Positivisme dalam Sejarah Perkembangan Filsafat

Positivisme dalam Sejarah Perkembangan Filsafat

Sejarah Perkembangan filsafat muncul dan berkembang atas dasar pemikiran kefilsafatan nan sudah ada sejak abad 6 SM. Sepanjang sejarah perkembangan filsafat, setidaknya telah banyak filsuf nan lahir. namun, hanya ada dua filsuf nan corak pemikirannya senantiasa menjadi bahan diskusi, yakni Herakleitos (535 - 475 SM) dan Parmenides (540 - 475 SM).

Dalam artikel kali ini, pembahasan mengenai sejarah perkembangan filsafat akan lebih terkonsentrasi kepada filsafat barat, khusunya terhadapa genre positivisme. Namun, sebelum lebih berkonsentrasi pada genre positivisme, penulis akan menyajikan informasi generik tentang filsafat dan periodisasi filsafat.



Definisi Filsafat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat memiliki arti (1) pengetahuan dan penyelidikan dng akal budi mengenai hakikat segala yg ada, sebab, asal, dan hukumnya; (2) teori yg mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; (3) ilmu yg berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi; (4) falsafah.

Filsafat ialah ilmu nan mempertanyakan empiris manusia secara mendasar. Filsafat dipelajari bukan melalui eksperimen-eksperimen, melainkan dengan mengutarakan permasalahan secara terperinci, lalu dari masalah-masalah itu dicari solusi nan tepat serta argumentasi nan menguatkan solusi tadi. Oleh karena itu, sangat sedikit sekali orang nan menyenangi filsafat, sebab filsafat sangat identik dengan hal nan abstrak.



Periodisasi Filsafat Dunia

Secara garis besar, periodisasi filsafat terbagi ke dalam beberapa bagian, yakni filsafat Barat, filsafat China, filsafat India, dan filsafat islam. Dalam filsafat barat, aliran-aliran nan muncul dan berkembang di antaranya positivisme, eksistensialisme, marxisme, fenomonologi, pragmatisme, kantianianisme, dan neotomisme.

Periodisasi filsafat China, meliputi zaman kuni, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme, dan zaman modern. Filsafat India, meliputi periode weda, wiracarita, sutra-sutra, dan skolastik. Sedangkan filsafat islam hanya memiliki dua periode, yakni mutakallimin, dan periode filsafat islam.

Periodisasi filsafat nan dianggap paling krusial dalam sejarah perkembangan filsafat ialah filsafat barat, yakni filsafat Yunani. Karena di era ini telah terjadi perubahan pola pikir manusia secara besar-besaran. Sebelum filsafat Yunani berkembang, manusia lebih memercayai mite dibanding hal-hal nan rasional.

Deulu, masyarakat menganggap bahwa gempa merupakan dampak dari dewa nan menggerakkan kepalanya. Namu, setelah filsafat diperkenalkan, masyarakat tak lagi beranggapan demikian. Mereka sudah menyadari jika gempa ialah aktivitas alam nan terjadi dampak adanya kausalitas.

Dulu, manusia cenderung pasif terhadap hal apapun nan ada di alam. Namun, kini alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian atas suatu hal atau peristiwa. manusi menjadi lebih aktif setelah mengenal filsafat. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat ini tidaklah terbentuk dalam waktu nan instant, tetapi bertahap. Perkembangan ilmu pengetahuan berjalan beriringan dengan sejarah perkembangan filsafat.

Setelah mengetahui periodisasi filsafat nan pernah terjadi, kini saatnya penulis menyajikan bahasan nan lebih terfokus, yakni tentang keberadaan genre positivisme dalam sejarah perkembangan filsafat. bagaimana kiprah genre positivisme dalam filsafat? Berikut ialah pembahasan lengkapnya.



Positivisme dalam Sejarah Perkembangan Filsafat

Abad pertengahan dalam sejarah filsafat dianggap sebagai masa ketika filsafat mengalami kemunduran. Ini dikarenakan filsafat lebih menjadi sekadar bidang nan tunduk kepada agama (gereja). Kondisi ini memang tak bisa dielakkan sebab kekuatan gereja dan negara sangat besar, sehingga filsafat pun harus mengabdi kepada keduanya.

Karya-kaya filsuf abad pertengahan, seperti nan ditulis Agustinus maupun Thomas Aquinas lebih banyak berbicara tentang agama dan masalah keimanan. Summa Contra Gentile, sebuah karya nan ditulis Aquinas ialah bukti konkret kekuasaan gereja terhadap orang-orang nan disebut kafir begitu kuat. Dalam karya tersebut Aquinas membela keyakinan gereja dan melawan orang-orang atheis sebagai musuh keimanan.

