Cuplikan Teks Drama Sekolah

Cuplikan Teks Drama Sekolah

Teks drama sekolah merupakan bagian dari pelajaran sastra Indonesia nan akan menjadi pengalaman krusial dalam menumbuhkan minat dan talenta siswa di sekolah. Di beberapa sekolah, memang telah tumbuh dan berkembang sebuah grup teater apakah bagian dari pelajaran ekstrakurikuler atau ditumbuhkembangkan sendiri secara sukarela dan biasanya di bawah kelola para pengurus OSIS.

Dengan demikian, acara pementasan menjadi kegiatan rutin. Pada saat seperti itulah kebutuhan akan teks drama sekolah menjadi mendesak. Langkah pertama mengatasi kekurangan teks drama sekolah ialah dengan menggunakan naskah lakon drama nan telah dibukukan nan kebanyakan justru tak sinkron dengan kebutuhan sekolah. Ada baiknya selain siswa nan menekuni teater juga menekuni penulisan teks drama sekolah. Selain isu nan diangkat menjadi lebih aktual, pembiasaan ini juga akan menjawab kekurangan teks drama sekolah nan selama ini menjadi masalah primer kelompok teater di sekolah.

Tak beda dengan penulisan prosa jenis lainnya, penulisan teks drama sekolah tidaklah sulit asal ada kemaunan dan mendapat bimbingan nan tepat. Seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan akan menjadi motivator sekaligus katalisator buat mencipta kader-kader penulis teks drama sekolah. Jangan terlalu dipusingkan dengan apakah anak berbakat atau tidak. Yang terpenting, bagaimana menciptakan iklim nan kondusif, iklim kreatif, agar mulai lahir para calon penulis teks drama sekolah.

Pada awalnya, penulisan teks drama sekolah ini dapat saja dijadikan tugas kelompok misalnya di tiap-tiap kelas dan tiap-tiap jenjang. Kemudian guru bahasa Indonesia melakukan seleksi terhadap tugas-tugas penulisan teks drama sekolah itu sehingga akhirnya akan menemukan setidaknya tiga calon teks drama sekolah nan terbaik.

Ketiga naskah atau teks drama sekolah inilah nan kemudian diumumkan pada saat upacara senin pagi sehingga menjadi bagian dari proses apresiasi nan baik. Apresiasi awal ini pasti akan menjadi dorongan kuat buat terciptanya iklim nan aman dalam hal kreativitas yakni iklim dalam hal penciptaan teks drama sekolah. Kalau hal ini sudah terbentuk, guru bahasa Indonesia tinggal menuai hasilnya saja sehingga setiap ada pementasan tidak akan pernah kebingungan mencari teks drama sekolah nan baik dan layak buat dipentaskan.



Pilihan Teks Drama Sekolah

Teks drama sekolah kini telah dapat diunduh. Tapi kalau bertujuan menciptakan iklim kreatif, tentu saja lebih baik membuat teks drama sekolah secara langsung baik perorangan di sekolah nan bersangkutan atau hasil dari workshop penulisan teks drama sekolah. Untuk memantik kreativitas ada puluhan teks drama nan dapat diunduh melalui koneksi internet. Beberapa di antaranya ditulis oleh seorang penulis naskah drama nan telah berpengalaman. Namun, tidak sedikit nan ditulis oleh para pemula. Dari majemuk teks drama ini dapat menjadi bahan perbandingan nan baik.

Beberapa teks drama di antaranya "Aku VS Ayahku" karya Budi Ros, seorang dramawan dan penulis naskah dari Teater Koma, kemudian ada "Anak Rantau" buah karya Dian Tri Lestari, "Anting" karya Imran Laha, "Ayahku Stroke, Tapi Tidak Jadi Mati" atau "Arloji" nan ditulis P Hariyanto. Kemudian, ada "Bawang Merah dan Bawang Putih" nan diadaptasi dari cerita rakyat nan sudah sangat akrab dengan masyarakat. Ada laba tersendiri ketika membuat teks drama dengan mengadaptasi dari cerita rakyat, setidaknya popularitas cerita itu akan mendorong orang buat menyaksikan bagaimana ketika cerita rakyat itu dipentaskan.

Teks drama lain ialah karya Rusmila nan berjudul "Cahaya Rembulan", "Contreng Saya" tulisan Dian Tri Lestari, U Nurochmat membuat teks drama berjudul "Foging", Candra Barong Harjanto menulis teks drama berjudul "Ibu Bumi", lalu ada "Jalur 17" dari Joned Suryatmoko, "Karma" nan merupakan teks drama adaptasi dari Legenda Batu Menangis, Juma’ali menulis naskah "Kesurupan", "Topeng-Topeng" karya Enang Rokajat Asura, "Kebo Nyusu Gudel" buah karya Dheny Jatmiko, Apris menulis teks drama berjudul "Kongres Unggas" dan penulis senior Viddy AD Daery menulis teks drama remaja "LIT".

Beberapa teks drama nan dapat pula dicoba dipentaskan atau dijadikan sebagai bahan acum ketika akan menulis sebuah teks drama, misalnya karya Muram Batu Bara nan berjudul "Lena Tak Pulang", atau "Lidah Tak Bertulang" hasil tulisan U Nurochmat. Teks drama lainnya "Malin The End Scene" (MS Nugroho), "Menggulung Layar" (Anggi V. Goenadi), "Meunasah" (Zakh Syairum Majid), "Hitam Putih" (Enang Rokajat Asura), "Nimok, Aku Cinta Kamu" karya Hardjono Wiryosoetrisno dan sebuah teks drama karya Roy Agustinus berjudul "Nina Bobo".

