Kelompok Utama dan Kelompok Sekunder

Kelompok Utama dan Kelompok Sekunder

Status sosial. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, hal tersebut tetap ada dalam masyarakat. Meskipun dikatakan bahwa semua manusia sama, secara implisit, masyarakat telah membuat status atau kelompok sosialnya sendiri. Terlebih pada kelompok sosial dalam masyarakat multikultural , status sosial dapat sangat dirasakan keberadaannya. Dalam masyarakat multikultural, terdapat begitu banyak perbedaan. Baik disparitas suku, agama, rona kulit, maupun disparitas pemikiran.

Semua disparitas tersebut bercampur menjadi satu kesatuan atau wadah. Akibat nan muncul ialah adanya beberapa pengelompokan nan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Meski tidak ada peraturan tertulis bahwa masyarakat berkelas eksklusif harus berteman dengan kelas masyarakat nan sama, nyatanya mereka melakukannya, sebagian besar.

Secara sederhana, kelompok sosial dalam masyarakat multikultural ialah sebagai berikut.

  1. Kelompok menengah ke atas.
  2. Kelompok menengah ke bawah.

Kelompok masyarakat menengah ke atas ialah kelompok masyarakat dengan status sosial paling tinggi. Boleh dibilang menempati derajat nan "mulia". Sebaliknya, kelompok menengah ke bawah merupakan kelompok masyarakat dengan status sosial nan paling rendah.

Biasanya, kelompok masyarakat menengah ke atas akan membuat kelompok atau grup mereka sendiri. Dalam sebuah acara arisan, misalnya. Kelompok menengah ke atas akan menentukan " fee " nan tinggi buat sekadar arisan, misalnya 1 juta rupiah per minggu. Nyatanya, kelompok masyarakat seperti itu memang ada.

Dari segi gaya hidup, tentu gaya hayati mereka sangat tinggi. Mulai dari makan, pakaian, gadget , barang mewah seperti mobil, dan lain-lain, mereka miliki sebab "persyaratan" buat menjadi kelompok masyarakat menengah ke atas memang seperti itu.

Sementara itu, kelompok masyarakat menengah ke bawah ialah sebaliknya. Mereka lebih suka berteman dengan kelompoknya. Dalam mengadakan acara arisan pun, mereka tak menentukan jumlah nan tinggi. Mungkin hanya sekitar 10 ribu rupiah sampai 100 ribu rupiah. Gaya hidup? Tentu tidak sama dengan gaya hayati masyarakat menengah ke atas.



Jurang Pemisah Kelompok Sosial Masyarakat Multikultural

Adanya disparitas latar belakang kadang membuat jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Ibarat sebuah pertunjukan sandiwara, si miskin memerankan peran nan tidak jauh-jauh dari pembantu atau pesuruh, sedangkan si kaya memerankan tokoh bos atau atasan. Hubungan antara kedua masyarakat berbeda lapis tersebut tidak sporadis menemui hambatan. Konflik kepentingan pun kerapkali terjadi di antara mereka. Yang di bawah ingin di atas, nan di atas tak mau berbagi.

Sebenarnya, bila kita mau kembali ke fitrah bahwa "semua manusia diciptakan sama", tidak akan ada konflik antara kedua kelompok tersebut. Posisi di atas, di tengah, atau di bawah, dapat berubah sewaktu-waktu. Bila semua mau sadar dan belajar, tidak akan ada nan namanya kecemburuan sosial. Hayati tidaklah statis!



Perilaku Sosial Individu dalam Kelompok Sosial

Setiap kelompok sekurang-kurangnya memiliki tiga karakteristik utama. Tiga karakteristik primer kelompok sosial dalam masyarakat multikultural ialah kepemilikan batas-batas tertentu, memiliki keberadaan objektif, dan terdapatnya orang-orang nan mengakui eksistensi suatu kelompok.

