Tips

Tips



Informasi Awal

Paling tidak, dengan adanya resensi novel fiksi ini, calon pembeli novel fiksi tersebut dapat berpikir dengan lebih matang apakah akan membeli novel itu atau tidak. Resensi juga akan memberikan citra apa saja nan akan ditemui di dalam novel itu. Bukankah Anda pernah terkecoh oleh sebuah novel? Sampulnya saja nan nampak memesona, sinopsis kecilnya saja nan terlihat menggoda. Tapi setelah membaca novel secara keseluruhan, barulah terpikir tentang betapa Anda telah membuang-buang waktu plus uang buat novel tersebut.

Dan Oh betapa baiknya Anda jika bisa mencegah hal tersebut terulang kembali pada orang lain, tentu dengan sebuah resensi. Resensi itu bagaikan informasi awal nan didapatkan oleh calon pembeli novel. Pada waktu-waktu tertentu, seseorang mengalami pergolakan batin nan berbeda-beda. Suatu waktu ia ingin mencari bacaan nan dapat membuatnya bangkit lagi dari keterpurukannya. Ada orang nan ingin mencari bacaan nan agak sama dengan alur hidupnya.

Tetapi ada juga orang nan berada pada keadaan psikologi nan sama, tak mau membaca cerita dengan alur nan mungkin sama dengan apa nan sedang ia hadapi. Ia lebih memilih alur cerita nan sangat berbeda atau bahkan nan dapat menghiburnya tanpa harus membuatnya menangis dan meratapi apa nan sedang menimpanya. Kalau hanya berbekal gambar sampul dan sedikit sinopsis, mungkin masih ada nan kurang. Dapat jadi ia malah membaca sesuatu nan tak ingin ia baca.

Itulah mengapa ia membutuhkan resensi. Dengan adanya resensi ini paling tak ada getaran rasa penasaran ingin membaca langsung novel nan diresensi itu. Kalau pembaca telah sangat tertarik dengan gaya menulis seorang penulis, biasanya ia membeli novel bukan melihat isinya namun sebab ingin menikmati karya terbaru dari penulis tersebut. Pembaca seperti ini memang berbeda. Resensi malah mungkin akan membuatnya keki. Ia tak mau alur kisah nan akan dia baca sudah dapat tertebak.

Rasa penasarannya tak boleh diganggu oleh apapun. Orang ini tak mau memabca resensi atau pendapat nan berhubungan dengan novel nan belum ia baca. Ia ingin benar-benar menikmati kisah dalam novel itu dengan imaginasi dan pemahamannya sendiri. Beda dengan orang-orang nan baru saja ingin memasuki global membaca novel fiksi. Orang-orang seperti ini disarankan buat mencari surat keterangan isi novel dari berbagai resensi. Sayangnya memang tak semua novel fiksi ada resensinya.



Pilihan Resensi

Para peresensi biasanya akan memilih karya nan sekiranya bagus dan hasil tulisannya akan dimuat di media massa. Kalau ia meresensi sebuah karya nan tak ada apa-apanya, untuk apa. Ia hanya menghabiskan waktunya nan sangat berharga. Peresensi juga biasanya akan memilih karya nan diterbitkan oleh penerbit tertentu, Bila perlu ia akan memilih buku nan diterbitkan oleh perusahaan yag sama nan menerbitkan media nan ia tuju sebagai loka pengiriman resensinya.

Pandangan bisnis tetap saja bermain dalam hal ini. Resensi nan bagus itu akan dapat mengangkat pamor karya nan diresensi sehingga nilai jualnya pun menjadi naik. Peresensi nan mampu memberikan rasa penasaran, ialah peresensi nan sangat disenangi oleh banyak orang termasuk oleh penulis dan penerbitnya. Sudha banyak bukti betapa adanya peningkatan penjualan sebuah novel setelah resensi novel tersebut dimuat di surat kabar atau majalah.

Tidak sporadis juga peresensi nan berpengalaman mendapat pesanan buku atau novel nan akan diresensi. Biasanya peresensi ini akan memberikan citra nan lebih konkret terhadap novel tersebut agar calon pembaca tertarik dan membeli novel itu. Resensi pesanan ini terkadang menjadi kacau dengan sinopsis. Puji-pujian agak sering terlihat dalam tulisannya.



Tips

Baiklah, Mari kita mulai menelusuri jalan mudah menuju resensi sebuah novel fiksi. Tenang saja, siapapun dapat membuat resensi asalkan tahu metode dan format pembuatannya. Berikut ini ialah apa nan harus diperhatikan ketika akan membuat resensi novel fiksi.

