Manfaat Belajar Tentang Tata Krama dan Sopan Santun

Manfaat Belajar Tentang Tata Krama dan Sopan Santun

Manusia ialah makhluk sosial nan hayati dan kehidupannya selalu bersinggungan dengan manusia lain. Setiap individu memiliki sifat dan Norma berbeda. Oleh karena itu, seseorang harus pandai menempatkan diri dalam kehidupan sosial agar tak menyakiti dan merugikan orang lain. Hal inilah nan melatarbelakangi pentingnya etika dalam kehidupan.



Hidup Damai

Manusia tentu bukan hayati buat mencari musuh. Setiap orang hayati dengan tujuan nan sama, perdamaian dan persaudaraan. Etika merupakan seperangkat anggaran nan berfungsi buat mengatur dan mengajari seseorang dalam bersikap. Ilmu nan mempelajari bagaimana bertata krama dengan kelompok lain dalam lingkungan nan sama atau lingkungan nan berbeda. Tata krama dan sopan santun ini krusial dipelajari dan diketahui agar apa nan menjadi tabu dan tak layak dilakukan salam satu kebudayaan dapat dihindarkan agar tak terjadi perang saudara.

Jangan sampai hanya sebab masalah sepele nan lebih mementingkan keegoisan diri, saling tuntut menjadi satu hal nan sering terjadi.

Ketika satu individu terlalu dituntut buat melakukan sesuatu nan tak sinkron dengan kepribadiannya, ia tidak akan dapat berkembang. Ketika pribadinya tak berkembang, dia akan tertekan. Ketika ia telah semakin tertekan, ia akan mencari jalan keluar dari lingkungan itu dan berusaha melepaskan diri. Kalau hal ini terjadi dalam satu pernikahan, maka pernikahan itu akan hancur.

Pernikahan nan diharapkan menyatukan dua pribadi sekaligus juga menyatukan dua keluarga besar nan mempunyai latar belakang keilmuan dan kehidupan nan berbeda itu dapat menjadi satu cara termudah menciptakan permusuhan. Suami istri nan tidak dapat saling menghargai dan hanya saling serang baik terhadap diri mereka pribadi maupun terhadap keluarga masing-masing akan sulit mempertahankan tali pernikahan. Mereka akhirnya berpisah dengan cara nan sangat tak diinginkan. Tetapi kalau memang sangat sulit didamaikan, perpisahan akan lebih baik sebab kalau diteruskan, saling menyakiti akan mematikan hati nurani.

Hati nurani nan wafat akan menjadikan seseorang kehilangan akal sehat dan bahkan dapat kehilangan keimanannya. Manakala keimanan telah menghilang, apapun dapat terjadi. Yang tidak sanggup berpisah sebab memikirkan rumitnya jalur perpisahan, memilih berselingkuh dan menikmati hidupnya nan salah itu hingga ia terus terjerumus ke dalam lingkaran setan nan tidak berujung. Kalaupun tak mencari kesenangan lain di luar pernikahannya, ia dapat stres dan mengalami sakit nan parah hingga maut menghampirinya ia tak merasa senang dengan kehidupannya.

Rasa tak senang ini dapat membuat seseorang tak mensyukuri apa nan etlah diberikan oleh Tuhan kepadanya. Ia malah lebih fokus pada kesedihan dan kemalangan nan tercipta dari tak adanya rasa saling menghargai dan saling menghormati atas nama cinta. Jangan dikira dalam interaksi suami istri itu tak ada tata krama atau etika nan membuat interaksi mereka senantiasa hangat. Secara logika, interaksi suami istri nan baik ini akan mempenagruhi cara pikir dan cara pandang terhadap kehidupan di luar rumah tangga.

Kalau suami istri saling dukung, mereka akan saling memaafkan apa nan telah terucap. Mereka akan berusaha saling mengalah demi mempertahankan estetika cinta mereka. Ketika suami atau istri marah, sebaiknya pasangannya diam. Kalau keduanya saling berteriak, maka mereka dapat terjebak ke dalam ring tinju pertengkaran nan tidak akan ada habisnya. Ada baiknya kalau mereka berjauhan terlebih dahulu dan tak saling berjumpa demi mendaamikan hati nan sedang panas. Kalau sering bertemu, mereka akan saling sernag lagi. Memang mendamaikan hati itu sine qua non harga nan dibayar. Inilah mengapa mempelajari tata krama itu sangat krusial demi hayati nan damai. Etika akan membimbing manusia buat berlaku sopan dan pantas pada setiap orang.



Belajar dari Lingkungan

Sebenarnya, tata krama dan budi pekerti serta tata sopan santun itu tak perlu diajarkan secara spesifik dan tersendiri. Tata krama akan terbentuk dan dipelajari sendiri dalam lingkungan keluarga, sekolah, pengajian, dan masyarakat umum. Namun, hal itu tentu bukan agunan bagi seseorang buat menerima berbagai pelajaran positif nan berkenaan dengan atta krama.