Setiap kelompok harus memiliki batas, sehingga orang merasa berada atau tak merasa dalam suatu kelompok. Batas nan menunjukkan bahwa orang-orang eksklusif termasuk atau tak termasuk sebagai anggota suatu kelompok tak hanya ditentukan oleh batas-batas fisik, melainkan juga batas-batas nan bersifat psikologis dan sosial. Termasuk corak-corak batas kelompok bisa dirinci sebagai berikut:

  1. Batas lokasi geografis, seperti kecamatan, kabupaten, atau negara.
  1. Batas pandangan politik atau pandangan ideologi, misalnya anggota partai komunis kebanyakan ialah orang-orang nan memiliki sikap antiagama, sedang anggota partai persatuan pembangunan biasanya ialah orang-orang nan memiliki pandangan religius.
  1. Batas warisan budaya masa lalu, seperti etnik Jawa atau etnik Cina, etnik Yahudi, atau etnik Wales.
  1. Batas profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia nan beranggotakan orang-orang nan berprofesi sebagai dokter.
  1. Batas status sosial ekonomi, seperti klasifikasi orang berdasarkan penghasilan ekonomi menjadi kelas ekonomi rendah, kelas ekonomi menengah, dan kelas ekonomi atas.

Selain itu, batas kelompok juga bisa dilihat berdasarkan kemudahan buat dimasuki atau tak bisa dimasuki oleh orang lain nan sebelumnya bukan anggota suatu kelompok. Dilihat dari segi ini, kelompok bisa dipilah menjadi kelompok terbuka dan kelompok tertutup.

Seperti telah diuraikan sebelumnya, di samping batas, kelompok sosial dalam masyarakat multikultural juga harus memenuhi syarat keberadaan objektif. Dalam pengertian ini, kelompok merupakan hasil dari suatu proses nan bisa disebut sebagai definisi sosial. Definisi sosial ialah gabungan ide-ide bersama dari sekumpulan individu nan mengkonstruksi global sosialnya.

Dalam definisi sosial itu tercakup di dalamnya kegiatan dari kumpulan banyak orang nan secara bersama mengonsep suatu bentuk wadah sosial nan bisa disebut kelompok , memberikan atribusi substantif pada kelompok tersebut, dan kemudian memperlakukan kelompok tersebut sebagai suatu entitas sosial nan konkret keberadaannya.



Kelompok Utama dan Kelompok Sekunder

Sitinjau dari arti krusial kelompok bagi seseorang maka kelompok bisa dibagi menjadi kelompok utama dan kelompok sekunder. Kelompok utama ialah berkumpulnya dua orang atau lebih dalam satu pola interaksi nan bersifat langsung, intim, dan bersifat pribadi. Beberapa contoh dari kelompok utama ialah keluarga, kelompok kerja, kelompok bertetangga rumah susun, atau kelompok bermain anak-anak sebuah Rukun Tetangga.

Terbentuknya kelompok utama biasanya disebabkan oleh kondisi-kondisi seperti:

  1. Kedekatan fisik nan melibatkan hubungan fisik nan secara reletif bersifat langsung. Kedekatan fisik sangat memungkingkan terjadinya komunikasi nan bersifat intens. Komunikasi nan bersifat intens bisa diindikasikan dengan saling bertukarnya perasaan atau pendapat di antara mereka.
  2. Jumlah orang nan nisbi terbatas.
  3. Interaksi nan nisbi lekat dan intens.

Kelompok utama memiliki tiga fungsi utama. Fungsi pertama kelompok utama ialah sebagai agen sosialisasi. Sebagai contoh, keluarga sebagai kelompok utama merupakan instrumen nan berfungsi buat mengenalkan generasi muda dengan nilai-nilai nan berlaku dalam suatu masyarakat nan multikultural.

