Gotong Royong nan Mendekatkan

Gotong Royong nan Mendekatkan

Negara Indonesia terkenal dengan sifat masyarakatnya nan bahagia gotong royong . Tapi, sepertinya itu terjadi sudah lama sekali. Sekarang sudah sangat sporadis terlihat masyarakat bergotong royong. Dahulu, gotong royong ini sering dilakukan pada hari Minggu atau hari libur lainnya. Kesepakatan tersebut dibuat melalui kedap RT atau kedap RW nan rutin dilakukan.

Sekarang kegiatan gotong royong hampir tidak terlihat lagi sebab masing-masing keluarga telah memanfaatkan hari Minggu sebagai hari keluarga. Pada hari-hari lain, mereka telah sibuk dengan kegiatannya masing-masing sehingga tak sempat bercengkrama dan berbagi cerita dengan anggota keluarga nan lain, terutama anak-anak nan masih membutuhkan bimbingan dan belaian afeksi kedua orangtua mereka.

Bila ayah kecapekan dampak bergotong royong, tentunya waktu bersama anak-anaknya menjadi berkurang. Jadi, kegiatan gotong royong ini tak lebih sebagai jargon saja dan sangat sporadis dilakukan.



Terkikisnya Sifat Gotong Royong

Terkikisanya sifat gotong royong sebab adanya perubahan budaya dan cara pandang hayati membuat sebagian masyarakat merasa asing dengan tetangganya sendiri. Tidak sporadis terjadi perselisihan hingga harus melibatkan aparat nan berwenang.

Urusan parit saja dapat berbuntut panjang dan perang mulut nan berakhir menjadi perang dingin antar tetangga. Kalau saja sifat gotong royong masih ada, tentunya permasalahan parit atau gorong-gorong nan tersumbat dapat dipecahkan bersama dan dapat dilakukan kerja bakti pembersihan sampah nan menutupi parit atau gorong-gorong tersebut.

Terkikisnya sifat gotong royong tak hanya menyebabkan adanya perselisihan nan tajam antar tetangga, tetapi juga mengikis rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan. Misalnya, kalau ada anak nan bermain di jalan dan anak tersebut bukan anaknya sediri, terkadang para tetangga tak peduli. Hal inilah nan dimanfaatkan oleh para penculik anak buat mencari korban di wilayah pemukiman nan padat.

Kalau dahulu pemukiman padat itu cukup dihindari oleh para penculik sebab masing-masing orang akan bergotong royong menjaga anak-anak balita mereka seperti binatang markeet nan begitu setia mitra dan hayati dalam suasana gotong royong nan sangat kental. Sekarang kepadatan suatu perumahan malahan menjadi sebuah kesempatan bagi penjahat melancarkan aksinya. Hal ini sebab semakin padat sebuah tempat, semakin banyak masing-masing tetangga tak saling kenal satu sama lain.



Semut nan Setia pada Sifat Gotong Royong

Seharusnya manusia meniru cara kerja dan cara hayati semut nan setia dengan sifat gotong royongnya. Dengan bergotong royong itulah, semut dapat bertahan dengan berbagai perubahan alam nan terkadang sangat ekstrem.

Kalau manusia mau bergotong royong, permasalahan di masyarakat mungkin dapat lebih sering teratasi dengan cepat daripada dipendam dan menjadi bara dalam sekam. Tidak akan ada aksi saling keroyok dan saling bakar dalam satu kampung atau di antara dua kampung nan bertetangga ketika mereka telah sering melakukan kegiatan gotong royong bersama.

Perebutan huma atau konkurensi huma nan menimbulkan korban juga tidak akan terjadi kalau masing-masing orang sudah saling kenal sebab sering berjumpa dalam kegiatan gotong royong antarkampung. Pergeseran budaya hayati memang tidak terelakkan. Keberadaan telepon genggam, misalnya, malah banyak merenggangkan interaksi silaturrahmi. Masing-masing individu seakan sibuk dengan urusannya dan semua itu tak terlepas dari sentuhan telepon genggam.

Pada saat hari-hari besar keagamaan pun acara silaturrahmi telah digantikan dengan kiriman pesan singkat dan telepon. Ketika ucapan telah diberikan, masing-masing individu sudah tak merasa berkewajiban menyambangi atau mengunjungi orang-orang nan dikenalnya. Hal ini cukup merenggangkan ikatan batin di antara mereka. Inilah salah satu hal nan membuat budaya gotong royong juga mulai hilang di benak orang Indonesia.

