Ciri-ciri Pantun - Janis-Jenis pantun

Ciri-ciri Pantun - Janis-Jenis pantun

Apa nan menandakan suatu untaian kata disebut pantun? Apakah ciri-ciri pantun itu? Sungguh sebuah pertanyaan menarik mengingat tak seluruh untaian kata kita sebut sebagai pantun. Ketika kita membuat sebuah tulisan, dapat saja untaian kata itu tak kita sebut pantun melainkan puisi, prosa atau karya sastra lainnya. Mengapa? Karena mungkin untaian kata nan kita tulis itu tak mengandung ciri-ciri pantun.

Lantas, apa nan membedakan pantun dengan untaian kata lain, seperti puisi atau prosa? Nah, dalam kesempatan kali ini, penulis akan menyajikan berbagai ciri-ciri dari pantun nan membedakannya dengan karya sastra lainnya. Namun, sebelum memulai pembahasan lebih lanjut, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu tentang sejarah, definisi, dan ragam pantun.



Ciri-ciri Pantun - Sejarah Pantun

Banyak pembaca nan sudah mengetahui betul apa itu pantun. Namun, dari sekian banyak nan tahu itu, mungkin hanya sebagian kecil saja nan mengentahui secara niscaya mengenai sejarah pantun. Pantun merupakan satu di antara sekian banyak aliran kesusastraan nan lahir dan berkembang di nusantara. Bahkan, sebagai salah satu aliran sastra tradisional melayu, pantun bukan hanya dikenal di nusantara saja, tetapi di seluruh dunia.

Sejak ratusan tahun nan lalu, masyarakat nusantara menganggap bahwa pantun merupakan sebuah simbol artistik dalam masyarakat nan mengandung nilai moral cukup tinggi. Ya, masyarakat tradisional dulu menganggap pantun sebagai sebuah lambang kebijaksanaan dalam berpikir. Kemampuan menggunakan pantun dapat menjadi gambaran awal seseorang di mata masyarakat dulu. Dengan pantun, masyarakat dulu dapat menilai seperti apa kebijaksanaan berpikir seseorang.

Dalam perkembangannya, pantun sedari awal sering digunakan sebagai media komunikasi masyarakat di nusantara. Ciri-ciri pantun nan dikenal sangat ringkas dianggap sebagai salah satu penyampai pesan nan paling mudah. Pantun dianggap sebagai bentuk aspirasi masyarakat nusantara ketika hendak mengutarakan suatu kepentingan, baik itu hal nan bersifat romantis, mencela, hingga kepentingan lainnya.

Dengan pantun, seseorang dapat mengutarakan suatu kepentingan dengan jelas tanpa menyinggung perasaaan nan hendak dikirimi pesan atau si penerima pesan. Pantun memiliki kemampuan mengemas perasaan romantis dan perasaan kecewa dengan sama baiknya. Oleh sebab itu, pantun dapat dikatakan sebagai sinonim dari salah satu wujud keramahan masyarakat nusantara dan masyarakat tradisional melayu lainnya.

Hingga saat ini, di nusantara, pantun berkembang di berbagai wilayah, setidaknya pantun memiliki 39 ragam dialek melayu berbeda di Nusantara. Seperti nan sudah disinggung tadi, pantun juga berkembang dengan fertile di belahan global lain, seperti Malaysia, Burma, kepulauan Cocos, Vietnam, Kamboja, Sri Lanka, bahkan hingga di Afrika Selatan. Meski sudah sampai di Afrika, sebagian besar pantun nan berkembang di sana dibawa oleh imigran dari Indonesia dan Malaysia.



Definisi dan Ciri-ciri Pantun

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama nan sudah sangat dikenal di berbagai bahasa nusantara. Pada mulanya, istilah pantun ini berasal dari bahasa Minangkabau “patuntun” nan berarti penuntun. Namun ternyata, istilah pantun ini pun dikenal juga di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Batak, dan Melayu.

Dalam masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan istilah “parikan.” Dalam masyarakat Sunda dikenal dengan sebutan “paparikan”. Sementara masyarakat Batak mengenal pantun dengan istilah “umpasa” (dibaca uppasa). Masih tentang pantun, dalam bahasa Melayu, pantun dikenal dengan istilah “quatrain”.

Pada mulanya, pantun termasuk ke dalam sastra lisan nan hanya dituturkan oleh penyampainya, meski kemudian banyak juga nan ditulis hingga akhirnya masuk ke dalam kategori sastra tulisan. Setiap tuturan pantun selalu memiliki makna membimbing atau menasehati nan dituangkan dalam petatah-petitih popular di masyarakat tersebut.

Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika saat ini pantun sering digunakan dalam upacara-upacara adat, seperti peminangan pengantin hingga pernikahan.

Lazimnya, sebuah pantun memiliki ciri-ciri tersendiri nan membedakannya dengan jenis sastra lainnya. Adapun ciri-ciri dari pantun ialah sebagai berikut.

