Kebudayaan dalam Peradaban

Kebudayaan dalam Peradaban

Arti peradaban bagi manusia sebagai bagian dari masyarakat global ialah segala aspek nan melingkupi kehidupannya, seperti budaya, pertanian, pengetahuan, kepadatan penduduk, sistem ekonomi, pemerintahan, dan teknologi nan digunakan. Kata ‘peradaban’ berasal dari Bahasa Arab; addaba , nan artinya memperbaiki atau meluruskan.



Arti Peradaban

Apa nan menjadi objeknya? Manusia ialah objek peradaban itu sendiri. Arti peradaban merupakan seni membentuk masyarakat nan secara terus menerus dilakukan menuju kesempurnaan. Peradaban membuat orang-orang nan biasanya tinggal dekat dengan sumber kehidupan seperti sungai, danau maupun laut, buat tinggal menetap dengan pandangan atau ideologi, politik, sosial, budaya nan terbentuk menjadi sesuatu nan kompleks dan secara bergerak maju mengalami perkembangan sinkron dengan zamannya.

Terbentuknya sebuah peradaban tak terlepas dari pengaruh kebudayaan di suatu wilayah. Kebudayaan, menurut Ki Hajar Dewantara, merupakan buah budi manusia dalam hayati bermasyarakat. Akal dan pikiran suatu individu akan menghasilkan budi atau konduite nan akan dipergunakannya dalam melakukan hubungan dengan sesamanya atau dengan makhluk hayati lain dan alam sekitarnya.

Manusia disebut makhluk nan berbudaya sebab ia memiliki akal budi nan bisa dipakainya dalam proses belajar mengenal segala sesuatu nan ada di sekitarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik lahir maupun batin.

Kebudayaan memiliki unsur-unsur nan menjadi penentu terbentuknya peradaban nan menjadi pembeda antara satu negara dengan negara lainnya. Di antara unsur-unsur budaya itu ialah sebagai berikut.

  1. Bahasa, sebagai alat komunikasi sosial nan bisa dimengerti baik lisan maupun tulisan.
  1. Organisasi sosial, meliputi kekerabatan, sistem kenegaraan, asosiasi, dan komunitas tertentu.
  1. Sistem religi, agama dan kepercayaan, termasuk di dalamnya upacara keagamaan, komunikasi agama, serta nilai dan pandangan hidup.
  1. Mata pencaharian, bercocok tanam, mengumpulkan makanan, pertanian, perikanan, perdagangan, dan jasa.
  1. Teknologi dan kebutuhan hidup, sandang, pangan, papan, peralatan komunikasi, perhiasan, kegiatan produksi, distribusi, dan transportasi.
  1. Pengetahuan, meliputi ilmu tentang diri manusia pribadi, konduite antarsesama, flora dan fauna, serta ruang dan waktu.
  1. Ragam kesenian, seperti sastra, drama, seni lukis dan gambar, seni pahat dan ukir, seni musik dan vokal, relief dan desain bangunan, serta seni dekorasi.

Ilmu sejarah sebagai salah satu disiplin ilmu nan mempelajari perkembangan peradaban, membagi 3 periode peradaban, yaitu periode klasik, pertengahan, dan modern. Periode klasik dimulai pada zaman kebudayaan Yunani dan berakhir pada abad ke 5 M, sedangkan periode pertengahan dimulai sejak abad ke 6 M sampai abad ke 15 M, yaitu ketika Romawi Timur atau Byzantium runtuh. Sementara periode modern sejak abad 15 M hingga abad 19 Masehi.

Agama dan kepercayaan menjadi pengaruh nan cukup kuat dalam pembentukan peradaban periode klasik. Pada periode pertengahan, peradaban dititikberatkan pada ilmu pengetahuan dan filsafat. Perkembangan teknologi dalam sistem ekonomi industri menjadi hal nan krusial dalam periode modern.



Manusia, Peradaban dan Kebudayaan

Manusia tak hanya semata-mata terbenam di tengah-tengah alam, justru manusia mampu mengutik-utik alam dan mengubahnya menurut kemauannya sehingga tercipta apa nan dinamakan kebudayaan. Seperti dikatakan C.A. Van Peursen, “manusia berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tak hayati begitu saja di tengah-tengah alam, melainkan selalu mengubah alam itu.

Entah manusia menggarap ladangnya atau membuat sebuah laboratorium buat penyelidikan ruang angkasa, entah manusia mencuci tangannya atau memikirkan suatu sistem filsafat, pokoknya hayati manusia lain dari hayati seekor hewan, ia selalu mengutik-utik lingkungan hayati alamiyahnya, dan justru itulah kita namakan kebudayaan.

Dengan demikian, segala sesuatu bisa dimungkinkan buat diciptakan oleh manusia, maka kreasi manusia nan dinamakan kebudayaan itu mempunyai sifat, corak dan ragam nan luas dan kompleks. Ada kebudayaan nan material, nan bisa dilihat dan diraba sebab wujudnya kongkrit, seperti pakaian, kancing, mesin ketik, komputer dan sebagainya.

