasanya nan elegan dan berkarakter dirasa bisa dijadikan pelarian bagi mereka. Mereka telanjur jenuh pada musik Indonesia nan cenderung temanya terkesan itu-itu saja. Tak heran, orang-orang nan sudah dimabuk lagu-lagu luar pun rela mengeluarkan kocek berjuta-juta demi melihat konsernya.

Lihat saja, misalnya betapa banyak orang nan rela antri berdesak-desakan guna mendapatkan tiket konser Justin Bieber. Contoh lain lagi, betapa banyak orang berdemo mendesak agar konser Lady Gaga tak jadi dibatalkan.

Akibatnya, band baru orisinil musik Indonesia terkesan timbul tenggelam. Muncul sesaat, tenar sesaat, bisa uang melimpah secara kilat, tenar dan manggung di mana-mana, kemudian gulung tikar sebab membosankan dan gak laku.

Namun, benarkah band baru bangsa kita semuanya telah wafat kutu? Benarkah band baru nan ada di tengah-tengah kita saat ini tak berkualitas? Benarkah mereka tak memiliki power nan dibanggakan? Benarkah band-band baru kita tak memiliki daya ketika disandingkan dengan band-band luar negeri? Lalu, haruskah kita menyetop laju kemunculan band-band baru ini?



Kemunculan Band Baru

Kemunculan band-band baru di belantika musik tanah air ini merupakan suatu kemajuan sekaligus kemunduran. Dikatakan kemajuan sebab bangsa Indonesia, saat ini memiliki banyak grup band nan menyebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Kehadirannya pun tak dapat distop begitu saja. Hal ini disebabkan oleh selama napas masih bernyawa, selama itu pula kreatifitas manusia ada.

Mereka akan terus tumbuh dan berkembang. Termasuk dalam hal musik. Ya, negeri kita, kini muncul generasi-generasi muda nan gemar akan musik. Dari desa terpencil hingga kota besar. Seperti Garut, Cianjur, Sukabumi, Cirebon, Malang, Yogyakarta, Bandung, Lampung, hingga Jakarta. Mereka tidak lepas dari musik.

Dari mulai jenis musik pop rock, jazz, melayu, k-pop, R&B, metal, hingga boy band dan girl band seperti Smash, 7 Icon, dan Cherry Belle. Bahkan, LA Light pun dengan sigap merespon ciptaan anak bangsa ini. Mereka memfasilitasi anak-anak muda agar menelorkan band-band baru nan imajinatif dan kreatif.

Terlepas dari liriknya nan hampir sama antar lagu. Terlepas dari temanya nan mirip. Terlepas dari genre musiknya nan seakan menjiplak. Mereka tetaplah anak bangsa nan ingin memajukan negeri ini. Mereka ingin mewarnai belantika musik bangsa ini.

Pemilihan nama band, pemilihan lirik lagu, tema dan jenis musik tidaklah dicetuskan begitu saja. Mereka akan berpikir berkali-kali buat mengeluarkan band nan dirasa berkualitas. Mereka akan menguras pikiran, tenaga, bahkan uang guna menghasilkan karya nan maksimal.

Oleh sebab itu, mereka layak buat diacungi jempol. Memang, ada istilah nan dicetuskan oleh William Shaksphare bahwa apalah arti sebuah nama. Tapi mungkin itu dulu, sekarang tidak. Apalagi dalam konteks industri hiburan tanah air. Nama merupakan stimulus bagi kesuksesan karir grup band.Kuburan band misalnya.

Namanya nan unik dan lagunya