Potensi Budidaya Lada

Potensi Budidaya Lada



Bangka Belitong

Negeri Laskar Pelangi ini menjadi salah satu loka budidaya lada. Lada malah disebut sebagai timah hitam sebab hasil dari lada ini cukup banyak. Lada dianggap sebagai salah satu penopang kehidupan nan utama. Orang di Pulau Bangka Belitong nan mempunyai ladang lada cukup luas, tentu saja dapat bersenang hati sebab penghasilan dari tanaman bercita rasa pedas ini membuat mereka kaya. Mereka dapat membangun rumah dan menunaikan ibadah haji bahkan beberapa kali.

Budidaya lada nan dilakukan secara tradisional saja mampu memberikan hasil nan berlimpah. Apalgi kalau budidaya itu dilakukan dengan teknik dan teori nan berdasarkan ilmu pengetahuan. Orang Bangka Belitong nan sangat paham dengan hal ini, tentunya akan mengikuti saran dari petugas penyuluhan. Bagi mereka, lada ialah hidup. Tanpa adanya lada, mereka tak tahu harus bagaimana. Tanaman nan lama, diganti dengan tanaman nan baru.

Ladang lada nan menghijau membuat masyarakat dan pemerinath Pulau Bangka belitong percaya diri kalau lada ini akan dapat menjadi komoditas nan dapat diandalkan selain timah. Bagaimanapun, timah tetap memberikan pemasukan nan tak sedikit. Walaupun beberapa tahun nan lalu, timah sempat bangkrut dan rakyat Bangka Belitong sempa terpuruk dengan keadaan nan tak disangka tersebut, timah masih digali dan dijual dengan harga nan masih dianggap wajar.

Kekayaan nan dimiliki oleh Pulau Bangka Belitong inilah nan membuat pemerintah pusat mengabulkan keberadaan Bangka Belitong menjadi sebuah provinsi. Sebelumnya, Bangka Belitong ini bagian dari Sumatera Selatan. Luasnya wilayah dan potensi sumber daya manusia nan bagus, membuat pemerintah pusat makin percaya kalau Bangka Belitong dapat mandiri. Banyak orang berhasil nan dikenal secara nasional berasal dari Bangka belitong.

Namun, nan paling fenomenal memang keberadaan novel Laskar Pelangi. Setelah itu ialah wakil gubernur Jakarta Basuki atau Ahok nan merupakan orang Bangka asli. Pulau dengan potensi pantai yang latif ini memang memang banyak dihuni oleh orang-orang keturunan Cina. Sebagaimana orang Cina pada umumnya, kerja keras menjadi salah satu karakteristik nan membuat mereka dapat bangkit dan meraih semua cita-cita nan telah diimpikan.

Mau tak mau apa nan dilakukan oleh orang-orang keturunan Cina ini mempengaruhi penduduk lokal sehingga mereka pun mempunyai semangat juang nan tinggi. Dalam bidang membudidayakan lada pun seperti itu. Kesabaran dan ketekunan telah membuat mutu lada dari Bangka menjadi sangat baik. Kualitas ini berbanding lurus dengan harga nan ditawarkan oleh para pembeli. Mereka tak segan memberikan penawaran nan cukup tinggi buat lada Bangka.



Pemasok Devisa

Pemerintah Indonesia sangat menyadari potensi pemasukan devisa satu ini. Itulah mengapa berbagai penyuluhan dilakukan demi menjaga kualitas dan nama Bangka sebagai penghasil lada. Penduduk pun menyadari bahwa kalau tak ada upaya dari diri mereka sendiri, kualitas lada mereka tak akan mungkin dapat terjaga. Untuk itulah kolaborasi dan saling memberikan donasi menjadi saru karakteristik nan sangat kental di kalangan para petani lada di Bangka dan Belitong.

Walaupun kini ada sumber pendapatan lain terutama dari bisnis pariwisata, lada tetap menjadi primadona. Lada ialah homogen rempah-rampah nan juga sering punya sebutan lain yaitu merica. Bagian nan diambil dari tanaman lada ialah bijinya. Biji lada ini punya fungsi nan sangat krusial buat membuat bumbu penyedap dari berbagai jenis masakan. Rasanya sedikit pedas namun dapat membuat lezat dan nikmat masakan. Yang istimewa dari lada ini adalah, hampir semua jenis kuliner di global selalu menggunakannya.

Keutamaan nan ada pada lada inilah nan membuat bangsa Indonesia peranh dijajah ratusan tahun oleh bangsa asing. Ketidaktahuan dan ketidakmampuan menggunakan kekayaan nan telah diberikan oleh Tuhan kepada negara ini, membuat orang lain nan memanfaatkannya. Sedangkan anak bangsa hanya dapat gigit jari dan tak mampu melakukan apa-apa dalam rangka meningkatkan kemampuan ekonomi negara. Untungnya kini telah banyak nan menyadari pentingnya meningkatkan mutu. Itulah mengapa banyak para petani nan mencoba menjadi petani nan cerdas.