Ada pula kebudayaan immaterial, nan tak bisa dilihat dan diraba sebab wujudnya abstrak, seperti ilmu pengetahuan, kesenian, dan lain sebagainya. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan nan beraneka ragam sifat, jenis dan coraknya itu, paling sedikit mempunyai tiga wujud, yaitu:

  1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan dan sebagainya.
  2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas, kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
  3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.


Kebudayaan dalam Peradaban

Koentjaraningrat, menyatakan masalah kebudayaan dan peradaban hanya soal istilah saja. Istilah arti peradaban biasanya dipakai buat bagian-bagian dan unsur-unsur kebudayaan nan “harus” dan “indah”, seperti kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan santun dan sistem pergaulan nan kompleks dalam suatu masyarakat dengan struktur nan kompleks.

Tetapi pada sisi lain, istilah peradaban juga dipakai buat menyebut suatu kebudayaan nan mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan nan maju dan kompleks.

Peradaban berasal dari kata adab nan artinya kesopanan, kehormatan, budi bahasa, etika, dan lain-lain. Versus dari mudun ialah biadab, tidak tahu adab dan sopan santun. Menurut pakar antropologi De Haan, arti peradaban merupakan versus dari kebudayaan.

Peradaban ialah seluruh kehidupan social, politik, ekonomi, dan teknologi. Jadi, arti peradaban ialah semua bidang kehidupan buat manfaat praktis. Sebaliknya, kebudayaan ialah semua nan berasal dari hasrat dan gairah nan lebih tinggi dan murni nan berada di atas tujuan praktis dalam interaksi masyarakat, misalnya musik, seni, agama, ilmu, filsafat, dan lain-lain. Jadi, lapisan atas ialah kebudayaan sedang lapisan bawah ialah peradaban.

Kaum humanis (pendukung De Haan) menganggap bahwa dominasi kehidupan praktis (peradaban) atas kehidupan rohaniah hanya mementingkan dominasi kehidupan sehari-hari atau kehidupan netral semata-mata, sedangkan pihak lain hanya mementingkan kehidupan rohaniah atau kebudayaan.

Sedangkan, Sedilot mengatakan bahwa peradaban ialah khazanah pengetahuan dan kecakapan teknis nan meningkat dari angkatan ke angkatan dan sanggup berlangsung terus. Hanya manusia nan selalu mencari, memperkaya, dan mewariskan pengetahuan atau kebudayaan.

Dari segi morfologi, peradaban berarti kebudayaan nan telah sampai pada taraf jenuh, nan telah berlangsung secara terus menerus. Beals dan Hoiyer, mengatakan bahwa peradaban ( civilization ) sama dengan kebudayaan ( culture ) apabila dipandang dari segi kualitasnya, tetapi berbeda dalam kuantitas, isi, dan kompleks pola-polanya. Koentjaraningrat, menyatakan dalam global ilmiah juga ada kata “peradaban” di samping “kebudayaan”.

Paham peradaban ialah bagian-bagian dari kebudayaan nan mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, system kenegaraan, dan ilmu pengetahuan nan luas sekali. Untuk saat ini pengertian nan generik dipakai ialah peradaban merupakan bagian dari kebudayaan nan bertujuan memudahkan dan mensejahterakan hidup.



Arti Peradaban dan IPTEK

Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan nan lebih luas dari istilah “budaya” nan populer dalam kalangan akademis. Dimana setiap manusia bisa berpartisipasi dalam sebuah budaya, nan bisa diartikan sebagai “seni, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, nilai, bahan konduite dan Norma dalam tradisi nan merupakan sebuah cara hayati masyarakat”.

Namun, dalam definisi nan paling banyak digunakan, peradaban ialah istilah deskriptif nan nisbi dan kompleks buat pertanian dan budaya kota. Arti peradaban bisa dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan majemuk kegiatan ekonomi dan budaya.

Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan ialah istilah “peradaban” bisa digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam konteks sosial di mana rumit dan budaya kota nan dianggap unggul lain “ganas” atau “biadab” budaya, konsep dari “peradaban” digunakan sebagai sinonim buat “budaya (dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu.”

Dalam artian nan sama, peradaban bisa berarti “perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa”. masyarakat nan mempraktikkan pertanian secara intensif; memiliki pembagian kerja; dan kepadatan penduduk nan mencukupi buat membentuk kota-kota. “Peradaban” bisa juga digunakan dalam konteks luas buat merujuk pada seluruh atau taraf pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global).

Istilah peradaban sendiri sebenarnya dapat digunakan sebagai sebuah upaya manusia buat memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban niscaya tak akan dilepaskan dari tiga faktor nan menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut ialah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK.

Itulah uraian mengenai arti peradaban nan ada kaitannya dengan kebudayaan. Jadi, jika ada nan menyebutkan peradaban, itu artinya kita akan membahas sebuah kebudayaan secara kompleks.