Hal ini terkait dengan baku kehidupan nan berbeda-beda. Budaya juga mempengaruhi gaya seseorang berteman dalam lingkungannya dan dengan lingkungan di luar lingkungannya. Orang nan berasal dari budaya barat, tentunya tak canggung ketika harus menyebut nama kepada ayah atau ibunya. Beda dengan orang nan berasal dan dibesarkan dalam tutur budaya timur. Penghormatan kepada nan tua terutama orangtua ialah sesuatu nan sangat penting. Penghormatan itu bahkan dapat menjadi satu hal nan harus dilakukan setiap saat.

Misalnya, bagi orang nan tumbuh di budaya barat, istri adakah mahluk nan disebut sebagai ratu olehg suami. Suami lebih memilih istrinya daripada ibunya. Sebaliknya, bagi orang nan tinggal di lingkungan islami, ia akan sangat sadar bahwa ibunya ialah orang nan paling krusial dalam hidupnya. Sedangkan istrinya menempati posisi kedua setelah ibunya tersebut. Kata-kata ibu sangat krusial buat didengarkan sebab ibu ialah surga nan harus diberi perhatian lebih terutama ketika ia telah menginjak usia lanjut.

Bagi orang barat, saat dia tidak sanggup mengasuh ibunya, ia akan mengirim ibunya ke rumah panti jompo. Padahal merawat ibu itu pahalanya sangat besar. Mereka tidka mengenal tata krama dan sopan santun seperti itu. Inilah nan membuat disparitas itu akan semakin jelas kalau dalam interaksi antar budaya setiap individu tak menghargai dan menghormati satu sama lain.

Seseorang nan hayati dan dibesarkan di lingkungan "tidak baik" akan tumbuh menjadi sosok kurang beretika. Orang tersebut akan berlaku bebas sinkron keinginannya tanpa memperhatikan perasaan orang lain. Ia hanya berpikir bahwa apa nan dilakukan haruslah berdampak baik baginya meskipun tak baik bagi orang lain. Rasa tak peduli itu seakan telah tumbuh begitu saja tanpa ada penghalang.

Inti dari semua pelajaran mengenai tata krama ini ialah bagaimana diri kita mampu menghargai orang lain, bukan hanya memikirkan diri sendiri. Persoalan sopan santun merupakan salah satu masalah sensitif. Pengetahuan tentang bagaimana bersikap di loka eksklusif akan menuntun seseorang buat hayati semestinya dengan cara nan dibenarkan oleh semua orang.



Manfaat Belajar Tentang Tata Krama dan Sopan Santun

Belajar tata krama dan sopan santun itu memiliki beberapa kegunaan sebagai berikut. Etika atau tata krama itu akan membuat seseorang lebih menghargai individu lain sebab timbulnya pemikiran "bagaimana jika saya menjadi dia". Meskipun tampak kuno, memposisikan diri sebagai orang lain akan membuat seseorang mampu memperkirakan tindakan nan akan dilakukan individu lain ketika mengalami kejadian tertentu. Misalnya, jika Anda memukul teman atau merebut pacar teman.

Meletakkan diri sendiri pada perasaan orang lain, akan membaut orang tersebut berusaha sebaiknya buat memperlakukan orang lain. Misalnya, seorang agen pemasaran dengan sigapnya menjemput tamu nan belum pernah ia jumpai. Mobil dibersihkannya dan pakaiannya sendiri dirapikannya. Ia ingin memberikan nan terbaik kepada tamunya. Hal ini sebab ketika ia berkunjung ke loka lain, ia ingin orang lain juga menghargai dan menghormati kehadirannya juga.

Tata krama akan membuat seseorang menyadari pentingnya kehidupan. Bayangkan saja jika Anda menjadi sosok nan dibenci orang lain. Ingat, segala sesuatu nan hayati di global ini tak akan lepas dari diri Anda. Anda akan menjadi orang paling menderita dan kesepian jika tak mampu membawa diri. Dengan tata krama itu, Anda akan lebih menghargai betapa pentingnya segala hal di sekitar Anda. Orang lain pun akan menghargai keberadaan Anda.

Tata krama mengajari seseorang buat sadar dalam bertindak. Dengan pencerahan itu, seseorang akan mengetahui hal-hal nan harus dilakukan serta menghindari hal-hal nan tak boleh dilakukan.

Tata krama membuat seseorang mendahulukan hal nan lebih penting. Dalam hal ini, etika berkaitan erat dengan hati nurani. Misalnya, Anda melihat seseorang tertabrak mobil, sementara saat itu sudah tiba waktu makan siang. Dari dua kepentingan tersebut, mana nan akan Anda lakukan lebih dulu? Belajar etika akan membuat Anda menolong korban tabrakan dibanding mengedepankan urusan perut.

Sekali lagi, etika atau tata krama merupakan hal paling vital dalam kehidupan. Dengan etika, seseorang dapat mawas diri dan berlaku sinkron aturan.