  1. Pantun terdiri atas 4 larik atau baris.
  2. Setiap baris pantun hanya memiliki 8-12 suku kata.
  3. Pantun selalu bersajak atau rima a-b-a-b atau a-a-a-a.
  4. Baris pertama dan kedua dinamakan sampiran.
  5. Baris ketiga dan keempat dinamakan isi.

Dalam pantun, baris pertama biasanya cenderung berhubungan dengan alam, sedangkan baris kedua lebih bebas dan tak terikat dengan baris pertama. Baris kedua biasanya dipilih guna menyampaikan maksud dan menyesuaikan rima. Dua baris terakhir nan merupakan isi pantun ialah tujuan dari pantun itu sendiri.

Pantun telah mengalami berbagai macam perkembangan hingga tercipta bentukan baru dari pantun, seperti karmina dan talibun. Karmina merupakan bentukan atau versi baru dari pantun nan lebih ringkas sebab hanya terdiri atas 2 baris, sedangkan talibun ialah versi panjang dari pantun nan terdiri atas 6 baris atau lebih.



Ciri-ciri Pantun - Janis-Jenis pantun

Pantun memiliki banyak jenis. Setiap jenis pantun mengusung makna nan berbeda dengan jenis pantun lainnya. Adapun jenis-jenis pantun ini meliputi: pantun adat, pantun agama, pantun budi, pantun jenaka, pantun kepahlawanan, pantun kiasan, pantun nasihat, pantun percintaan, pantun peribahasa, pantun perpisahan, dan pantun teka teki. Berikut ini akan penulis sajikan beberapa jenis pantun beserta ciri-cirinya.



1. Pantun Adat

Salah satu jenis pantun nan kita kenal ialah pantun adat. Ciri-ciri dari pantun adat ialah isinya nan selalu berkenaan dengan adat istiadat. Berikut ialah salah satu contoh pantun adat.

Lebat daun kembang tanjung
Berbau harum kembang cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka



2. Pantun Agama

Jenis pantun nan kita kenal berikutnya ialah pantun agama. Ciri-ciri dari pantun agama ialah selalu menekan isinya kepada hal-hal nan berkaitan dengan agama. Berikut ialah salah satu contoh pantun agama.

Banyak bulan perkara bulan
Tidak semulia bulan puasa
Banyak tuhan perkara tuhan
Tidak semulia Tuhan Yang Esa



3. Pantun Budi

Jenis pantun nan berikutnya ialah pantun budi. Ciri-ciri pantun budi nan paling nampak ialah dari isinya nan cenderung selalu mengetengahkan tentang budi manusia. Berikut ialah salah satu contohnya.

Diantara padi dengan selasih
Yang mana satu tuan luruhkan
Diantara budi dengan kasih
Yang mana satu tuan turutkan



4. Pantun Jenaka

Dari namanya saja, kita tentu sudah bisa menebak apa itu pantun jenaka. Ya, pantun jenakan ialah pantun nan isinya berupa hal-hal kocak dan mengundang tawa. Namun dibalik ciri-ciri dari pantun jenaka nan kocak ini, biasanya terdapat sebuah insinuasi nan tersembunyi. Berikut ialah salah satu contohnya.

Limau purut di tepi rawa
buah dilanting belum masak
Sakit perut karena tertawa
melihat kucing duduk berbedak



5. Pantun Kepahlawanan

Jenis pantun lain nan kita kenal ialah pantun kepahlawanan. Ciri-ciri dari pantun pahlawan ialah selalu mengusung tema kepahlawanan. Berikut ialah contohnya.

Redup bintang haripun subuh
Subuh tiba bintang tidak nampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak



6. Pantun Kiasan

Jenis pantun berikutnya ialah pantun kiasan. Ciri-ciri pantun kiasan ini ialah selalu mengusung kiasan-kiasan tentang suatu hal. Berikut ialah salah satu contohnya.

Disangka nenas di tengah padang
Rupanya urat jawi-jawi
Disangka panas hingga petang
Kiranya hujan tengah hari



7. Pantun Nasehat

Jenis pantun nan berikutnya ialah panun nasehat. Pantun ini selalu mengusung nasehat-nasehat kebaikan dalam setiap isinya. Berikut ialah salah satu contohnya.

Parang ditetak kebatang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tidak penuh menaruh ilmu



8. Pantun Percintaan

Lalu, kita juga mengenal jenis pantun nan saat ini tengah booming, yakni pantun percintaan. Pantun percintaan ini selalu mengangkat tema-tema asmara dan percintaan dalam setiap isinya. Berikut ialah salah satu contohnya.

Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tidak enak tidur tidak tenang
Hanya teringat dinda seorang


Nah, itulah sekilas uraian mengenai sejarah, definisi, ciri-ciri pantun, dan jenisnya. Semoga apa-apa nan terdapat dalam uraian tadi bisa menambah pengetahuan Anda, terutama dalam hal sastra lama.