Pembangunan Candi

Pembangunan Candi

Sejarah Candi Borobudur krusial diketahui buat tambahan wawasan sejarah kita mengenai budaya bangsa ini. Candi Borobudur merupakan salah satu candi nan ada di Indonesia dan dibanggakan hingga ke global internasional. Wajar jika kemudian terdapat pertanyaan sebagai “Siapa nan tak mengenal Candi Borobudur?” Selain itu, banyak wisatawan baik dalam maupun luar negeri melakukan wisata ke candi paling besar umat Budha di Indonesia ini.

Pemandangan sekitar Candi Borobudur juga menarik, tapi nan memiliki nilai sejarah ialah area di candi tersebut. Bangunannya nan sudah sangat tua ini memiliki nilai seni nan diakui oleh global internasional. Candi dengan nilai sejarah, budaya maupun seni ini manjadi inspirasi bagi para sejarawan, budayawan ataupun seniman, baik dalam negeri ataupun luar negeri. Oleh sebab itu, menjaga estetika pemandangan alamnya dan sejarah Candi Borobudur ini dikenal keasliannya, maka semua menjadi tanggung jawab seluruh pihak negeri ini.

Dalam sejarah Candi Borobudur dikemukakan berbagai hal berkaitan dengan candi ini. Diantaranya ialah Candi Borobudur merupakan candi paling besar umat Budha di Indonesia. Mengenai lokasinya, candi bersejarah ini terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Mungkid, Jawa Tengah. Candi nan sangat dikenal di luar negeri dengan berbagai pemandangan maupun seninya. Wajar saja jika Candi Borobudur saat ini termasuk situs nan dilindungi oleh UNESCO.



Menelusuri Sejarah Candi Borobudur

Indonesia memiliki beberapa candi nan tersebar di beberapa wilayahnya. Masing-masing candi memiliki sejarah dan ciri sendiri-sendiri. Sinkron uraian sebelumnya, Candi Borobudur memiliki sejarah tersendiri seperti halnya candi lainnya. Sejarah Candi Borobudur bisa diketahui dari berbagai sumber. Biasanya sumber nan dijadikan acum sejarah suatu candi berasal dari prasastinya. Sumber itulah nan menunjukkan bahwa suatu candi bisa dikenali siapa pendirinya, kapan candi tersebut di bangun dan informasi lainnya.

Adapun sejarah diketahuinya Candi Borobudur bisa diketahui melalui sebuah prasasti nan dinamakan Prasasti Karang Tengah. Informasi nan bisa diperoleh melalui prasasti Karang Tengah tersebut menunjukkan siapa pendiri dan kapan dibangunnya candi penuh sejarah dan terkenal di global ini. Menurut Prasasti Karang Tengah, sejarah Candi Borobudur diketahui informasi sebagai berikut Candi Borobudur diperkirakan mulai dibangun pada 824 Masehi. Pendiri candi dengan estetika pemandangan alam dan sejarah nan diakui global internasional ialah Raja Samaratungga. Raja Samaratungga merupakan salah satu raja kerajaan Mataram Antik dari Wangsa Syailendra.

Sejarah Candi Borobudur juga menunjukkan bahwa pembangunan Candi Borobudur diselesaikan pada 847 Masehi oleh putri Raja Samaratungga nan memiliki nama Dyah Ayu Pramodhawardhani. Selain prasasti Karang Tengah, sejarah candi nan menjadi kebanggaan negara ini bisa diketahui di dalam prasasti Klurak maupun di prasasti Sri Kahulunan. Kedua prasasti tersebut memperkuat informasi mengenai Candi Borobudur dari prasasti sebelumnya.

Dalam prasasti Klurak juga terdapat informasi mengenai Candi Borobudur. Prasasti Klurak menyebutkan bahwa pembangunan Candi Borobudur ini dibantu oleh guru dari Bengalore bernama Ghandadwipa dan pangeran Kashmir dengan nama Visvawarma. Selain itu, dalam prasasti Sri Kahulunan (842 M), disebutkan bahwa Candi Borobudur dibangun buat agama Budha Mahayana. Informasi nan terdapat dalam dua prasasti tersebut bisa memudahkan masyarakat memahami sejarah Candi Borobudur ini.

Selanjutnya, informasi mengenai Candi Borobudur terus didapatkan dari sumber lainnya. Diantaranya ialah Candi Borobudur tercatat dalam sejarah pada 1814. Saat Thomas Stanford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris, berkunjung ke Semarang. Thomas Stanford Raffles mengutus Cornelius, seorang insinyur Belanda, buat mencari tahu kebenaran adanya candi ini. Thomas Stanford Raffles juga dikenal sebagai penemu kembang bangkai di Aceh ketika melakukan perjalanan ke Indonesia. Selanjutnya Cornelius dibantu penduduk lokal menyingkirkan semak belukar dan lumpur nan menutupi bangunan candi. Setelah mengetahui kebenarannya, Raffles memulai perbaikan Candi Borobudur.

