Perbedaan Teks Proklamasi Orisinil dan Baru

Perbedaan Teks Proklamasi Orisinil dan Baru

Setiap menjelang tanggal 17 Agustus, di televisi dan radio sering diperdengarkan suara kharismatik Ir. Soekarno nan membacakan teks proklamasi . Teks proklamasi nan terdiri dari beberapa kalimat tersebut menjadi tonggak krusial tentang lahirnya sebuah bangsa berdaulat setelah selama ratusan tahun berada dalam tekanan penjajah.

Teks proklamasi merupakan wujud gelora semangat buat menyatakan kemerdekaan dari bangsa nan telah lama menderita. Tidak mengherankan bila mendengar Soekarno dengan suara khas nan mampu membangkitkan semangat buat menentang penjajah itu membacakan teks proklamasi, selalu ada getaran lain di hati.

Kepejuangan Soekarno memang pernah mencapai titik nadir ketika dituding terlibat dalam sebuah gerakan Partai Komunis di Indonesia. Namun, pada saat membacakan teks proklamasi, tidak pernah terbayangkan noda itu selain ia ialah satu dari orang wakil bangsa Indonesia nan menggelorakan semangat kebangkitan melalui pembacaan teks proklamasi.

Teks proklamasi diketik oleh Sajuti Melik dan dibacakan oleh Ir. Soekarno dan didampingi Drs. Mohammad Hatta pada Jum’at, 17 Agustus 1945 atau menurut tahun Jepang 17 Agustus 2605. Pembacaan teks proklamasi dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta Pusat. Pembacaan teks proklamasi sebagai momen awal kebangkitan sebuah bangsa baru di Asia Tenggara ini tidak terlepas dari kejadian dijatuhkannya bom atom oleh Amerika Perkumpulan di Kota Hiroshima, Jepang, pada 6 Agustus 1945. Pembacaan teks proklamasi sebagai awal dari pernyataan kemerdekaan, salah satu kecerdikan para pemuda Indonesia kala itu dalam memanfaatkan momentum.

Momentum buat menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia benar-benar dirasa mendesak setelah selang tiga hari kemudian tentara Amerika dan sekutunya sukses menjatuhkan bom atom di Kota Nagasaki. Jatuhnya bom di Nagasaki inilah nan menjadi penyebab Jepang secara terbuka menyatakan menyerah pada Amerika. Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI berubah nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), semakin memperkuat langkah bangsa Indonesia buat segera mencapai kemerdekaan.

Dalam kondisi nan kritis tersebut, ternyata para pemuda dan golongan tua belum mencapai kata sepakat tentang kapan akan dilakukan pernyataan kemerdekaan itu. Para tokoh Indonesia dari golongan tua rupanya masih terpengaruh oleh janji manis tentara Jepang nan berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

Janji Jepang nan akan memberikan kemerdekaan pada bangsa Indonesia tersebut diberitahukan kepada Soekarno, Radjiman Wedyodiningrat dan Hatta nan diundang ke Dalat, Vietnam, buat berjumpa dengan Marsekal Terauchi. Dari Marsekal Terauchi inilah ketiga tokoh tersebut mendengar langsung tentang janji pemberian kemerdekaan nan akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan. Hal ini dilakukan sebab Jepang di ambang kekalahan.

Pemerintah Jepang sendiri melalui Marsekal Terauchi pemberian kemerdekaan pada bangsa Indonesia paling lambat akan dilakukan pada 24 Agustus 1945. Namun melalui siaran radio pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir dan para pemuda telah mendengar warta tentang menyerahnya Jepang pada Sekutu. Karena itulah kenapa para pemuda demikian konfiden bahwa pernyataan kemerdekaan harus segera dilakukan dan kalaupun tentara Jepang bertingkah, mereka siap pasang badan.

Para pemuda sangat konfiden Jepang telah hancur dan menyerah pada Sekutu. Sementara Soekarno, Radjiman, dan Hatta nan baru pulang dari Dalat, justru belum sepenuhnya merasa konfiden kalau Jepang telah menyerah pada Sekutu. Ketiga tokoh ini masih berkeyakinan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia akan dilakukan pada 24 Agustus 1945 seperti nan telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi.

Tidak mengherankan ketika Sutan Syahrir merencanakan buat menyatakan kemerdekaan mendapat kontradiksi dari Soekarno. Dalam kesempatan itu Soekarno mengingatkan kepada Hatta bahwa nan berhak menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia ialah PPKI dan bukan Sutan Syahrir atau para pemuda lain. Sementara para pemuda menganggap PPKI tidak lain ialah forum bentukan Jepang sehingga kalaupun melalui PPKI kemudian menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia, tidak ada bedanya bahwa kemerdekaan itu hasil pemberian dari Jepang. Hal inilah nan tidak diinginkan para pemuda sehingga muncul ketegangan.



