Komunikasi Teraupetik – Tujuan Komunikasi

Komunikasi Teraupetik – Tujuan Komunikasi

Komunikasi ternyata tak sekadar wahana buat menyampaikan pesan kepada komunikan. Pesan tersebut ternyata dapat diisi dengan kata-kata atau kalimat-kalimat nan sifatnya buat membantu penyembuhan pasien. Komunikasi seperti ini disebut juga komunikasi teraupetik .

Komunikasi teraupetik digunakan dalam pengobatan penyakit tertentu. Biasanya, penyakit nan berhubungan dengan psikis atau nan memang memerlukan sugesti tertentu. Komunikasi ini bukan sembarangan komunikasi, sebab ada teknik spesifik di dalamnya.

Komunikasi ini memiliki teknik spesifik nan diperlukan buat keberhasilan terapi nan dilakukan melalui komunikasi teraupetik. Ada beberapa teknik komunikasi ini nan perlu diketahui buat keberhasilan komunikasi teraupetik dalam kesembuhan klien atau pasien.



Komunikasi Teraupetik – Definisi dan Konsep

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi teraupetik , dalam hal ini komunikasi nan dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan hegemoni keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi teraupetik agar kebutuhan dan kepuasan pasien bisa dipenuhi.

Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi teraupetik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat buat membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan interaksi interpersonal antara perawat dan klien, dalam interaksi ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.

Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa interaksi teraupetik ialah interaksi kerjasama nan ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina interaksi intim nan terapeutik. Dari beberapa pengertian diatas bisa dipahami bahwa komunikasi terapeutik ialah komunikasi nan memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper) buat membantu klien mencapai kembali kondisi nan adaptif dan positif.



Komunikasi Teraupetik – Prinsip Dasar

Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya interaksi nan konstruktif diantara perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi teraupetik mempunyai tujuan buat membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya sangat krusial bagi perawat buat memahami prinsip dasar komunikasi teraupetik berikut ini:

  1. Hubungan perawat dan klien ialah interaksi terapeutik nan saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘ humanity of nurses and clients ’. Interaksi ini tak hanya sekedar interaksi seorang penolong (helper atau perawat) dengan kliennya, tetapi interaksi antara manusia nan bermartabat (Dult-Battey,2004).

  2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai disparitas karakter, memahami perasaan dan konduite klien dengan melihat disparitas latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.

  3. Semua komunikasi nan dilakukan harus bisa menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.

  4. Komunikasi nan menciptakan tumbuhnya interaksi saling percaya (trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,1998). Interaksi saling percaya antara perawat dan klien ialah kunci dari komunikasi teraupetik.


Komunikasi Teraupetik – Tujuan Komunikasi

Komunikasi teraupetik bertujuan buat mengembangkan pribadi klien kearah nan lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien. Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat tujuan komunikasi teraupetik sebagai berikut.

Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri

Melalui komunikasi diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien nan menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan citra diri, penurunan harga diri, merasa tak berarti dan pada akhirnya merasa putus harapan dan depresi.

Kemampuan membina interaksi interpersonal nan tak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain

Melalui komunikasi klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi nan terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan bisa meningkatkan kemampuan klien dalam membina interaksi saling percaya (Hibdon, 2000). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakan bahwa interaksi mendalam nan digunakan dalam proses hubungan antara perawat dan klien merupakan area buat mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan koping.

Peningkatan fungsi dan kemampuan buat memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan nan realistis

Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu nan merasa fenomena dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri nan tinggi sedangkan individu nan merasa fenomena hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.

Rasa bukti diri personal nan jelas dan peningkatan integritas diri

Klien nan mengalami gangguan bukti diri personal biasanya tak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi teraupetik diharapkan perawat bisa membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan bukti diri diri nan jelas. Di sini butuh sikap nan baik dierikan terhadap klien. Berikut sikap dalam melakukan komunikasi teraupetik .

