Komunikasi Ritual

Komunikasi Ritual

Apa sebenarnya fungsi komunikasi bagi manusia? Komunikasi merupakan hal nan tak dapat dilepaskan dari manusia. Dari asumsi itu, nantinya akan mengarahkan kita pada pertanyaan "bagaimana manusia berkomunikasi?" Alih-alih "mengapa manusia berkomunikasi?" Namun, atas nama ilmu, sudah tentu hal mengenai fungsi komunikasi harus dijelaskan.

Dorongan buat berkomunikasi mungkin hampir mirip dengan tujuan dari komunikasi. Thomas M. Scheidel mengungkapkan bahwa manusia berkomunikasi buat menyatakan dan mendukung bukti diri diri; membangun kontak sosial dengan orang lain; dan buat mempengaruhi orang lain buat merasa, berpikir, atau berperilaku seperti nan kita inginkan.

Dari sini, kita dapat melihat beberapa poin penting. Komunikasi erat dengan penyampaian gambaran seseorang kepada orang lain. Selain itu, komunikasi juga digunakan dalam konteks kehidupan sosial. Komunikasi juga memiliki fungsi persuasi, yaitu mempengaruhi orang lain.

Penjabaran di atas menegaskan bahwa komunikasi tak melulu masalah menyampaikan pesan. Esensinya memang itu, tapi fungsi dan tujuannya dapat lebih luas. Klarifikasi dari Scheidel tadi juga mengarahkan konklusi pada teori dari Rudolph F, Verderber. Menurutnya, komunikasi memiliki dua fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan.

Fungsi sosial berhubungan dengan konteks sosial. Bagaimana seseorang menjalin rekanan dan mempertahankan interaksi baik dalam kehidupan sosial. Fungsi pengambilan keputusan lebih pada faktor dalam diri. Saat itu, komunikasi berfungsi buat mengambil keputusan, apakah melakukan sesuatu atau tak melakukan sesuatu. Hal ini sebab dalam setiap pengambilan keputusan, manusia cenderung melakukan komunikasi.

Entah itu komunikasi antar pribadi atau komunikasi intrapersona. Komunikasi intrapersona ini nantinya akan erat dengan pengolahan input informasi nan berguna dalam pengambilan keputusan. Sementara itu, komunikasi antar pribadi digunakan buat mencari informasi sebagai bahan pertimbangan mengambil keputusan.

Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson juga mengungkapkan hal nan mirip. Komunikasi berfungsi secara pribadi dan juga sosial. Fungsi komunikasi bagi diri sendiri antara lain pembentukan citra, keselamatan diri, dan meningkatnya pencerahan diri.

Sementara, dalam konteks kemasyarakatan, komunikasi berfungsi buat memperbaiki interaksi sosial dan dapat juga mengembangkan masyarakat.

Penjelasan fungsi komunikasi dari William I. Gorden lebih luas lagi. Menurutnya komunikasi memiliki empat fungsi utama. Keempat fungsi itu ialah komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental.

Dia menganggap bahwa fungsi-fungsi komunikasi itu tak saling berdiri sendiri. Semuanya saling mempengaruhi, namun memang ada fungsi nan dominan dalam kondisi dan konteks tertentu.



Komunikasi Sosial

Komunikasi sangat krusial dalam membentuk gambaran diri, konsep diri, dan aktualisasi diri. Manusia dikategorikan sebagai makhluk sosial. Jadi, manusia bukan single fighter macam paus bongkok atau laba-laba blackwidow. Manusia memang mungkin hayati seorang diri dalam kondisi tertentu.

Jika manusia dibentuk total tak berkomunikasi total, mereka akan cenderung liar. Konduite mereka akan menyerupai konduite hewan. Hal ini diungkapkan oleh pakar komunikasi, Deddy Mulyana.

Fungsi komunikasi dalam konteks ini erat hubungannya dengan budaya. Budaya menentukan bagaimana seseorang itu berkomunikasi. Namun komunikasi juga nanti akan membentuk bagaimana budaya sosialnya. Edward T. Hall bahkan sampai "menyamakan' budaya dengan komunikasi.

Komunikasi krusial dalam pembentukan budaya sebab mereka mengkomunikasikan norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat. Di sisi lain, budaya juga mengarahkan bagaimana komunikasi itu terjadi. Budaya menentukan bagaiman pesan-pesan itu disampaikan.

Misalnya, seorang ayah dalam bahasa Jawa menggunakan bahasa kasar dalam mengingatkan anaknya. Sementara itu, seorang bawahan menggunakan bahasa halus buat mengingatkan atasannya.

Dengan adanya komunikasi, manusia disebut Alfred Korzybski menjadikan mereka sebagai pengikat waktu. Manusia tak perlu memulai tata cara hayati dari nol lagi. Mereka bisa menggunakan budaya nan sudah ada dan dimodifikasi dengan kondisi terkini.

Karena erat hubungannya komunikasi dan budaya, hal ini kadang menimbulkan kesulitan sendiri. Nilai dan kebiasaan dalam setiap budaya tentu berbeda-beda. Hal ini juga nantinya turut mempengaruhi pola komunikasi itu sendiri.