Ucok Klasta menulis teks drama berjudul "Padang Bulan", Lukman Riyadi menulis teks drama "Penantian", "Pengagum Binatang" ialah teks drama karya Dadi Reza Pujiadi dan "Prasangka" ialah teks drama karya Adjim Arijadi. Teks drama adaptasi dari cerita rakyat lain nan cocok buat dipentaskan di sekolah ialah "Raja Lapuk" atau "Rumah Di Tubir Jurang". Yang terakhir ialah teks karya Yoga.

Teks drama nan cocok dipentaskan di sekolah sebab mengangkat permasalahan nan akrab dengan anak remaja ialah "Salah SMS" sebuah teks drama karya Paulus PN Simangunsong atau "Sandal Jepit" karya Herlina Syarifudin. Naskah lain ialah "Simponi Anak Jalanan" teks drama karya dari IGN Arya Sanjaya atau "Siti Nurbaya" karya Ilham Yusardi.



Cuplikan Teks Drama Sekolah

Beberapa cuplikan di bawah ini menjadi pelajaran berharga bagaimana teks drama sekolah dimulai. Coba perhatikan teks drama berikut ini. Ini cuplikan babak awal dari teks drama “Aku VS Ayahku”.

MARJUKI : He, ngomongin gue lu? Sompret lu! Berani-beraninya!

BAGUS : Siapa nan ngomongin? Ini namanya taaruf tokoh .…

MARJUKI : Pakai diperkenalkan segala. Memangnya, aku tak dapat memperkenalkan sendiri tokoh nan aku mainkan?

BAGUS : Bisa, bisa. Justru ini buat membantu situ. Supaya penonton lebih jelas, Marjuki itu tokoh macam apa. Soalnya, akting situ pas-pasan.

MARJUKI : Sembarangan! Saya aktor. Main aku dijamin bagus. Dalam lakon ini, Marjuki pun tokoh penting, jelas karakternya. Tidak perlu diperkenalkan.

BAGUS : Tetap perlu diperkenalkan, kawan. Jangan kata Marjuki, capres juga perlu perkenalan, perlu kampanye. Kalau tidak, nggak akan bisa dukungan publik. Malah ada capres nan bikin buku dulu sebelum mencalonkan diri. Mereka membangun imej nan hebat-hebat tentang dirinya. Padahal, begitu jadi presiden, sami mawon.

MARJUKI : Sudah jangan ngelantur.

BAGUS : Saya bukan ngelantur, aku bicara fakta. Eh, tahu tak bedanya capres dengan aktor ?

MARJUKI : Tahu. Mereka harus sama-sama jago akting.

BAGUS : Pinter. Sekarang bedanya aktor dengan Presiden?

MARJUKI : Aktor menjalankan amanat lakon. Presiden menjalankan amanat rakyat.

BAGUS : Betul. Terus? Kenyataannya, presiden menjalankan amanat rakyat tidak?

MARJUKI : Itu pertanyaan aku juga. Sudah ah, kamu ngelantur lagi.

BAGU S: Ini juga bagian dari amanat. Kita semua masing-masing punya tugas, misi atau amanat. Marjuki, dalam lakon ini punya tugas sebagai tokoh berlawanan atau si jahat. Dalam kehidupan nyata, orang tua seperti Marjuki, tak boleh begitu. Orangtua harus ngemong anak. Harus mengerti kemauan anak. Bukan main larang. Apalagi dalam urusan cinta.

Atau cuplikan teks drama berikut ini nan diambil dari naskah "Bawang Merah dan Bawang Putih". Kesederhanaan teks drama ini dapat dijadikan salah satu acum ketika Anda mempersiapkan sebuah pementasan drama.

Bawang Merah : Kalo nyapu itu harus sampai bersih. (tak henti menjatuhkan tisu-tisu di lantai)

Bawang Putih : Bawang merah, hentikan! Kapan bersihnya jika dikotorin terus!

Ibu Bawang : Diam! Beraninya kau! Ayo kerja nan benar!

Bawang Merah : Cucikan semua bajuku sekalian nih!

Ibu Bawang dan Bawang Merah jalan-jalan ke pasar. Semua tugas di rumah diserahkan pada Bawang Putih. Kemudian, muncul Cabe Baik.

Cabe Baik : Bawang putih ... bawang putih, kau tidak apa-apa?

Bawang Putih : Seperti kau lihat, saya baik-baik saja! Ada apa?

Cabe Baik : Aku antarkan undangan pesta panen dari pangeran. Pangeran mengundang semua warga Desa Bumbu. Kau jangan lupa datang, ya. Kalau bisa, kau jangan beritahu Bawang Merah dan ibunya! Biar tau rasa mereka .…

Kemudian, Bawang Merah pun datang.

Bawang Mera h: Berikan undangan itu padaku! Enak aja!

Ibu Bawan g: Pergi sana! Berani-berani cari masalah di sini .…

Cabe Baik : Kalian memang benar-benar jahat!

Bawang Putih : Sudah Cabe, ayo kita pergi, antarkan saya ke sungai .…