Agama Abad 21

Agama Abad 21



Agama dalam Darah Manusia

Agama bagi umat manusia ialah isu abadi nan nilainya selalu tinggi walau bagi orang atheis sekalipun. Bukankah sejatinya, seseorang menjadi atheis sebab bermasalah dengan agama? Lantas, apa itu agama?

Secara etimologis setiap bangsa memiliki bahasanya sendiri buat mengungkap makna agama. Misalkan religion nan dari bahasa latin bisa diartikan ‘mengacu kepada Tuhan’. Pengertian serupa tampak pada bahasa Arab ‘Addin’ nan artinya tunduk pada Tuhan.

Secara terminologis, agama dapat disederhanakan sebagai tindakan darma dari seorang manusia kepada Tuhannya, dalam sebentuk konstelasi atau tatanan peribadatan bersama dengan manusia lainnya.

Karena dilakukan bersama-sama, para sosiolog memasukan agama dalam kategori budaya, lebih sempit lagi, artefak budaya. Yakni ciptaan manusia buat menghargai suatu kekuatan nan ‘belum’ atau tak sepenuhnya mereka kuasai. Sehingga begitu jelas bahwa setiap manusia lahir ke bumi, kerumitan nan akan mereka hadapi ialah agama, dan bukan Tuhan.



Agama, dan Bukan Tuhan

Pada masa manusia prasejarah, pada relik nan dipelajari dari temuan arkeologis orang neadherthal, ataupun pada wujud peradaban sungai, dari Nil, Indus, Eufrat dan Tigris, Amazon, atau sungai Danube. Manusia selalu memperhatikan wujud kosmos. Yaitu sisi metafisik dari benda-benda nan tak bisa digambarkan dalam empiris hayati mereka.

Perwujudan kosmos itu lambat laun ‘diartefakkan’ dibawa ke alam empiris dalam bentuk ritus dan mitologi. Yang paling awal ialah kematian. Upacara kematian diyakini merupakan upacara keagamaan nan paling tua. Karena rasa kehilangan manusia lebih menyakitkan dari segalanya.

Ritus kematian, seperti nan tampak pada keyakinan Mesir antik 3000 SM, tubuh manusia nan ringkih dipertahankan/ diawetkan, sebab tak rela di ‘dunia lain’ tubuh manusia nan sudah tercabut rohnya itu, menjadi hantu tanpa tubuh.

Sementara kehadiran Tuhan sendiri, tak begitu krusial dibanding ritusnya. Sehingga ada anekdot bahwa dalam keyakinan agama manusia di awal peradaban, Tuhan itu ya bagaimana keinginan si manusianya.

Pada kepercayaan animisme dan dinamisme, Tuhan hadir dalam personifikasi benda dan tumbuhan. Berbeda dalam kepercayaan politheisme, Tuhan telah berwujud dalam kekuatan nan tak dapat dikuasai manusia. Seperti Tuhan nan menguasai siang dan malam, Tuhan dalam wujud matahari, Tuhan dalam wujud kematian.

Lantas, semuanya disempurnakan oleh kepercayaannya anak-anak Ibrahim, nan menekankan bahwa Tuhan itu satu wujudnya. Dia nan Maha Segala. Kepercayaan Tuhan nan satu, merupakan kepercayaan nan mendominasi di global pada saat ini.



Agama Abad 21

Isu agama pada abad-21 merupakan isu kebangkitan dan keterpurukan. Sebagaimana nan diramalkan dalam buku Francis Fukuyama: "The End of History and the Last Man". Manusia masa depan ialah manusia nan bergantung pada teknologi sebagai pengganti agama. Walau ada abad kebangkitan agama dan fundamentalisme agama, namun itu merupakan riak-riak kecil nan mewarnai pergulatan moral manusia.

Bagi Fukuyama, agama memang masih diyakini sebagai tools atau setidaknya game- nya para manusia nan sudah lepas akar dari agama nan terdahulu. Manusia modern akan memaknai agama sebagai perabot siap pakai. Dasar itu dia lihat dari kejadian manusia modern Tokyo. Manusia paling maju dan hi-tech dari umat manusia lain. Pada manusia hi-tech semuanya ialah selebrasi, termasuk agama manusia.

Pendapat Fukuyama apabila diberikan kepada kejadian nan menimpa gereja katolik dan pengaruhnya nan mulai pudar, tentu dapat dipahami. Namun, kebangkitan generasi shamanisme, generasi pencinta mahluk luar angkasa nan menciptakan agama baru 'scientology' nan sejalan dengan hi-tech Fukuyama, menegaskan bahwa walaupun agama antik hilang, manusia akan tetap butuh beragama.



Agama dalam Islam

Agama dalam Islam mengandung arti ketauhidan, keharusan buat menyembah Alloh SWT semata sebagai satu-satunya Tuhan nan sahih dan layak buat disembah. Islam datang buat menunjukkan manusia akan kebenaran ini dan membawa manusia pada bentuk penyembahan nan sahih yaitu hanya kepda Alloh.

Jika di masa terdahulu, kebanyakan manusia menyembah dewa-dewa, patung, bahkan benda-benda tertentu, dengan datangnya Islam maka Islam menghapuskan penyembahan nan salah ini dan diarahkan kepada penyembahan nan sahih yaitu kepada Alloh azza wa jala.

