Museum Melayu

Museum Melayu



Memandang Lingga dari Laut

Ketika masih berada di dalam kapal nan akan membawa ke pulau nan fertile ini, mata akan tertuju pada pantai nan panjang dengan suasana nan romantis. Pohon kelapa seolah benar-benar melambai seperti dalam lagu Rayuan Pohon Kelapa. Berada di pulau tak tak akan merasa lapar sebab begitu banyak pohon kelapa nan dapat memberikan makanan dan minuman nan sehat. Airnya sangat menyehatkan. Begitu juga dengan isi dalam kelapa nan masih berupa kelapa muda.

Tidak pelu berpikiran kurang sehat seolah tak akan dapat menemukan kehidupan di pulau ini. Penduduknya ramah dan mereka biasa kerja keras dalam mendapatkan bahan makanan. Tinggal di sebuah pulau memang harus kreatif. Masyarakat ada nan bertani dan bercocok tanam. Pemandangan nan latif dibuat semakin latif dengan memeliharanya sepenuh hati. Kebersihan dan pembuatan taman-taman pun dilakukan. Jalanan setapak dibuat mulus sehingga nan ingin berkeliling pulau dengan bersepeda, tak akan merasa sungkan.

Pulau ini mempunyai kehidupan nan cukup latif dan tak ketinggalan zaman. Ada sebuah kerajaan lengkap dengan istananya nan indah. Keberadaan istana ini membuktikan kalau masyarakat telah tahu tentang anggaran bermasyarakat dan mereka mempunyai budaya sendiri. Bahkan ada museum mini nan menyimpan berbagai benda peninggalan orang-orang nan lebih dahulu mendiami pulau ini.

Kehidupam beragama dan berpolitik pun cukup bergerak maju di pulau satu ini, Masyarakatnya tak tertinggal. Alat transportasi berupa sepeda motor dapat ditemukan di sini. Jangan dikira bahwa pulau ini ialah pulau nan terpencil. Beradaannya atau warta tentangnya mungkin tak banyak terdengar. Namun, masyarakatnya cukup maju dan sangat terbuka dengan perubahan. Dinamika perpolitina ini membukakan mata banyak orang bahwa Lingga ialah loka nan sangat strategis sebagai basis pembangunan.



Gunung Daik nan Perawan

Jika Anda singgah ke Pulau Lingga, masyarakat di sana sangat ramah dan sangat bersahabat. Di pulau ini terdapat juga sebuah gunung nan tidak kalah indahnya, gunung itu bernama Gunung Daik. Gunung Daik ini memiliki tiga cabang. Menurut cerita banyak orang, Gunung Daik ini belum pernah terdaki sampai puncaknya, sekalipun oleh masyarakat di sekitar gunung tersebut. Hal ini dikarenakan kabut nan tebal nan selalu menutupinya, membuat para pendaki sulit buat melihat bahkan menerka medan pendakian di depannya.

Jadi bisa dikatakan puncak Gunung Daik ini masih "perawan" atau belum pernah terjamah manusia. Gunung Daik selalu membuat para pecinta alam penasaran buat mendapatkan jalur pendakian hingga sampai ke puncaknya. Estetika gunung ini juga bisa Anda saksikan saat mengelilingi pulau dengan kapal kecil milik nelayan setempat. Anda akan melihat seakan gunung tersebut mengapung di atas bahari dengan hamparan hijau hutan menjadi kakinya. Sungguh seperti pemandangan di lukisan-lukisan kanvas, tapi konkret dan jauh lebih Indah.

Seperti juga pegunungan di loka lain, cuacanya dingin dan tanahnya sangat subur. Melihat potensi ini saja dapat diperkirakan bagaimana masyarakatnya. Mereka cukup memelihara anugerah nan diberikan Tuhan kepadanya. Mereka memanfaatkan tanah dengan baik dan mengambil hasilnya. Seperti masyarakat nan tinggal di bawah kaki gunung nan bahagia memanfaatkan udara nan cukup dingin buat menanam buah dan sayur, begitu juga masyarakat di pulau ini.

Mereka tampak hayati sehat sebab terbiasa makan ikan dan makan sayur nan organik secara alami. Bagaimana tak organik kalau sayur-sayuran itu tak disemprot dengan bahan kimia. Ikan nan didapatkan oleh nelayan juga menjadi santapan nan menyehatkan. Dengan keadaan tanah dan pemandangan serta luasnya, tak dapat menyalahkan kalau banyak sekali orang nan datang ke pulau ini buat mengadu untung. Ada nan berdagang, ada nan menjadi pegawai negeri, dan ada nan menjadikan pulau ini sebagai basis bisnisnya terutama bisnis dibidang agroindustri.