Pada masa lalu, lada menjadi salah satu komoditas hasil bumi nan sangat berharga. Karena nilai jualnya sangat tinggi terutama di negara-negara Eropa. Hal inilah nan menjadi penyebab dari penjelajahan bangsa Eropa ke Asia, Afrika dan sebagian Amerika. Dari sini pula permulaan sejarah penjajahan atau kolonialisasi dimulai. Bangsa-bangsa penjajah itu telah memanfaatkan lada sebagai bahan makanan dan bahan buat pembuatan obat-obatan.

Kalau misalnya, sakit panas atau flu berat, buatlah sup nan diberi lada, maka tubuh akan menjadi hangat. Kehangatan inilah nan akan membuat tubuh bereaksi cukup cepat terhadap virus sehingga virus cepat terusir dari tubuh. Kalau virus terus bercokol dalam tubuh, maka virus itu akan mengalahkan antibodi nan lain sehingga tubuh akan semakin lemah. Kalau tubuh lemah, penyakit lain akan datang. Tidak ada nan mau terekna penyakit apapun termasuk flu nan dianggap penyakit ringan.



Potensi Budidaya Lada

Meski masa kolonial atau penjajahan sudah berlalu, lada hingga saat ini masih menjadi barang dagangan nan nilainya juga tetap tinggi. Maka tak ada salahnya bagi nan suka dengan global agrobisnis dan pertanian atau perkebunan buat terjun dalam usaha budidaya tanaman lada. Karena banyak potensi nan dapat diharapkan dari industri ini. Kehebatan lada ini memang tak perlu diragukan lagi. Makanan favorit seperti steak pun akan terasa semakin menggigit kalau diberi lada. Apalagi kalau tumisan sayur kangkung diberi bubuk lada hitam sedikit.

Daging nan diberi lada pun akan terasa lebih lezat. Hebatnya lada ini sudah sangat terkenal sehingga banyak orang nan menggunakannya. Bahkan lada ini dapat menjaga kesehatan. Kalau tubuh hangat, artinya daraj mengalir dengan lancar. Darah nan mengalir lancar inilah nan membuat kesehatan terjaga. Bagi orang-orang nan paham, ia biasanya akan lebih memilih menggunakan lada nan cukup banyak daripada cabe buat mendapatkan rasa pedas.

Beberapa potensi lada di antaranya ialah :

1. Potensi pasar
Dari zaman dulu sampai sekarang, lada tetap menjadi primadona di global perdagangan hasil bumi terutama buat rempah-rempah. Karena nilai transaksi dagangnya terus mengalami peningkatan. Ini suatu pertanda bila pangsa pasar hasil budidaya tanaman lada tetap bagus, sehingga tak perlu membuat khawatir. Bahkan menurut kabar terakhir, pada tahun-tahun mendatang permintaan lada juga cenderung naik.

Semakin menyusutnya tanah buat berladang lada, mempengaruhi produksi lada. Untuk itulah bagi nan telah menjadi petani lada, diharapkan terus melakoni pekerjaan tersebut.

2. Potensi tenaga kerja
Karena pangsa pasarnya sangat luas, maka kita juga mesti berani buat meningkatkan kapasitas produksi serta ekspansi budidaya tanaman lada ini. Sehingga mau tak mau kita juga harus menambah tenaga buat mengolah perkebunan serta hasil panennya. Tentu akan menjadi suatu hal nan membanggakan bila kita dapat membantu para pencari tenaga kerja agar mereka dapat memperoleh panghasilan.

3. Potensi devisa negara
Saat ini negara pengekspor terbesar biji lada ialah negara Vietnam. Sementara Indonesia berada di urutan kedua. Kenapa kita tak dapat menjadi nan nomor satu? Karena jumlah produksi kita juga masih terbatas.

Jangankan buat ekspor, buat memenuhi kebutuhan dalam negeri saja kadang masih kurang. Ini merupakan tantangan bagi kita buat dapat meningkatkan kapasitas produksi dari budidaya tanaman lada, sehingga nilai ekspornya juga dapat meningkat. Maka pemasukan negara dari hasil ekspor buat sektor perkebunan juga dapat lebih tinggi.

4. Potensi lingkungan
Proses produksi hasil budidaya tanaman lada sampai saat ini selalu bersifat alami. Jadi dapat dikatakan bila industri perkebunan tanaman lada itu ramah lingkungan sebab tak menimbulkan pencemaran, kerusakan lingkungan dan hal-hal lain nan merugikan kehidupan alam dan ekosistem di dalamnya.

Semoga info ini dapat bermanfaat dan jadi pemicu semangat buat terjun secara langsung dalam industri budidaya tanaman lada. Amin.