Kemudian seluruh bagian candi sukses digali pada tahun 1835. Penelitian lalu dilajutkan oleh Hartman, seorang Residen Kedu. Bangunan dan relief didokumentasikan dalam gambar oleh Wilsen nan memakan waktu empat tahun sejak 1849. Van Kinsbergen kemudian melakukan pendokumentasian foto pada 1873. Pada saat itu, global barat mengalami kemajuan di berbagai bidang termasuk teknologi salah satunya. Jadi, wajar jika sejarah Candi Borobudur dan proses dipugarnya candi bersejarah ini lebih banyak dilakukan orang Barat.



Nama Borobudur

Setelah mengetahui sejarah Candi Borobudur melalui prasasti nan sukses diterjemahkan oleh ahlinya, selanjutnya yaitu mengetahui latar belakang nama candi bersejarah ini. Setiap candi di Indonesia memiliki latar belakang pemilihan nama. Nama tersebut memiliki arti dan alasan menurut ahlinya. Ada beberapa versi mengenai nama candi ini. Prof. Dr. Poerbotjoroko memiliki pendapat bahwa nama Borobudur berasal dari kata bhoro nan artinya 'biara' dan budur yang berarti 'di atas'.

Pendapat ini semakin diperkuat oleh Prof. Dr. W.F. Stutterheim. Ia nan menyatakan bahwa arti Borobudur ialah 'biara di atas bukit'. Adapun versi lainnya dikemukakan oleh Prof. J. G. De Casparis. Ia memiliki pendapat bahwa Borobudur berasal dari kata bhumisambharabudhara yang artinya 'tempat pemujaan bagi arwah nenek moyang'. Itulah beberapa versi pendapat dari beberapa tokoh nan pakar di bidang sejarah juga. Adanya penyebutan nama Borobudur tak menjadi kontradiksi di antara mereka. Selanjutnya Candi ini diberi nama Candi Borobudur dan dikenal oleh global internasional dengan nama itu.



Pembangunan Candi

Sejarah Candi Borobudur tak terbatas pada pembahasan kapan ditemukan, siapa pendirinya dan apa alasan nama tersebut, tapi juga disampaikan mengenai bagaimana proses pembangunannya. Pembangunan candi bersejarah nan memiliki nilai budaya dan seni tinggi ini mengalami proses pembangunan dan perbaikan beberapa kali sehingga bangunan aslinya terjaga dan tak rusak sebab waktu, cuaca serta faktor lainnya.

Adapun proses pembangunan candi dengan nilai budaya dan seni ini batu nan digunakan buat membangunnya merupakan batu alami. Batu buat membangun Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitarnya. Selanjutnya, batu-batu tersebut dipotong lalu disambung-sambung menurut rancangan nan telah ditentukan oleh perancangnya nan mengetahui bentuk aslinya ketika awal didirikan sinkron informasi prasasti nan telah diterjemahkan.

Meski Candi Borobudur dibangun dari batu sungai sekitar candi, tapi batu tersebut termasuk batu nan memiliki volume dan kekuatan bangunan nan tinggi. Batu sebanyak 55.000 meter kubik digunakan buat membangun candi ini. Ketinggian total bangunan candi ialah 42 meter dengan bagian dasar berukuran 118 meter pada tiap sisi. Itulah citra nan menunjukkan bagaimana candi bersejarah ini memiliki dasar primer dibangun dari batu alami di sekitarnya.

Bagaimana dengan jumlah relief nan mengelilingi candi bersejarah ini? Jawabnya yaitu Candi Borobudur memiliki 2670 relief. Relief diperkirakan dibuat setelah semua batu selesai disambung. Relief-relief tersebut terbaca sebagai kisah bila kita berjalan searah jarum jam, yaitu ke arah kiri pintu masuk candi sebelah timur. Salah satu kisah tersebut ialah Ramayana. Hal itulah nan memperkuat alasan kenapa candi ini memiliki silai budaya dan seni tersendiri sehingga menarik wisatawan nan mengunjunginya.

Menurut informasi di dalam sejarah Candi Borobudur, candi bersejarah ini terbagi menjadi beberapa bagian. Adapun beberapa bagian nan dimaksud yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, Arupadhatu, dan Arupa. Bagian-bagian tersebut memiliki klarifikasi sebagai berikut:

  1. Bagian dasar, yaitu Kamadhatu. Bagian ini menggambarkan manusia nan dikuasai oleh nafsu ketika belum menerima ajaran Budha.
  2. Empat taraf di atas bagian dasar tersebut ialah Rupadhatu. Bagian ini nan melambangkan manusia telah mampu membebaskan diri dari nafsu, namun masih terikat rupa dan bentuk.
  3. Tiga taraf di atas Rupadhatu ialah Arupadhatu. Bagian Arupadhatu menggambarkan manusia telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk.
  4. Sedangkan bagian paling atas ialah Arupa nan menggambarkan nirwana.