Dalam sejarah perkembangan filsafat, Galileo Galilei pernah dihukum dan dipaksa bertaubat di hadapan gereja sebab mendukung konsep Copernicus tentang teori pusat alam semesta. Copernicus percaya bahwa pusat alam semesta ialah matahari, bukan bumi (heilosentris).

Namun, sebab takut akan kecaman gereja nan memiliki keyakinan berbeda, dia urung menerbitkan pemikiran-pemikirannya. Copernicus, Kepler, Galileo, maupun Newton merupakan tokoh-tokoh sebagai tonggak ilmu pengetahuan. Di samping itu, muncul pula nama Francis Bacon (1561-1626) sebagai peletak dasar induktivisme.

Menurut Bacon, kebenaran nan benar ialah kebenaran nan bebas dari asumsi-asumsi kosong, caranya dengan melakukan verifikasi. Asumsi-asumsi kosong ini tidak lain ialah sikap orang-orang nan pada saat itu masih mempercayai mitos, begitu pula keyakinan gereja nan tak terverifikasi.

Di sisi lain muncul pula Rene Descates (1956-1650) seorang filsuf sekaligus matematikawan nan mendorong bahwa manusia itu harus mampu berpikir tanpa dihalangi oleh ketakuatan atas mitos-mitos.

Pernyataannya nan mahsyur; "cogito ergo sum" menandai bangkitnya peranan manusia dalam kehidupan (berupa ilmu pengetahuan), juga semakin melemahnya pengaruh gereja nan didasari oleh teologi. Semakin lama ilmu pengetahuan semakin berkembang. Kelompok nan memiliki pengaruh besar di abad modern ialah Lingkaran Wina nan lebih sering disebut kelompok Positivisme Logis.

Berangkat dari pandangan Bacon, mereka membangun pondasi ilmu pengetahuan serta menolak pernyataan-pernyataan nan menurut mereka omong kosong. Mereka menyatakan sikap bahwa ilmu pengetahuan harus memegang prinsip-prinsip jika masyarakat ingin maju.

Prinsip itu di antarannya sebagai berikut.

  1. Menolak pembedaan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial. Dalam hal ini tak ada perlakuan nan berbeda baik terhadap ilmu pengetahuan alam maupun ilmu sosial. Semuanya harus bisa diverifikasi dan diukur secara matematis;

  2. menganggap pernyataan nan tak bisa diverifikasi, seperti etika, estetika, dan metafisika, sebagai pernyataan nan tak bermakna atau nonsense;

  3. berusaha mempersatukan semua ilmu pengetahuan ke dalam satu bahasa ilmiah universal;

  4. memandang tugas filsafat hanya sebagai analisis kata-kata atau pernyataan.

Positivisme dianggap sebagai tonggak kemajuan sains di global ini. Sebagai genre filsafat, mereka mendasarkan diri pada pengetahuan realitas (pengetahauan nan diangkat dari pengalaman konkret dan bisa diuji kebenarannya).

Ilmu pengetahuan kemudian diarahkan buat membangun peradaban manusia dengan cara dominasi terhadap alam semesta. Teknologi-teknologi canggih diciptakan, penelitian-penelitian besar dilakukan, dan omong kosong nan "tak berguna" -seperti agama- mereka jauhkan.

Salah satu tokoh terakhir dari kelompok positivisme ialah Karl R. Popper. Dialah nan memodifikasi metode induktif Bacon, lalu menggantinya dengan metode baru, yakni falsifikasi.

Kemajuan ilmu pengetahuan nan dibanggakan kelompok Positivisme di sisi lain menimbulkan malapetaka. Perusakan lingkungan sebab ekspolitasi hiperbola demi ambisi kapitalisme, perang global nan mengerikan, serta tunduknya manusia pada rasionalitas teknologis banyak menuai kritik.

Teknologi nan pada awalnya hanya wahana buat kehidupan manusia, kini menjadi tujuan itu sendiri. Manusia diperbudak oleh kemajuan nan mereka buat. Senjata dan amunisi mendorong keinginan buat berperang, televisi dan iklan menimbulkan endemi mimesis (peniruan), sementara ilmu pengetahuan tetap tinggal di menara gading.

Kelompok nan sangat keras melawan Positivisme ialah Mazhab Frankfurt. Mereka ingin membongkar kekuasaan Positivisme dalam kehidupan manusia, serta ingin mengembalikan manusia pada kondisi nan emansipatoris.

Tokoh-tokoh Mazhab Frankfurt di antaranya; Max Horkheimer, Felix Weil, Frederic Polloc, Theodore Adorno, Harbert Marcuse, Eric Form, juga Jurgen Habermas.

Nah, itulah sekilas pembahasan mengenai filsafat nan meliputi definisi, periodisasi, sejarah perkembangan filsafat, serta tentang salah satu genre filsafat, yakni genre positivisme. Semoga apa-apa nan disajikan dalam artikel ini bisa bermanfaat bagi Anda.