Perkembangan Gerabah Plered Purwakarta

Perkembangan Gerabah Plered Purwakarta

Ketika orang menyebut kerajinan keramik, ingatan kita akan langsung ke sebuah kecamatan nan berada di Purwakarta. Plered. Ya, Plered memang terkenal sebagai sentra penghasil keramik terkenal di Jawa Barat bahkan Indonesia. Karena itu dikenallah istilah plered Purwakarta .



Sekilas Tentang Plered Purwakarta

Plered ialah kota kecamatan nan ada di Kabupaten Purwakarta. Plered terletak di jalur lintasan antara Jakarta dan Bandung, tepatnya di Cikampek. Plered termasuk di dalam pengaturan pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

Sentra industri gerabah dan keramik Plered berada di daerah selatan Kabupaten Purwakarta. Dan Plered itu sendiri merupakan kecamatan dengan luas wilayah sekitar 36,79 km². Dengan kepadatan penduduk berjumlah kurang lebih 54.337 jiwa. Sentra industri kecil Plered ini berpusat di Desa Anjun, Citeko, serta Desa Pamoyanan.

Plered terkenal dengan industri rumahan, atau home industry .. Yakni produksi gerabahnya, atau biasa dikenal orang dengan keramik Plered. Plered pun telah lama dikenal sebagai wilayah penghasil keramik. Berasal dari daerah ini, berbagai produksi bentuk dan ukuran keramik nan dihasilkan, berupa keramik bentuk kecil, sedang hingga besar. Dengan berbagai ukuran, aneka desain, motif dan cara pemrosesan.

Sebagai sentra kerajinan gerabah, Plered telah menorehkan karyanya sejak zaman neolithikum. Wilayah Plered, Cirata, Citalang, dan Gandasoli diketahui merupakan kota atau desa nan tergolong tua di Purwakarta.



Plered atau Palered?

Plered bukanlah sebuah kota kecamatan besar, luasnya hanya 97,172 hektar saja. Kata Plered berasal dari Palered, menurut salah satu versi nan menyebutkan asal muasal nama Plered. Palered merupakan pedati-pedati kecil nan ditarik oleh kerbau buat mengangkut kopi pada masa tanam paksa dulu.

Palered tersebut terbuat dari papan kayu (roda dan pedati) sehingga tangguh, dapat berjalan walaupun di jalan berlumpur. Kopi ini diangkut menuju Cikawao Bandung/Jatiluhur nan selanjutnya dimuat ke atas rakit menuju Tanjung Priok dengan menyusuri Sungai Citarum.

Di area akses jalan nan berlumpur tersebut itulah, nan pada akhirnya dijadikan sebagai bahan primer pembuat gerabah Plered. Atau bahan dasar pembuat keramik Plered, nan terkenal itu.



Perkembangan Gerabah Plered Purwakarta

Kerajinan keramik Plered Purwakarta sudah muncul sejak zaman kolonial dulu nan ditandai dengan berdirinya loka pembuatan genteng dan batu bata kira-kira pada 1795. Dengan berdirinya lio-lio ini maka diawalilah proses transformasi penggantian properti rumah-rumah penduduk.

Pada awalnya, rumah-rumah penduduk di sekitar Plered dan Kabupaten Karawang hanya beratapkan ijuk, sirap, dan daun kelapa. Jenis-jenis atap rumah tersebut kemudian mulai digantikan dengan genteng-genteng. Sejak saat itulah, masyarakat Plered mulai bergerak di bidang gerabah dan menjadi home industry . Pada 1935, Hendrik De Boa seorang pengusaha Belanda mulai membuka pabrik glasir nan terletak di Warung Kondang, Plered.

Penjajahan Jepang di Indonesia membawa pengaruh besar pada kerajinan gerabah di Plered sebab sebagian penduduknya diharuskan buat bekerja paksa (Romusha). Lokasinya terutama di sekitar Gunung Cupu dan Ciganea.

Produksi gerabah Plered berhenti total pada masa kemerdekaan sebab seluruh penduduknya ikut terlibat dalam perjuangan. Bung Hatta menjadi orang nan berjasa dalam menghidupkan kembali industri gerabah di Plered dengan membuka Induk Keramik nan gedungnya terletak di Gonggo pada 1950. Sejak saat itu, industri keramik Plered kembali bergairah dan mencapai kejayaannya dengan didatangkannya mesin-mesin dari Jerman.

Keramik nan dihasilkan di Plered bukanlah produk jago kandang saja dalam arti hanya terkenal di daerahnya saja. Produk-produk keramik Plered sudah melanglang buana dan diekspor ke berbagai negara di antaranya Jepang, Taiwan, Korea, Australia, New Zealand, Kanada, dan Saudi Arabia.



Plered Bukan Hanya Penghasil Keramik

Selain terkenal dengan industri keramiknya, Plered juga terkenal dengan gentengnya. Sama halnya dengan Majalengka terkenal dengan genteng Jatiwanginya. Ribuan genteng dijemur setiap harinya di bahu-bahu jalan. Citeko merupakan salah satu daerah nan aktif memproduksi genteng ini.

Genteng-genteng nan masih basah dan tercetak tersebut sengaja dijemur di bawah terik matahari. Untuk memperoleh taraf kekeringan nan sinkron dengan baku mutu. Genteng-genteng ini memiliki aneka ragam jenis di antaranya genteng kodok, palentang biasa, palentang plat, genteng morando, dan genteng jenis turbo.