Pariwisata pun cukup maju. Berbagai hal dapat dilakukan dipulau nan dikatakan sebagai pulau paling padat dan paling luar di Kepulauan Lingga, Riau. Riau ialah provinsi air. Masing-masing wilayah terpisah oleh air bahari nan sangat luas. Kapal-kapal berkapasitas sedang dengan fasilitas nan cukup modern, sering juga singgah dan menurunkan orang-orang nan ingin mengunjungi Lingga dan menikmati apa nan disuguhkan oleh estetika Lingga.

Masyarakatnya semakin sadar potensi pariwisata nan ada di pulaunya. Mereka sering menyambut pelancong nan datang dengan tarian selamat datang nan dibawakan oleh penari laki-laki. Yang menarik ialah baju nan dikenakan oleh para penari. Pakaiannya khas Sumatera tetapi warnanya cukup terang menyala, seperti merah muda, biru, kuning , ungu. Bagaimanapun masyarakat di pulau ini banyak dipengaruhi oleh budaya Melayu nan sangat khas gaya pesisirnya.

Pakaian dengan rona cerah itu ialah representatif dari gaya hayati orang Lingga nan bergerak maju dan tak mengenal kata menyerah. Mereka tampak senang dan terlihat sangat menikmati kehidupannya. Sebagai orang pesisir, mereka juga sangat terbuka dengan pendatang. Inilah karakteristik lainnya nan sangat terlihat. Mereka sangat ramah dan mau membantu. Sebagai loka buat menginap, para wisatawan terutama nan berasal dari Singapura malah lebih bahagia berada di rumah terapung di atas bahari nan disebut dengan rumah kelong.

Pemandangan nan langsung ke laut, debur ombak nan menggoyang rumah memberikan sensasi nan berbeda ketika misalnya tidur di hotel dengan fasilitas nan sangat lengkap. Kalau tak kuat dengan angin laut, sebaiknya tak tidur di rumah kelong ini. Bagaimanapun angin bahari terkadang terasa sangat kering dan panas. Perhatikan kesehatan kulit dan jangan lupa mengoleskan krim tabir surya. Jangan sampai malah terlihat gosong setelah liburan.

Bila beruntung, dapat melihat kegiatan nelayan dan estetika Gunung Daik dari kejauhan. Makanan nan dihidangkan tentu saja jenis makanan bahari nan sangat sehat. Ikannya masih segar sebab memang baru dipancing. Kalau mau memanggang sendiri, tak menjadi masalah. Malah akan mendapatkan sensasi nan lain lagi.

Selain Lingga, ada lagi satu pulau nan cukup besar di Kabupaten Lingga ini, namanya Pulau Singkep. Kehidupan di Pulau Singket tak jauh berbeda dengan kehidupan nan ada di Lingga.



Museum Melayu

Selain sejuknya pantai dan estetika gunung Daik, di pulau ini juga terdapat museum sederhana tentang sejarah kebudayaan Melayu nan ada di Pulau Lingga. Wilayah Sumatra nan berbatasan langsung dengan Malaysia ini memiliki akar budaya nan sama yaitu Melayu. Bahkan di Pulau Lingga, Anda masih bisa temukan kompleks istana nan menampilkan sejarah garis kerajaan Riau.

Sungguh pengalaman nan begitu mengasyikkan berlibur di sebuah pulau nan tidak hanya latif alamnya, namun juga masih memperhatikan dan melestarikan budaya orisinil khas Pulau Lingga.

Flora Fauna Langka
Di Pulau ini juga masih terdapat flora dan fauna langka seperti burung hantu, dan beberapa spesies burung lain nan sangat cantik. Belum lagi tumbuhan-tumbuhan cantik nan bisa Anda jumpai selama berjalan-jalan di kaki gunug Daik. Tak hanya itu, sungai-sungai bening mengalir dari mata air alami di Gunung Daik dan bermuara langsung ke laut. Beberapa lintasan sungai di pulau ini bisa Anda nikmati dengan melakukan kegiatan rafting.

Anda juga dapat jalan-jalan berkeliling pulau atau bersepeda buat menemukan pantai terpencil nan dapat Anda nikmati sendiri. Anda juga dapat berenang sepuasnya dan bermain voli pantai bersama teman-teman.

Akses ke Pulau Lingga
Anda layak buat menempatkan Pulau Lingga sebagai tujuan wisata Anda selanjutnya. Akses ke pulau ini sangat mudah. Dari Tanjung Pinang di Pulau Bintan Anda dapat berangkat dengan kapal menuju Dabo di Pulau Singkep. Kemudian dari Dabo atau Jago naik speed boat selama lebih kurang setengah jam menuju Pelabuhan Tanjung Buton dan sampailah Anda di Pulau Lingga.