Egan (1998) dalam Kozier,et.al (2004), telah menggambarkan lima cara nan khusus buat menunjukkan kehadiran secara fisik ketika melaksanakan komunikasi, nan ia definisikan sebagai sikap atas kehadiran atau keberadaan terhadap orang lain atau ketika sedang berada dengan orang lain. Berikut ialah tindakan atau sikap nan dilakukan ketika menunjukkan kehadiran secara fisik:

  1. Berhadapan dengan versus bicara atau klien. Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (”saya siap buat anda”).
  2. Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan). Sikap tubuh nan terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia buat mendukung terciptanya komunikasi.
  3. Menunduk atau memposisikan tubuh kearah atau lebih dekat dengan versus bicara. Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap buat merespon dalam komunikasi (berbicara-mendengar).
  4. Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural. Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya buat mempertahankan komunikasi.
  5. Bersikap tenang. Akan lebih terlihat bila tak terburu-buru saat berbicara dan menggunakan gerakan atau bahasa tubuh nan natural.


Komunikasi Teraupetik – Jenis-Jenis Komunikasi nan Dilakukan

Mendengar

Kita harus mendengarkan apa nan dikatakan pasien buat mendapatkan informasi nan akan dikaji lebih lanjut. Cara mendengar nan baik ialah mempertahakan kontak mata dan respon nonverbal penerimaan terhadap informasi nan disampaikan. Mendengarkan di sini bertujuan buat mendapatkan minat dan perhatian.

Broad Openning

Dalam hal ini, kita menganjurkan klien buat memilih topik nan ingin dibicarakan. Misalnya, dengan menanyakan, "Apa nan sedang Anda pikirkan?" Hal ini bertujuan buat menunjukan penerimaan terhadap inisiatif nan diberikan oleh klien.

Restating

Caranya dengan mengulang pikiran primer klien. Seperti mengulang kembali apa nan dinyatakan oleh klien. Hal ini bertujuan buat menunjukan bahwa kita mendengar apa nan dikatakan, melakukan validasi. Menguatkan pernyataan klien dan sebagai ungkapan perhatian terhadap apa nan dikatakan klien.

Klarifikasi

Tujuan penjelasan ialah buat membantu mengklarifikasi perasaan, ide, dan persepsi klien serta menemukan hubungannya dengan tindakan klien. Sifatnya buat memperjelas pembicaraan klien atau meminta klien buat memperjelas maksud dari apa nan ia katakan.

Refleksi

Kita mencoba memantulkan kembali ide, perasaan, maupun pertanyaan, pada klien kembali. Tujuannya ialah buat memvalidasi pemahaman kita terhadap apa nan sudah diungkapkan klien. Hal ini juga menunjukan rasa empati, penghargaan, dan perhatian kita kepada klien.

Humor

Dengan humor, kita bisa mengembalikan energi dengan hal-hal nan menyenangkan. Ini bertujuan buat peningkatan insight (wawasan), klien menyadari lagi hal-hal nan selama ini direpresikan, tabiat agresi, dan sublimasi juga buat menyelesaikan paradoks.

Silence

Diam ini bisa menunjukan perhatian dan buat menimbulkan rasa empati. Tujuannya memberi waktu pada klien buat berpikir dan meningkatkan wawasan, melambatkan interaksi, dan memberi kesempatan klien mengeluarkan inisiatif berkomunikasi, sementara memberi dukungan dan penerimaan.

Focusing

Ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan atau pernyataan nan membantu kita buat mengembangkan topik nan memang penting. Hal ini diperlukan buat mencapai tujuan nan telah ditetapkan dalam komunikasi teraupetik ini.

Membagi Persepsi

Dilakukan dengan meminta klien melakukan pembuktian pemahaman kita tentang pikiran, ide, dan perasaan klien. Tujuannya ialah buat menyampaikan sejauh mana kita memahami klien buat menghindari miss communication .

Identifikasi Tema

Caraya dengan melakukan penekanan terhadap isu-isu nan dianggap krusial dari komunikasi nan berjalan. Ini bertujuan buat membantu klien dalam memahami masalah penting.

Memberi Sugesti

Ini ialah hal paling krusial sebagai tujuan primer komunikasi teraupetik nan dilakukan. Bertujuan buat meningkatkan kemampuan klien melakukan pilihan. Caranya yaitu dengan menghadirkan ide-ide alternatif dalam memecahkan permasalahannya.

Komunikasi teraupetik ini biasanya dilakukan oleh perawat kepada pasiennya atau oleh seorang psikiater dalam menangani permasalahan nan dialami kliennya. Tujuan utamanya buat membantu klien keluar dari permasalahannya atau sembuh dari penyakitnya. Jika sudah mengetahui tekniknya, Anda boleh saja mencobanya buat kesembuhan orang-orang terdekat Anda dari penyakitnya.