Teks Proklamari dan Peristiwa Rengasdengklok

Sehari sebelum pembacaan teks proklamasi , terjadi sebuah peristiwa penting, yaitu dibawanya Ir. Soekarno beserta keluarga ke Rengasdengklok. Peristiwa "penculikan" nan dilakukan oleh para pemuda tersebut tidak lain ialah buat tujuan baik. Para pemuda nan diwakili oleh Sukarni, Wikana, dan Chaerul Saleh mendesak agar Ir. Soekarno segera membacakan proklamasi sebagai tanda kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda merasa konfiden bahwa jatuhnya bom atom di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus telah meruntuhkan mental tentara dan pemerintahan Jepang, termasuk juga nan berada di Indonesia. Para pemuda tidak mau melepaskan momen krusial ini dan tidak peduli dengan janji pemerintahan Jepang nan akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

Para pemuda juga meyakinkan kalau memang ternyata tentara Jepang di Indonesia pasca dijatuhkannya bom di Hiroshima masih memiliki nyali, mereka siap pasang badan demi menjaga kehormatan bangsa. Sementara itu, di Jakarta, segolongan tua nan diwakili oleh Mr. Soebarjo menyetujui planning para pemuda nan diwakili Wikana, namun tetap agar jangan terburu-buru. Saat itu, juga Mr. Soebarjo bersama Yusuf Kunto menjemput Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta nan ada di Rengasdengklok buat kembali ke Jakarta.

Malam hari pada 16 Agustus 1945, para pemuda dan Soekarno mengadakan rendezvous buat mempersiapkan kemerdekaan. Namun, sebab hari sudah malam dan loka nan selama ini dijadikan markas, yaitu Hotel Des Indes tidak dapat dipergunakan rendezvous setelah jam 10 malam, akhirnya para pemuda dan para tokoh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menerima tawaran Laksamana Muda Maeda buat menggunakan rumahnya sebagai loka rapat. Di rumah Laksamana Muda Maeda inilah kedap mempersiapkan proklamasi dilangsungkan termasuk juga membuat teks proklamasi nan akan dibacakan Soekarno.



Perbedaan Teks Proklamasi Orisinil dan Baru

Ruang makan rumah Laksama Muda Maeda menjadi saksi bagaimana para pemuda dan golongan tua menyusun teks proklamasi setelah melakukan serangkaian rapat. Teks proklamasi tersebut disusun dini hari antara pukul 02.00 sampai dengan pukul 04.00. Teks proklamasi sendiri disusun dan dipersiapkan oleh Drs. Mohammad Hatta, Soekarno dan Mr. Ahmad Soebardjo. Pada awalnya, konsep teks proklamasi nan orisinil ditulis tangan oleh Soekarno. Di ruang depan malam itu hadir pula para tokoh seperti Sukarni, Soediro, Sayuti Melik, dan B.M Diah.

Setelah konsep teks proklamasi selesai, Soekarni kemudian mengusulkan agar nan menandatangani teks proklamasi tersebut ialah Soekarno dan Mohammad Hatta. Tokoh lain nan hadir saat itu tidak ada nan keberatan. Konsep teks proklamasi kemudian diketik oleh Sayuti Melik. Berikut ini teks proklamasi nan telah diketik oleh Sayuti Melik :

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan Dengan tjara seksa dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05

Atasnama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta

Dibanding dengan konsep teks proklamasi nan ditulis tangan oleh Soekarno, ada beberapa perubahan setelah diketik oleh Sayuti Melik. Beberapa perubahan nan dimaksud diantaranya ialah kata ‘tempoh’ nan terdapat pada tulisan tangan teks proklamasi diubah menjadi ‘tempo’.

Setelah menuliskan nama kota dan tanggal serta tahun, dalam konsep teks proklamasi tulisan tangan Soekarno terdapat kata-kata “wakil-wakil bangsa Indonesia”, nan kemudian ketika diketik disetujui buat diubah menjadi “atasnama bangsa Indonesia”.

Perubahan penulisan juga terdapat pada titimangsa pernyataan teks proklamasi, yaitu pada awalnya tertulis “Djakarta, 17-8-05” ketika diketik diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 08 tahun 05”. Kata-kata “hal2” pada kalimat hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dll, diubah menjadi “hal-hal”. Penulisan tahun 05 tetap tak diubah sekalipun hal itu bukan menunjukkan 1945, tapi merujuk pada tahun Jepang nan saat itu tahun 2605.