Fungsi kedua kelompok utama ialah perannya sebagai instrumen buat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial para anggotanya. Fungsi ketiga kelompok utama ialah perannya sebagai instrumen kontrol sosial. Anggota-anggota kelompok utama memiliki hak dan kewajiban mengekspresikan pendapat dan sikapnya tentang suatu masalah sosial dan sekaligus memperoleh umpan balik berupa koreksi terhadap sikap dan pendapatnya itu.

Berbeda dengan kelompok primer, kelompok sekunder ialah jenis kelompok nan ditimbulkan oleh interaksi antara dua orang atau lebih dalam cara-cara nan bersifat tak langsung, kurang akrab dan tak terlalu pribadi. Dalam hubungan antarindividu dalam kelompok sekunder, orang lebih sporadis mengenal secara baik orang lain. Contoh-contoh kelompok sekunder ialah komunitas daerah elit perkotaan, forum pemerintahan dan pabrik.

Dalam lingkup kelompok sekunder seperti itu, individu lebih berhati-hati dalam melakukan perilakunya dan lebih waspada dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kelompok sekunder, orang hanya memberikan sebagian kecil bagian hayati dan kepribadiannya kepada orang lain.

Kelompok sekunder sering kali ialah kelompok sosial dalam masyarakat kultikultural dengan interes spesifik sebab menjalankan fungsi-fungsi khusus. Contoh kelompok sekunder nan nan menjalankan fungsi-fungsi spesifik ialah sekolah nan menjalankan fungsi mendidik generasi muda, angkatan bersenjata nan menjalankan fungsi bela negara, dan loka bekerja nan menjalankan fungsi mencari nafkah.

Secara ringkas bisa dikemukakan bahwa interaksi sosial antarindividu dalam kelompok sekunder bersifat tak pribadi, komunikasi bersifat rasionak dan berjalan secara efektif serta efisien mengacu pada tujuan-tujuan khusus, harapan-harapan peran nan secara spesifik telah ditetapkan, dan hubungan antarindividu sangat berorientasi pada tujuan.



Kelompok Acuan dan Kelompok Keanggotaan

Kelompok acuan ialah unit sosial temoat individu-individu mengidentifikasikan diri. Individu-individu memanfaatkan baku nan berasal dari kelompok acuannya buat membatasi konduite dan memberi evaluasi terhadap konduite itu. Kelompok acuan seseorang sangat mungkin buat tak sinkron dengan kelompok keanggotaannya. Kelompok keanggotaan ialah suatu unit sosial loka individu-individu secara aktual mengikatkan diri.

Sebagai contoh, seorang pegawai negeri pada masa Orde Baru biasanya memiliki kertu anggota sebagai anggota organisasi politik Golongan Karya, namun ada orang eksklusif nan memiliki simpati dan setuju dengan kebijakan-kebijakan partai lain, seperti pada partai Persatuan Pembangunan atau partai Demokrasi Indonesia (kelompok acuan), meskipun secara formal ia ialah pegawai negeri sipil nan menjadi anggota Golongan Karya.

Kelompok acuan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama ialah memberi kerangka acuan buat mengarahkan konduite individu, seperti kepemilikan, identifikasi, dan pengembangan kebiasaan dan sikap hidupnya. Fungsi kedua ialah memberikan baku atau tolok perbandingan bagi sesuatu nan dimiliki oleh dirinya sendiri.

Individu secara berkelanjutan melakukan evaluasi terhadap diri sendiri berhubungan dengan kemenarikan ciri-ciri fisik, kecerdasan, status sosial, dan status kesehatan. Bila kerangka acuan individu bukan kelompok keanggotaannya, ia akan mengalami perasaan deprivasi relatif.

Deprivasi nisbi ialah ketidakpuasan nan dialami individu sebab kesengajaan antara sesuatu nan dimiliki dan sesuatu nan diyakini individu sebagai sesuatu nan seharusnya dimiliki sebagai anggota dari kelompok sosial dalam masyarakat multikulkultural.