Nah, apabila suatu waktu Anda bepergian menuju arah Jakarta dengan menggunakan jalur Purwakarta, singgahlah di Plered, sentra kerajinan keramik, buat membeli atau hanya sekadar menikmati berbagai jenis keramik nan dihasilkan oleh tangan-tangan terampil pengrajin keramik Plered.



Berbagai Hasil Keramik Plered Purwakarta

Plered Purwakarta nan sudah dikenal sebagai sentra industri pembuatan keramik, menghasilkan berbagai jenis keramik. Yang mampu memenuhi kebutuhan ekspor Negara ke berbagai Negara-negara lain.

Adapun berbagai produk dari industri keramik Plered nan cukup digemari masyarakat luas adalah: guci, celengan keramik, vas bunga, pot bunga, loka bakaran sate, loka bakaran jagung, loka bakaran dupa, loka stanggi menyan, wadah sabun, wadah odol dan sikat gigi, alas vas dan pot bunga, nampan keramik. Ada juga berbagai jenis terakota, berbagai jenis porselen, berbagai jenis tembikar dan gerabah bakar, serta tentu saja genting.

Yang paling populer dan merebut hati para pecinta keramik, ialah tentu saja celengan keramik Plered, serta genting Plered Purwakarta. Karena selain dikenal dalam negeri, kedua produksi tersebut pun telah merambah pasar luar negeri.



Upacara Pembuatan Keramik di Plered Purwakarta

Terdapat suatu upacara selamatan nan dilakukan oleh seseorang nan baru membuka perusahaan keramik, nan disebut dengan istilah mitembeyan . Selain itu, berbagai upacara penghormatan lainnya kepada nenek moyang mereka lakukan agar usahanya sukses dan sinkron dengan apa nan mereka cita-citakan.

Upacara itu antara lain biasa mereka lakukan pada bulan Maulud dengan melakukan penguburan kepala kerbau, nan diikuti dengan pemberian sesajen pada alat-alat kerja mereka nan biasa disebut perbot, dan sesaji itu disimpan di atas tungku (pembakaran keramik).

Perkembangan selanjutnya, beberapa pengrajin/pengusaha tak lagi melakukan penguburan kepala kerbau. Mereka cukup menyembelih ayam, dan darahnya ditanam di sekitar tungku. Kemudian mengadakan syukuran bersama keluarga dan para pegawainya dengan memanggil seorang ustad buat menyampaikan siraman rohani dan berdoa bersama. Makanan nan disajikan pun cukup dengan membuat nasi uduk.

Demikian pula halnya ketika pengrajin/pengusaha membuat tungku baru, mendapat pesanan barang nan banyak, atau merasa telah sukses dalam usahanya. Mereka sekeluarga mengadakan syukuran, berdoa kepada Yang Maha Kuasa, mengirim hadiah kepada Rasul, para sahabatnya, serta para leluhur mereka, dengan mengundang atau berkirim makanan kepada para tetangga.

Menurut mereka, pekerjaan membuat kerajinan keramik erat berhubungan dengan tanah dan api. Tanah dan barah dianggap sebagai suatu benda nan suci, selain air dan udara. Dalam pekerjaannya sehari-hari, mereka selalu membakar tanah dan menggunakan barah buat pembakaran. Mereka merasa bahwa pekerjaannya itu melanggar ketertiban di dunia, nan mungkin tak dikehendaki oleh kekuatan nan menguasai tanah dan barah itu.

Penduduk biasa pula memberikan sesajen kepada nu ngageugeuh di desa tersebut, dan biasanya dilakukan pada setiap malam Selasa dan Jumat, pada waktu sembahyang Maghrib tiba. Spesifik sesajen buat dipersembahkan kepada Dewi Padi (Nyi Sri atau Nyi Pohaci) dipersembahkan pada malam Senin. Hal ini dilakukan sebab masyarakat percaya bahwa Dewi Sri juga bisa menyelamatkan mereka dari gangguan di bumi ini. Selain itu acara nan rutin dilakukan oleh para pengrajin ialah jarah (ziarah) ke makam para wali dan Syeh Panjunan nan ada di Cirebon..



Akses Mencapai Plered Purwakarta

Nah, apabila suatu waktu Anda bepergian menuju arah Jakarta dengan menggunakan jalur Purwakarta, singgahlah di Plered Purwakarta , sentra kerajinan keramik, buat membeli atau hanya sekadar menikmati berbagai jenis keramik nan dihasilkan oleh tangan-tangan terampil pengrajin keramik Plered.

Atau dapat juga saat Anda bepergian dengan arah Bandung. Maka saat melewati Cikampek, sempatkanlah pula buat mempir dan singgah di Kecamatan Plered. Karena Plered terletak hampir di tengah-tengah antara Bandung dan Jakarta.

Transportasi nan baik nan digunakan pada saat mencapai Plered, ialah kendaraan roda empat nan cukup tangguh. Karena mungkin saja Anda bukan sekedar bermaksud melihat-lihat saja. Namun juga ingin berkeliling daerah Plered, buat melihat bagaimana produksi keramik Plered dibuat dan diproduksi.

Atau Anda bisa juga menggunakan sepeda motor. Karena memang kondisi daerah dan akses jalan nan masih semi hotmix, membuat alat transportasi seperti sepeda motor justru lebih efektif buat digunakan.