Sering terjadi adanya miskomunikasi. Misalnya komunikasi orang barat nan cenderung menggunakan konteks rendah, akan bermasalah dengan budaya Jawa dan Sunda nan sering menggunakan komukasi konteks tinggi. Orang barat cenderung langsung menyampaikan pesan, sedangkan orang Jawa dan Sunda sering tak langsung.

Komunikasi dalam konteks sosial juga krusial dalam pembentukan konsep-diri, atau gambaran diri. Interaksi antara konsep-diri, konduite kita (komunikasi kita kepada orang lain), dan umpan balik dari orang lain berlangsung secara sirkuler.

Konsep-diri mempengaruhi komunikasi kita. Komunikasi kita akan menghasilkan respon dan umpan balik dari masyarakat. Dari umpan balik itu nantinya akan terbentuk bagaimana konsep-diri kita.



Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif sering dilakukan buat menyampaikan perasaan-perasaan kita. Kebanyakan komunikasi ini disampaikan dalam bentuk non verbal. Ungkapan kasih sayang, marah, atau malu memang dapat disampaikan oleh kata-kata.

Namun, paling besar dikomunikasikan lewat bahasa tubuh. Orang boleh mengatakan, "saya tak marah", padahal mukanya merah, tampang cemberut, dan pandangan matanya tajam. Orang akan lebih percaya bahasa non verbal itu daripada bahasa verbalnya. Komunikasi ekspresif nanti tentu akan mempengaruhi komunikasi sosial seseorang.



Komunikasi Ritual

Fungsi komunikasi ini berhubungan dengan komunikasi ekspresif. Namun bentuk penyampaiannya seringkali secara kolektif. Misalnya upacara perkawinan, ritual keagamaan, sampai memperingati tanggal bersejarah. Mereka nan terlibat dalam komunikasi ritual dianggap berusaha menegaskan sebagai bagian dari kelompok nan merayakannya. Komunikasi ritual juga dianggap sebagai komitmen individu terhadap tradisi dalam kehidupan sosialnya.

Seseorang nan baru masuk dalam lingkungan sosial baru cenderung harus melakukan komunikasi ritual nan baru. Mereka seolah diwajibkan buat melakukan komunikasi ini buat menunjukkan bahwa mereka memang siap dan akan bergabung dalam lingkungan baru ini. Misalnya mahasiswa baru harus melakukan "pengenalan" atau nan sering disebut ospek.

Selain buat komitmen emosional individu, komunikasi ritual juga sering digunakan buat mempererat kepaduan dalam suatu kelompok. Komunikasi ritual akan menciptakan rasa nyaman dan perasaan tertib. Menurut Deddy Mulyana, bukan substansi kegiatan ritual nan paling penting, namun perasaan senasib dan sepenanggungan nan menyertai komunikasi ini.

Deddy juga menganggap hal ini menandakan bahwa manusia bukanlah sepenuhnya makhluk rasional. Karena komunikasi ritual sering dianggap mubazir jika ditimbang secara rasio. Namun, manusia tetap membutuhkan komunikasi ritual, walau tujuannya berbeda-beda.

Misalnya, demi memenuhi kebutuhan jati diri, sebagai anggota dari komunitas, atau menciptakan rasa kondusif dan tenteram.

Tidak rasional, namun hal inilah nan membedakan manusia dengan seperangkat gadget modern.



Komunikasi Instrumental

Komunikasi fragmental mempunyai beberapa tujuan tertentu. Salah satunya ialah menginformasikan, mengajari, mendorong, dan mengubah suatu keyakinan. Fungsi lainnya ialah mengubah perilaku, namun juga menghibur.

Pada intinya, fungsi komunikasi ialah sebagai wahana persuasi, meyakinkan dan membujuk orang lain. Seseorang ingin versus komunikasinya mempercayai pesan nan disampaikan.

Sebagai suatu instrumen, komunikasi tak hanya dapat menjalin hubungan, namun tentu saja bisa menghancurkannya. Fungsi komunikasi dalam konteks ini, bertujuan buat mencapai tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi merupakan suatu faktor krusial dalam mencapai kesuksesan.

Banyak pemimpin besar di global nan dikenal sebab kemampuan berkomunikasinya. Tidak hanya komunikasi secara lisan dan verval, namun juga komunikasi secara tulisan dan non verbal.

Komunikasi juga tak hanya dilihat dari keahlian menyampaikan pesan. Keahlian dalam mendengarkan juga krusial dan dianggap sebagai keahlian komunikasi juga. Keahlian komunikasi ini tetap ditentukan dalam konteks kehidupan sosialnya. Hal ini sekali lagi menunjukkan, bahwa keempat fungsi komunikasi ini saling berhubungan.

Gaya komunikasi SBY mungkin sangat mujarab di kondisi masyarakat tertentu. Namun dapat saja gaya komunikasi beliau tak dapat diterima di budaya tertentu. Hal ini nan membuat ilmu komunikasi gampang-gampang susah buat dikuasai.