Bagian dari Candi Borobudur tersebut juga sering disampaikan pada wisatawan nan berkunjung ke candi tersebut. Bagian-bagian itu termasuk bagian dari sejarah Candi Borobudur. Semoga informasi tersebut bisa menambah wawasan kita mengenai budaya bangsa harus dijaga dan dilestarikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia.

Ulasan mengenai sejarah Candi Borobudur tentunya akan memberikan citra kepada kita bahwa Indonesia termasuk salah satu negara nan kaya akan berbagai seni, budaya dan bangunan. Meski kita bukan termasuk pakar sejarah, tapi kita dapat melakukan nan terbaik buat sejarah bangsa ini. Candi Borobudur merupakan salah satu bagian dari sejarah bangsa ini juga. Dulu sebelum ada nama Indonesia, kerajaan-kerajaan dari nusantara inilah nan menjadi awal mula adanya Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia, sejarah candi Borobudur dan sejarah lainnya dari nusantara ini semuanya saling berkaitan dan berpengaruh satu sama lain.



Sejarah Candi Borobudur: Asal Nama Borobudur

Candi Borobudur ialah salah satu dari tujuh keajaiban dunia, banyak pendapat para pakar nan bervariasi mengenai Sejarah candi Borobudur, salah satunya ialah penamaan. Secara geologi, para pakar membuktikan bahwa wilayah Borobudur dulu ialah sebuah danau nan luas dengan ketinggian 235 meter di atas permukaan laut.

Candi Borobudur merupakan salah satu dari sekian banyak candi nan ditemukan di Indonesia. Pada umumnya candi tersebut belum diketahui niscaya nama aslinya. Kebanyakan candi-candi diberi nama berdasarkan nama desa di mana candi tersebut berada. Candi tersebut dibangun kurang lebih menggunakan 55.000 meter kubik batu, dengan ketinggian sampai puncak 42 meter, dan lebar dasar 123 meter.

Sama halnya dengan Borobudur, tak ada kitab atau tanda penamaan. Pada kitab sejarah Jawa nan berasal dari abad 18, di dalamnya disebutkan nama “Bukit Borobudur” dan keterangan Raffles pada 1814, ia menyatakan di desa Bumisegoro ada bangunan permanen peninggalan zaman purba bernama Borobudur.

Dari berbagai literatur nan ada, disebutkan macam-macam pendapat dari para ahli, di antaranya sebagai berikut.



1. Kitab Negara Kertagama

Naskah tahun 1365 Masehi ialah kitab Kertagama karangan Mpu Prapanca, di dalamnya dipaparkan kata Budur untuk sebuah bangunan Agama Buddha genre Wajradha.



2. Sir Thomas Stamford Raffles

Raffles mengumpulkan keterangan dari masyarakat nan menafsirkan mengenai Borobudur, yaitu sebagai berikut.

  1. Budur adalah bentuk lain dari budo nan dalam bahasa Jawa artinya kuno . Bila dikaitkan dengan Borobudur ialah “Boro zaman kuno” dan ini tak tak berkaitan dengan Borobudur.
  2. Boro berarti agung, Budur disamakan dengan Buddha. Borobudur berarti “Budha nan Agung”.
  3. Bhara dalam bahasa Jawa antik dapat diartikan pula banyak, maka Borobudur bisa diartikan sebagai “Buddha nan banyak”.


3. Poerbatjaraka

Pandangan menurutnya ialah Boro adalah Biara , dengan demikian Borobudur ialah “Biara Budur”. Pandangan beliau mendekati dari apa nan bisa kita lihat (bentuk-bentuk pada candi Borobudur). Inovasi pondasi dan batu-batu Genta pada 1952 memperkuat dugaan bahwa Borobudur merupakan sisa-sisa dari sebuah biara.



4. De Casparis

De Casparis menemukan kata nan beragam pada sebuah prasasti nan kemungkinan merupakan asal kata Borobudur. Prasasti Sri Kahulunan berumur 842 Masehi terdapat kata Bhumu Sambhara Budhara yaitu sebutan bangunan kudus pemujaan terhadap nenek moyang nan disebut kuil. Menurutnya, perubahan kata Bhumu Sambhara Budhara menjadi Borobudur ialah salah satu dampak gejala generik dari bahasa sehari-hari dalam penyederhanaan singkatan.



5. Drs. Soediman

Di dalam bukunya “Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia” disebutkan bahwa Borobudur berasal dari kata Bara dan Budur. Bara berasal dari bahasa Sansekerta vihara yang artinya komplek candi , bihara nan artinya asrama. Budur berasal dari bahasa Bali nan artinya di atas. Jadi, Borobudur ialah “asrama atau vihara dan kelompok candi nan terletak di atas tanah atau bukit” .