* Perhatikan fisik buku secara sekilas
Seperti juga resensi nonfiksi, fisik buku wajib buat Anda beri penilaian. Namun, bila Anda tak menemukan hal menarik di sana, jangan memaksakan diri buat menyertakannya dalam resensi sebuah novel fiksi Anda. Bukankah ini cukup mudah? Anda hanya perlu melihat-lihat bentuk dan komposisi buku. Dengan kata lain, Anda bisa meliburkan otak kiri Anda buat sejenak.

* Bacalah novel tersebut secukupnya
Inilah salah satu mengapa resensi sebuah novel fiksi bisa disusun nisbi lebih cepat dari pada resensi nonfiksi. Apabila sebelum menyusun resensi nonfksi Anda haruslah tahu betul isi buku nan akan diresensi, beda ketika Anda akan menyusun resensi sebuah novel fiksi.

Karena unsur-unsur instrisik sebuah novel pada umumnya tersebar merata ke seluruh bagian novel, Anda cukup mengambil satu fragmen sebagai sampel dari beberapa unsur tersebut. Kecuali bila Anda ingin menyelam bersama novel tersebut, silahkan saja dan tak ada salahnya. Mengetahui kandungan apa nan akan dimakan, rasanya cukup baik daripada muntah setelah memakannya.

* Bubuhkan sinopsis nan menggoda
Kesalahan nan terlalu sering terjadi saat membuat resensi sebuah novel fiksi ialah terlalu banyak menyampaikan sinopsis cerita. Bahkan hampir-hampir saja resensi tersebut menjadi sebuah rangkuman novel. Bukan ini inti dari sebuah resensi. Resensi itu ialah satu jajak dari sebuah karya.

Sebenarnya Anda tak perlu menggambarkan isi novel dari awal hingga selesainya alur, cobalah buat merekam bagian novel nan menuju titik puncak atau konflik, kemudian penggallah sampai di sini. Agar mengapa? Agar pembaca tergoda buat mengetahui bagaimana kelengkapan cerita nan Anda pegal tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa resensi ini seperti iklan dari sebuah karya. Semakin banyak nan membuat resensinya, semakin populerlah karya itu.

* Ulaslah bahasa nan digunakan
Salah satu ciri khas dari novel dan karya tulis fiksi lainnya ialah penggunaan bahasa. Bahasa sangat berpotensi buat menambah estetika sebuah cerita. Teramat ironis ketika cerita nan sebenarnya menarik menjadi rusak sebab disampaikan dengan bahasa nan kronis. Bahasa ini juga dikaitkan dengan target pasar novel fiksi tersebut. Apakah buat remaja ataukah buat dewasa atau buat anak-anak.

Dalam resensi nonfiksi, mungkin Anda bisa menomorduakan unsur bahasa. Tapi buat resensi sebuah novel fiksi, Anda sepatutnya menjadikannya nomor satu, atau kalau memang mendesak, jadikanlah nomor satu koma lima. Bahasa ini merupakan pembentuk estetika dari cerita nan ada di novel tersebut. Tanpa bahasa nan indah, rasa nan diharapkan tumbuh di hati pembaca, tak akan hadir.

* Timbanglah keunggulan dan kelemahan buku.
Berikanlah evaluasi nan seimbang dan argumentatif atas kuaitas novel. Beberapa unsur nan bisa Anda pertimbangkan ialah tema, alur cerita atau plot, penokohan, sudut pandang, latar cerita atau setting, nilai-niai nan terkandung, dan gaya bercerita. Jika memungkinkan, sorot pula bagaimana profile Si Pengarang novel.

* Ajaklah pembaca buat turut membaca novel tersebut
Bagian paling bontot dari resensi novel fiksi ialah saran buat pembaca, Apakah Anda menyarankan pembaca buat membaca novel tersebut atau sebaliknya. Namun sangat mungkin terjadi apabila seorang penulis resensi enggan buat menyaranan pembaca agar jauh-jauh dari novel nan ia resensi.

Hal itu wajar dan manusiawi. Tapi bila Anda menyarankan pembaca buat membacanya, sementara hasil analisa Anda tak berkata demikian, maka dapat dipercaya Anda sebagai penulis resensi bisa diragukan. Dan akhirnya, “pembaca kecewa….”

Oleh sebab itu, Anda bisa melapis-lapiskan pembaca novel. Sebagai misal, Anda menyarankan novel tersebut buat di baca oleh kalangan X sebab begini begitu, namun novel tersebut tak layak buat dibaca oleh kalangan Y sebab begini begitu. Kalaupun ingin membaca, pembaca harus mempersiapkan diri dengan ilmu nan begini dan begitu agar dapat menyaring apa nan akan dibaca.