Konotasi Cwe Cantik

Konotasi Cwe Cantik

Satu kata ialah satu ungkapan rasa nan dapat mempengaruhi hati dan pikiran. Coba untuk daftar kata-kata bermakna negatif, seperti, marah, benci, malas, lesu, capek, atau cwe cantik . Pandang kata-kata tersebut. Apa nan dirasakan? Bandingkan dengan ketika memandang kata-kata bermakna positif, seperti, cinta, kasih, rindu, semangat, rajin, hebat.

Pasti ada bedanya, bukan? Begitu pun dengan kata-kata lain nan berkonotasi tidak sedap di hati. Perhatikan apa nan Anda rasakan ketika membaca kata-kata di bawah ini, kata mana nan lebih nyaman di hati?

  1. Cwe cantik.
  1. Wanita cantik.
  1. Perempuan cantik.
  1. Akhwat cantik.
  1. Gadis cantik

Coba baca dan renungkan sekali lagi. Kata nan mana nan lebih membuat hati dan pikiran nyaman? Renungkan maknanya. Kata nan manakah nan hendak Anda katakan kepada ibu, adik perempuan, kakak perempuan, nenek, bibi, istri atau kekasih Anda? Tak harus masuki gerbang global filsafat dan pengertian makna. Cukup tanyakan saja pada diri sendiri, kata nan mana nan lebih latif di dengar dan lebih merdu di telinga.

Perenungan tersebut akan bermuara kepada pemahaman bahwa bahasa memang benar-benar bisa mempengaruhi cara pikir dan cara pandang terhadap sesuatu.



Cwe Cantik Pengingat Kematian

Kalau sudah mendalami pengertian makna, nan dipilih tentunya bukan cwe cantik. Makna kata "cwe" lebih menjurus kepada wanita nan berani dalam berpakaian dan bertindak. Namun di balik keberaniannya itu, cwe cantik itu pengingat kematian. Bagaimana bisa? Kematian ialah sesuatu nan niscaya datang ke setiap makhluk nan bernyawa. Makhluk tidak bernyawa saja punya batas waktu. Sendok, umpamanya. Sendok dan teman-temannya seperti garpu, piring, akan mengalami ‘kematian’ juga. ‘Kematian’ benda-benda wafat itu ialah ketika mereka rusak, pecah, tidak dapat dipakai lagi.

Cwe cantik pengingat kematian itu maksudnya ialah ketika hati masih memiliki setetes kebeningan iman, melihat cwe cantik akan beristighfar. Lalu, menyadari siapa diri sebenarnya. Asal tak dilihat berkali-kali, terlihat cwe cantik tak berdosa. Lalu, ketika melihat cwe cantik, sering menyebut nama Allah Swt. "Masya Allah, cwe cantik itu cantik sekali.’
Tentunya, ada rasa berdosa dan ingat wafat saat terlalu sering melihat cwe cantik dengan baju nan compang camping sehingga kulit di sekujur tubuhnya terlihat semua.

Kalau masih normal, kegiatan memelototi kulit cwe cantik nan seperti sapi itu niscaya meresahkan jiwa dan akhirnya timbul rasa tidak ingin melihat lagi. Paling tak merasa membuang-buang waktu percuma. Tidak memberikan hasil apa-apa. Tidak menambah keimanan, tak menambah ketampanan, tak menambah uang saku.

Tidak ada sesuatu nan dikatakan terlalu agamis. Begitu pun dengan subjudul artikel ini ‘Cwe cantik pengingat kematian’. Global ini tidak lama. Bila mencari kebahagiaan di global itu sama saja dengan mencari kesemuan dan fatamorgana. Kata-kata ‘terlalu agamis’ hanya akan menjauhkan diri dari fenomena bahwa tanah telah menanti setiap nan bernyawa. Cwe cantik nan berjalan seolah telanjang itu butuh diberi kesadaran agar hatinya berpaling kepada nan lebih ‘memanusiakan manusia’, yaitu kemuliaan diri sebagai seorang wanita nan tercipta sebagai tiang negera.

Tidak mudah mendidik seorang anak perempuan. Tidak heran kalau Rasulullah mengatakan kalau mampu mendidik satu anak perempuan, hadiahnya surga. Perempuan itu dikatakan akan menjadi penghuni neraka terbesar. Padahal, mudah sekali bagi seorang perempuan buat masuk surga. Taat kepada Alalh swt, taat dan bersyukur atas pemberian suami, sholat lima waktu, tak melanggar kebiasaan agama. Tapi sulit sekali membuat seorang wanita menjadi wanita sholeha nan dicap sebagai perhiasan terindah di dunia.