Alloh SWT dalam Islam ialah sebagai Al-Khaliq atau pencipta. Allohlah nan telah menciptakan segala apa nan ada di bumi dan ada di langit. Alloh nan telah membuat segalanya ada dari mulanya tak ada.

Alloh juga sebagai Al-mudabbir atau pengatur. Yaitu Alloh melengkapi segala manusia dengan segala aturannya buat mengatur kehidupan makhluk hayati di dunia. Semua makhluk hayati harus tunduk dan menjalankan segala anggaran ini.

Di global ini, Alloh memilih satu laki-laki dari golongan manusia sebagai mediator antara diri-Nya dengan seluruh manusia nan ada di bumi. Laki-laki inilah nan disebut dengan utusan-Nya di bumi atau nan disebut dengan Rasul.

Sebagai mediator antara Alloh dan manusia, Rasul bisa berkomunikasi langsung dengan Alloh buat mendapatkan segala peraturan nan nantinya akan ia sampaikan kepada seluruh manusia di dunia. Rasul dalam Islam ialah nabi Muhammad saw.

Nabi muhammad telah diangkat menjadi rasul sejak beliau beliau berumur 40 tahun. Pengangkatan ini ditandai dengan diberinya beliau wahyu nan pertama di Gua Hira’. Dengan pengangkatan ini maka resmilah tugas Rasul sebagai penghubung antara Alloh dan manusia. Nantinya segala apa nan telah diberikan oleh Alloh kepada Nbi Muhammad akan disampaikan kepada seluruh umat manusia di dunia.

Alloh memilih adanya seorang laki-laki sebagai mediator atau penghubung-Nya dengan seluruh manusia di global buat mentransfer peraturan nan telah ia tetapkan bagi manusia buat diterapkan dalam kehidupan mereka di dunia.

Rangkuman peraturan ini termaktub dalam sebuah kitab suci. Kita mengenal ada empat kitab kudus dalam Islam nan telah diturunkan Alloh kepada para rasul-Nya, ada kitab Zabur buat nabi Dawud, Taurat buat nabi Musa, Injil buat nabi Isa dan Al-quran buat nabi Muhammad.

Keseluruhan kitab kudus tersebut mengandung peraturan-peraturan nan telah ditetapkan alloh buat disampaikan oleh rasul-rasul-nya tersebut kepada seluruh manusia Yang ada di bumi ini.

Peraturan nan ada dalam kitab kudus tersebut mengarahkan manusia buat menjalani kehidupan di global dengan benar. Sahih dalam artian sinkron dengan apa nan diatur oleh Alloh. Peraturan tersebut mengandung perintah dan larangan. Perintah nan harus dijalankan dan embargo nan tidak boleh dilakukan atau harus ditinggalkan.

Dengan ini manusia percaya bahwa ia berasal dari Alloh. Allohlah nan maha kuat nan menciptakan segalanya sendiri tanpa donasi siapa pun. Allohlah nan memiliki kekuatan nan maha dahsyat nan mampu menciptakan gunung dan pegunungan nan besar, lautan nan luas dan menenggelamkan, langit nan juga luas dan tanpa batas, serta segala makhluk baik itu makhluk hayati atau pun makhluk nan mati.

Setelah manusia diciptakan, Alloh menaruh kita dalam sebuah kehidupan global di bumi ini. Untuk menjaga kita agar kita bisa selalu menjalani hayati dengan sahih maka Alloh menyertai kehidupan kita dengan seperangkat anggaran nan mengatur kehidupan kita. Untuk bisa menjalani hayati dengan sahih maka kita harus selalu mengikuti petunjuk nan ada dalam anggaran itu.

Dalam menjalani kehidupannya di dunia, terdapat batas akhir buat bisa menjalaninya. Batas akhir inilah nan disebut dengan kematian. Kematian ialah tercabutnya ruh dalam diri manusia. Jasadnya menjadi tidak bernyawa dan siap buat dikembalikan ke asalnya yaitu tanah. Namun kematian ini bukanlah akhir dari kehidupan manusia. Ya memang kematian ini ialah akhir dari kehidupan manusia di global namun emnajdi awal buat kehidupan lain nan lebih kekal dan abadi.

Sedangkan ruh manusia melayang jauh ke loka nan jauh pula bernama alam akhirat. Disana ia akan dimintai pertanggung jawaban akan segala perbuatanny semasa ia hayati di dunia.

Pertanggung jawaban ini berkaitan dengan ketundukannya pada segala peraturan nan menyertainya di dunia. Apakah ia tunduk dan patuh pada aturan-aturan itu? Atau justru ia membangkang dari anggaran itu dengan tidak mematuhi perintah-perintah nan ada di dalamnya dan justru melakukan apa nan dilarang.

Pertanggung jawaban ini akan membawa manusia kepada kehidupan sejati. Kehidupan sejati ini memberikan dua pilihan loka bagi manusia. Manusia nan semasa hidupnya ialah manusia nan taat dan patuh pada anggaran nan telah diberikan kepadanya maka akan ditempatkan di loka nan penuh dengan kenikmatan. Sedangkan manusia nan semasa hidupnya selalu ingkar dan tidak mau patuh pada anggaran tersebut maka akan ditempatkan di loka nan penuh dengan siksaan.

Itulah makna agama dalam Islam.