Kependudukan Afghanistan

Kependudukan Afghanistan

Jika ada nan bertanya, “Negara apa nan paling tidak ingin dikunjungi atau ditinggali?” Afghanistan barangkali menjadi salah satu jawabannya. Negara ini ada di antara beberapa negara nan paling dihindari di dunia, di samping Irak, Kongo, Palestina, dan negera-negara berkonflik lainnya. Jangankan orang luar, warga negara mereka sendiri banyak nan eksodus mencari suaka politik agar dapat pindah ke negara lain.

Siapa nan mau hayati dan datang ke negara dengan taraf konflik seperti medan perang? Hanya mereka nan bergabung dengan pasukan PBB, pegawai sipil PBB, LSM, dan pasukan Amerika Perkumpulan nan mau datang ke sana. Mereka datang sebab punya berbagai kepentingan, mulai dari urusan politik, sosial, sampai ekonomi. Spesifik untuk para pegawai PBB, bekerja di loka konflik seperti Afganistan mendatangan rezeki berlimpah, meski risikonya nyawa.



Keadaan Geografis Afghanistan

Negeri ini terletak di antara Asia Selatan dan Asia Tengah. Negeri nan dikelilingi dengan pegunungan ini merupakan salah satu negara muslim di Timur Tengah. Secara astronomis, Afganistan terletak di 29° sampai 39° lintang utara dan 60° sampai 75° bujur timur. Titik paling tinggi Afganistan terletak di Noshaq, dengan ketinggian 7.492 meter di atas permukaan laut. Iklim kontinental menyebabkan Afganistan sering kali dilanda musim dingin nan keras di wilayah Hazarajat dan beberapa area lainnya. Suhu rata-rata pada bulan Januari di sana ialah di bawah -15°C, sedangkan di bulan Juli suhu dapat naik drastis hingga 35°C.

Tidak seperti Indonesia nan memiliki banyak sungai dan sumber mata air, sebagian besar wilayah Afganistan sangat kering. Area lembah sungai Sistan merupakan salah satu area terkering di dunia. Di samping curah hujan tahunan, Afganistan juga memiliki salju nan turun di musim dingin, khususnya di wilayah Hindu Kush dan pegunungan Pamir. Salju nan meleleh lantas memasuki sungai, danau, dan sumber air lainnya di musim semi. Namun, dua per tiga genre air di negeri ini mengalir ke Iran, Pakistan, dan Turkmenistan. Afganistan membutuhkan biaya lebih dari 2 miliar dolar Amerika buat memperbaiki sistem pengairannya agar air higienis dapat dikelola dengan baik.

Pegunungan di area Hindu Kush di Provinsi Badakhshan merupakan area nan aktif secara geologis. Hampir setiap tahun, lokasi tersebut dilanda gempa bumi. Terkadang, gempa bumi di sana dapat mematikan dan merusak, menimbulkan tanah longsor di beberapa loka saat musim dingin. Salah satu gempa bumi terkuat terjadi pada tahun 1998, memakan korban sebanyak 6.000 orang di area Badakhshan dekat Tajikistan. Selanjutnya di tahun 2002 pernah juga terjadi gempa bumi di Hindu Kush nan menewaskan lebih dari 150 orang dan lebih dari 1.000 orang terluka. Yang terakhir, di tahun 2010 Afganistan dilanda gempa nan menewaskan 11 orang, melukai lebih dari 70 orang, dan merusak lebih dari 2.000 rumah.

Sumber daya alam Afganistan meliputi batu bara, tembaga, emas, bijih besi, uranium, lithium, khromit, timah, belerang, marmer, batu-batuan berharga, gas alam, dan minyak bumi. Pada tahun 2010 silam, pemerintah Afganistan dan Amerika Perkumpulan memperkirakan simpanan mineral di perut bumi Afganistan berharga senilai $900 hingga 3 triliun dolar Amerika.

Dengan luas negara 652.230 km2, Afganistan menduduki peringkat ke-41 sebagai negara terbesar di dunia. Ukurannya sedikit lebih besar dari Prancis dan lebih kecil dari Burma. Di sebelah selatan dan timur, negara ini berbatasan dengan Pakistan; sebelah barat berbatasan dengan Iran, Turkmenistan dan Uzbekistan; dan sebelah utara berbatasan dengan Tajikistan.