Apakah ada dalam sejarah para laki-laki nan tahu bagaimana memuliakan seorang wanita mengatakan wanita cantik itu dengan kata ‘Cwe cantik’? Rasulullah memuji kecantikan Aisyah dengan kata-kata latif ‘Yang kemerahan’ tak dengan kalimat, ‘Wahai Aisyah, cwe cantik, pipimu kemerahan.’



Konotasi Cwe Cantik

Ketiklah kata "cwe cantik" di mesin pencari di internet, nan keluar ialah informasi nan kurang sedap dan tak sinkron dengan tujuan penciptaan wanita sebagai tiang negara. Foto-foto para wanita nan membiarkan kulitnya tidak tertutupi seperti kulit sapi bertebaran di mana-mana. Entah apa nan dicari oleh para cwe cantik itu. Mereka mengira bahwa pujian akan membuat mereka semakin cantik. Mereka pikir bahwa pujian membuat mereka bahagia. Mudah-mudahan ada wahana nan dapat membuat cara berpikir mereka berubah.

Perhatikanlah ketika ada seorang laki-laki nan menggoda seorang wanita. Kata nan meluncur dari bibir si laki-laki iseng adalah, "Cewek ... cewek ... cwe cantik ... kamu bahenol deh.’ Apa tanggapan wanita nan digoda? Kalau dia wanita nan menjaga harkat dan prestise dirinya, dia akan mempercepat jalannya dan tak memperhatikan laki-laki nan menggodanya. Tapi sebaliknya, wanita nan merasa cwe cantik, akan tersenyum bahagia sebab dia berpakaian memang ingin mencari perhatian.

Betapa menderitanya batin wanita nan telah berdandan habis tapi ternyata tak mendapatkan perhatian dari siapapun. Kasihan sekali kepada para wanita nan berdandan hanya buat dirinya dan menyenangkan mata-mata iseng nan memandangnya. Kasihan juga dengan wanita-wanita nan bahagia disebut ‘cwe cantik’.

Para orangtua nan mempunyai seorang putri, tak seharusnya menyebut anak perempuan mereka nan kudus itu dengan sebutan "cwe cantik". Berikan julukan nan lebih latif dan lebih mulia. Sebutan itu akan berpengaruh kepada kehidupannya kini dan nanti. Sebutan "cwe cantik" akan membuat anak perempuan menjadi "binal". Sebutan nan indah, lembut, dan menentramkan hati akan membuat anak perempuan tumbuh menjadi seorang wanita sholeha nan berkarakter dan mampu menjadi pendidik anak-anak generasi andal nan mampu membawa keberkahan hayati dan selamat global akhirat.

Daripada memanggil anak perempuan dengan kata, "cwe cantik", lebih baik memanggilnya dengan kata, "sholeha cantik", "bidadari hebat", atau "putri nan cerdas". Kata "cwe cantik" itu konotasinya cukup buruk dan tak sehat buat disematkan kepada para wanita nan harusnya dimuliakan. Pernahkah berpikir mengapa orang Inggris tak boleh berjabat tangan dengan Ratu mereka kalau sang Ratu tak menjulurkan tangannya? Itu sebab mereka memuliakan sang Ratu dan membiarkan sang Ratu memilih dengan siapa dia mau berjabat tangan dan mau berbicara. Apakah orang Inggris menyebut Ratu mereka dengan kata, "cwe cantik"? Bahkan, ketika sang Ratu masih muda? Tentu saja tidak.
Wanita nan dimuliakan tak akan disebut ‘cwe cantik’

Biasakan dan didik anak-anak buat tak menyebut seorang perempuan cantik dengan "cwe cantik". Bila perlu kata "cewek" harus dihilangkan dari kosakata bahasa Indonesia sehari-hari. Kata nan berkonotasi kurang latif itu seharusnya tak lagi diapkai aklau saja sejak dini masyarakat dibiasakan tak menyebut kata cewek lagi. Ada baiknya kalau semua lini berusaha buat memuliakan wanita dimulai dari cara menyebut dan memanggil wanita tersebut.

Tidak ada nan dapat memuliakan wanita kalau bukan dari sistem pendidikan. Wanita pun begitu. Pendidikan akan mengubah wanita nan kurang paham akan hakikat penciptaannya akan mengerti dan berusaha menjaga dirinya dari hal-hal nan dapat mencelakakan atau hal-hal nan akan mengurangi kemuliaannya. Tidak akan mungkin hal ini dapat dilakukan bila tak dari rumah.