Dahulu ketika ada tetangga mengadakan kenduri atau acara nan membutuhkan banyak tenaga, para tetangga lainnya dengan bahagia hati akan datang membantu. Sekarang, keberadaan perusahaan katering telah membuat tuan rumah tak perlu lagi merepotkan orang lain.

Tidak ada salahnya perubahan ini terjadi. Namun, apa nan dapat dilihat, tak ada lagi acara kumpul-kumpul membahasan pembangunan lingkungan di sekeliling mereka. Kalau pun ada acara kumpul-kumpul, hal itu tak lebih dari acara arisan. Padahal, dengan adanya tetangga nan membantu, itu sama saja dengan bergotong royong.



Gotong Royong nan Mendekatkan

Tidak bisa dipungkiri bahwa gotong royong itu dapat mendekatkan orang-orang nan terlibat dalam aktivitas tersebut. Orang-orang di pedesaan nan akan bergotong royong ketika ada salah satu warganya akan memindahkan rumah atau akan memasang atap. Dengan adanya gotong royong ini, kegiatan nan akan memakan waktu lama, dapat diselesaikan dalam waktu nan jauh lebih singkat dengan biaya nan tak terlalu banyak. Pemilik rumah hanya menyiapkan makan dan minum buat orang-orang nan telah membantunya.

Pembangunan masjid dan jalan setapak juga akan terasa lebih mudah ketika diadakan secara gotong royong. Gotong royong ini sendiri akan membuat warga akrab dan mereka akan saling kenal dari anak-anak hingga orang tua dan orang dewasa. Dengan adanya saling kenal ini, ketika di perantauan, keberadaan orang-orang sedaerah akan membuat sembuh rindu tanah air.

Tanpa gotong royong, jalan-jalan di pedesaan dapat saja tidak akan pernah ada. Para warga merasa tak sabar menanti penanganan nan akan dilakukan oleh pemerintah. Oleh sebab itulah, mereka mengambil inisiatif sendiri dan secara swadaya dan swasembada, mereka bergotong royong membuat jalan desa. Hal ini sering terlihat di daerah Gunung Kidul dan wilayah pedesaan lainnya.



Hari Gotong Royong Nasional

Hari Kesetiakawanan ada. Tapi, belum ada hari gotong royong. Teknologi nan semakin canggih juga membuat orang enggan berkotor ria. Bagi mereka kalau ada teknologi nan dapat menggantikan tenaga mereka, mengapa tak dipakai. Uang sewa dan operasional alat tersebut dapat diambil dari kas desa ataupun mereka bergotong royong mengumpulkan uang.

Yang lebih terlihat saat ini ialah 'gotong royong' dalam korupsi, kolusi, dan nepotisme. Korupsi seolah berjama'ah dan sudah tak ada rasa berdosa melakukan hal tersbeut. Bahkan ada acara bagi-bagi uang korupsi dan saling mengingatkan agar tak membocorkan jumlah uang nan dibagi-bagikan sebagai bagian dari menarik simpati rakyat.



Bentuk Gotong Royong Baru

Walaupun gotong royong secara tradisional sudah sulit ditemukan, kini ada aktivitas gotong royong nan cukup efektif dalam membuat perubahan. Koin buat Prita ialah salah satu aktivitas gotong royong manusia modern nan tinggal di kota besar. Pemanfaatan BBM, SMS, serta email, membuat satu gerakan mudah dilakukan dalam jumlah pendukung nan besar.

Selain Koin buat Prita , ada pula aktivitas gotong royong membela seorang remaja nan dituduh mencuri sandal seorang anggota polisi. Remaja nan tidak tahu apa-apa itu cukup kaget dijadikan seorang pesakitan.

Gerakan Seribu Sandal Jepit itu sukses mempengaruhi publik sehingga mereka berduyun-duyun memberikan sandal barunya nan bagus. Hal ini salah satu bentuk gotong royong masyarakat modern. Pembentukan opini nan ada di twitter juga mampu membuat satu gebrakan di tengah masyarakat.

Gotong royong kini tak lagi seperti dahulu nan lebih difokuskan pada kegiatan fisik. Sekarang kegiatan gotong royong lebih mengarah kepada kegiatan pemanfaatan teknologi komunikasi dan saling dukung terhadap satu isu hangat nan membutuhkan dukungan secara massal.