Afghanistan nan Penuh Konflik

Afganistan ialah sebuah negara miskin, meski punya cadangan sumber daya alam nan besar. Sebagian penduduknya berprofesi sebagai petani dan peternak. Padahal, tanahnya tandus terdiri dari gurun pasir dan sedikit tanaman. Kondisi miskin itu semakin parah dampak konflik nan berkepanjangan. Entah apa nan diperebutkan, masing-masing pihak sangat bersemangat buat perang.

Uni Soviet (kini Rusia) menjadi salah satu negara nan ikut terlibat langsung dalam konflik di Afganistan. Mereka membantu salah satu kelompok di sana, berperang melawan kelompok lain nan biasa disebut Mujahiddin. Perang sejak 1970-an itu, menghancurkan sebagian besar wahana dan prasarana di Afghanistan . Tak ada nan menang, tidak ada pula nan kalah, meski masing-masing pihak mengklaim mampu memukul mundur lawannya. Bukti di lapangan, menunjukkan betapa sengsaranya warga negara miskin tersebut.

Seharusnya, hancurnya Uni Soviet pada awal 1990-an dapat menjadi angin segar untuk Afganistan. Perang selama lebih dari 20 tahun, dengan sendirinya berakhir. Mujahiddin otomatis menjadi pemenang, sebab versus kuatnya tidak ada lagi. Tetapi, asa tinggallah harapan. Setelah Uni Soviet menarik mundur seluruh pasukannya, konflik tidak juga berakhir. Kali ini antar-kelompok di Afganistan sendiri tanpa campur tangan pihak asing.

Amerika Perkumpulan mulai menunjukkan taringnya sebagai polisi global (seperti biasa) setelah kebencian mereka memuncak melihat tindak-tanduk rezim Taliban nan menguasai Afganistan pascakonflik dengan Uni Soviet. Negara nan katanya menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia itu, dengan gagah berani masuk ke Afganistan dan berhadapan langsung dengan Taliban, pada awal 2000-an. Maka, mulailah rakyat Afganistan memasuki neraka baru, Taliban vs Amerika Serikat.

Amerika Perkumpulan berdalih masuk ke Afganistan buat membantu negara tersebut keluar dari rezim Taliban. Rezim nan dianggap sewenang-wenang dan antidemokrasi. Negerinya Barrack Obama itu, mendukung salah satu kelompok buat melawan Taliban dan berupaya buat berkuasa di sana.

Namun, upaya itu tak membawa pemugaran berarti. Sampai detik ini, Amerika masih belum mampu mengatasi Taliban nan di beberapa lokasi masih sangat kuat cengkeramannya. Bahkan, ribuan tentara Amerika dan PBB, tewas di sana selama berperang melawan Taliban. Dampak konflik baru tersebut, rakyat Afganistan tetap miskin dan sengsara. Boro-boro memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, buat bekerja tenang dalam memenuhi kebutuhan pokok saja sulitnya minta ampun.

Hampir setiap hari, bom dan senjata otomatis meledak di sana, meluluhlantakkan fasilitas dan membunuh banyak orang. Persis seperti nan terjadi di negara nan tidak jauh dari mereka, yaitu Irak. Dua negara nan sama-sama melibatkan pasukan Amerika Perkumpulan dalam konfliknya, sama-sama pula miskin dan sengsaranya.



Kependudukan Afghanistan

Di tahun 2011, tercatat penduduk Afganistan sebanyak 29.835.392 jiwa; termasuk 2 juta pengungsi nan mendiami wilayah Pakistan dan Iran. Sebagian besar penduduk Afganistan tinggal di Kabul, ibu kota negara ini. Kota-kota terpadat lainnya ialah Kandahar, Heart, Mazar-i-Sharif, Kunduz, Jalalabad, Lashkar, Gah, Talogan, Puli Khumri, Khost, Ghazni, Sheberghan, Sar-e Pol, dan Farah. Pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan semakin hari semakin pesat. Diperkirakan jumlah penduduk akan terus bertambah, dan pada tahun 2050 mencapai 82 juta jiwa.

Afghanistan ialah negara multietnis. Sebagai wilayah nan dijadikan persimpangan rendezvous berbagai etnis dalam sejarah, wajar jika ada banyak etnis tinggal di Afganistan kini. Populasi Afganistan terbagi atas beberapa kelompok etnolinguistik besar. Selama bertahun-tahun, tak ada sensus nan sistematis sehingga tak diketahui jelas berapa jumlah penduduk setiap etnis.