Peninggalan Kerajaan Kediri

Peninggalan Kerajaan Kediri

Dalam kisah sejarah bangsa Indonesia, cerita Kerajaan Kediri tak dapat dilepaskan dari perjalanan bangsa ini. Kerajaan Kediri pernah dicatat sebagai salah satu kerajaan besar nan ada di Indonesia nan memiliki peranan penting, khususnya bagi masyarakat di sekitar Jawa Timur.

Disebutkan bahwa Kerajaan Kediri ini didirikan sekitar abad ke-12. Rangkaian cerita Kerajaan Kediri tak dapat dilepaskan dari sejarah tentang Kerajaan Mataram Antik nan pernah berkuasa di tanah Jawa.

Disebutkan, bahwa berdirinya Kerajaan Kediri ini tak lepas dari berpindahnya Kerajaan Mataram Antik nan semula berada di Jawa Tengah. Namun, sebab adanya bala alam nan maha dahsyat, Kerajaan Mataram Antik ini lenyap secara tiba-tiba. Diyakini, bala alam Gunung Merapilah nan menjadi penyebab, mengapa Kerajaan Mataram Kuno, nan merupakan kerajaan besar di Jawa, dapat musnah tanpa ada penjelasan.

Kerajaan Kediri diyakini berdiri di tepi Sungai Brantas. Di mana pada masa lalu sungai ini merupakan salah satu pusat transportasi perdagangan nan cukup ramai. Sehingga dengan kondisi ini, Kerajaan Kediri tumbuh dengan pesat sebab didukung adanya fasilitas transportasi nan menyebabkan perdagangan di kerajaan tersebut cukup maju.



Berdirinya Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri berdiri setelah Raja Mataram Kuno, yaitu Raja Airlangga memutuskan buat membagi kerajaan tersebut menjadi lima bagian. Namun, sebagian sejarah menyebutkan bahwa Kerajaan Mataram Antik hanya dibagi menjadi dua, sebab dalam berbagai prasasti hanya dua kerajaan nan sering disebutkan, yaitu Panjalu dan Jenggala.

Pembagian kerajaan ini dilakukan agar anak-anak dari selir nan dimiliki oleh Airlangga tak saling berselisih paham dan berebut tahta kerajaan. Sebagai raja pertama Kerajaan Kediri, dipilihlah Samarawijaya. Samarawijaya inilah nan menciptakan nama kerajaannya menjadi Kediri. Karena sebenarnya, nama kerajaan itu ialah Pangjalu dengan ibukotanya Dahanaputra.

Dalam perkembangannya, Kerajaan Panjalu atau Kediri tumbuh menjadi sebuah kerajaan nan maju dan besar. Hal ini sebab letak Kerajaan Kediri nan cukup strategis, di tepi sungai nan menjadi lalu lintas primer pelayaran, sehingga mampu mendukung perdagangan kerajaan tersebut.

Hal sebaliknya terjadi pada Kerajaan Jenggala. Kerajaan nan dibentuk bersamaan dengan Kerajaan Kediri ini justru mengalami kemunduran. Bahkan, Kerajaan Jenggala kemudian hilang tanpa ada klarifikasi mengenai penyebabnya. Beberapa peneliti berkesimpulan, hilangnya Kerajaan Jenggala ini disebabkan kerajaan tersebut diserbu oleh Kerajaan Kediri.

Namun, ada juga nan berpendapat bahwa informasi tentang Kerajaan Jenggala ini terputus sebab minimnya informasi, seperti prasasti nan menceritakan tentang kerajaan tersebut. Di sisi lain, meskipun Kerajaan Kediri mampu tumbuh sebagai sebuah kerajaan nan cukup besar dan disegani di kawasan Jawa Timur, namun bukan berarti kerajaan ini tak pernah mengalami permasalahan.

Salah satu peristiwa besar nan dialami Kerajaan Kediri ialah ketika terjadi perebutan kekuasaan kekuasaan. Perebutan kekuasaan ini berawal ketika raja nan berkuasa pada saat itu, yaitu Raja Kertajaya sempat mengalami permasalahan dengan kelompok rahib . Dalam masa perselisihan itulah, salah seorang pemimpin Kerajaan Tumapel, yaitu Tunggul Ametung memanfaatkan keadaan.

Di mana Tunggul Ametung lantas merebut kursi kerajaan dari tangan Kertajaya. Kudeta tak lantas berhenti setelah Tunggul Ametung menjadi raja di Kerajaan Kediri. Karena kemudian, Ken Arok sukses merebut Kediri dari tangan Tunggul Ametung dan mengumumkan bahwa Kerajaan Kediri sudah tumbang.

Sebagai gantinya, Ken Arok lantas mendirikan Kerajaan Singasari, dengan mendudukkan Kediri sebagai salah satu wilayah kekuasaan Singasari. Pada saat Singasari dipimpin oleh Kertanegara, muncullah perlawanan dalam kerajaan tersebut. Perlawanan ini dimotori oleh Jayakarwang, Raja Kediri nan tunduk pada pemerintahan Singasari.

Jayakatwang melakukan perlawanan dan bersekutu dengan Bupati Sumenep di Madura. Tujuannya ialah menjatuhkan kekuasaan Kertanegara. Perlawanan nan dilakukan Jayakatwang ini mencapai hasil nan gemilang. Di mana pada tahun 1292, Kertanegara sukses ditundukkan dan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.

Dengan kekalahan ini, berakhir pula kisah Kerajaan Singasari nan didirikan di atas pertumpahan darah dari para leluhurnya. Jayakatwang pun mengumumkan berdirinya kembali Kerajaan Kediri sekaligus mengangkat dirinya sebagai raja pertama Kediri pasca dikuasai Singasari. Jayakatwang sendiri merupakan raja nan bijaksana.

Hal ini dibuktikan dengan pemberian kawasan Hutan Tarik buat Raden Wijaya. Raden Wijaya sendiri merupakan salah satu pimpinan pasukan Kerajaan Singasari, nan sukses menyelamatkan diri dengan lari ke Madura.

Akhirnya, berkat kebijaksanaan Jayakatwang, Raden Wijaya diberikan izin buat menempati Hutan Tarik tersebut dan menjadikannya sebagai daerah kekuasaan. Hal inilah nan kemudian dimanfaatkan oleh Raden Wijaya buat melakukan perlawanan kepada Jayakatwang di kemudian hari.

Tepatnya, pada tahun 1293, tentara Mongol nan dipimpin oleh Kaisar Kubilai Khan datang ke Kediri. Di mana sebenarnya, para tentara tersebut datang buat melakukan balas dendam kepada Raja Kertanegara. Padahal, Raja Kertanegara sendiri sudah tak memerintah Kerajaan Kediri sepeninggal peristiwa perebutan kekuasaan nan dilakukan oleh Tunggul Ametung.

Kedatangan pasukan Mongol nan semula berniat mencari Kertanegara, dimanfaatkan oleh Raden Wijaya. Dibantu dengan pasukan Madura nan dipimpin oleh Arya Wiraraja, mereka bekerjasama buat menyerbu Kerajaan Kediri nan pada saat itu sudah dikuasai oleh Jayakatwang.

Akibat peperangan nan tak seimbang tersebut, pasukan Jayakatwang terdesak dan kocar-kacir. Akibatnya, pasukan Jayakatwang menyerah dan kakuasaan Kediri pun jatuh seiring kekalahan Jayakatwang.

Diperkirakan, peristiwa tersebut juga menjadi akhir dari sejarah Kerajaan Kediri. Mengingat, tak ada kisah nan menceritakan tentang kehidupan masyarakat Kerajaan Kediri pasca kekalahan dari pasukan sekutu Mongol, Madura, dan pasukan Raden Wijaya tersebut.



Peninggalan Kerajaan Kediri

Sebagai salah satu kerajaan besar, Kerajaan Kediri memiliki banyak peninggalan nan menjadi salah satu sumber ekskavasi informasi tentang cerita Kerajaan Kediri. Informasi nan berkembang menyebutkan, pada masa Kerajaan Kediri berkuasa, agama nan digunakan sebagian besar masyarakat pada saat itu ialah agama Hindu.

Hal ini dibuktikan dengan adanya inovasi patung Airlangga nan dibuat dalam perwujudan Dewa Wisnu. Dewa Wisnu sendiri merupakan dewa nan dianggap paling bijak dan mampu memberikan pengayoman kepada manusia. Hal ini pulalah nan diyakini oleh masyarakat pada masa itu, di mana Prabu Airlangga merupakan sosok nan bijaksana dan mampu memberikan ketenangan bagi rakyatnya.

Hal ini dibuktikan dengan kerelaannya buat membagi Kerajaan Mataram Kuno, menjadi beberapa kerajaan baru. Hal itu bertujuan, agar anak-anaknya tak saling berebut kekuasaan nan dapat berdampak pada pertumpahan darah serta perpecahan dan peperangan. Karena peperangan pada dasarnya hanya akan menyengsarakan rakyat kecil nan sebenarnya tak memiliki keterlibatan apa pun atas peperangan tersebut.

Bukti lain nan menunjukkan bahwa pada masa Kerajaan Kediri agama Hindu merupakan agama mayoritas, juga dibuktikan dengan adanya inovasi arca Syiwa. Di mana arca tersebut dibuat pada masa Kerajaan Kediri dengan karakteristik khas agama Hindu. Patung tersebut dibuat sebagai salah satu persembahan nan ditujukan buat Dewa Syiwa.

Sebagai kerajaan nan berada di tepi sungai, Kerajaan Kediri juga dikenal sebagai kerajaan maritim. Bahkan, Kediri mampu tumbuh menjadi kerajaan nan kuat di bidang kelautan. Terbukti dengan wilayah kekuasaannya nan meliputi kawasan perairan timur Indonesia.