Sajak Cinta Romantis Kahlil Gibran

Sajak Cinta Romantis Kahlil Gibran

Ada sedikit kata nan ingin kutuang. Ini ialah tentang hayati dan nan mengitari kehidupanku.

Ini bukan sajak cinta romantis ala Gibran. Ini ialah bagian scene skenario hidupku. Medan nan cukup sulit, agak kepayahan menopang tubuh agar tidak oleng.

Sebelum saya benar-benar pergi, satu tanyaku hingga kini:

“Mengapa tidak kau tawan?”

Bila hanya boleh saya mengenang formulasi emosi, satu ketika punggungku menjauh, dan kau, tetap stagnan. Diam.

Bila hanya jujur kala itu, betapa sulitnya perpisahan nan dilakukan sendirian. Tidak ada sepasang mata lain nan mampu meyakinkan kalau ini memang sudah usai. Sorot matamu bicara, saya rindu tapi tidak kumiliki ketika itu. (Dee: Filosofi Kopi )

Atau sebaliknya, tak ada sergahan nan membuatku berubah pikiran?

Tidak ada kata ‘jangan’ nan mungkin, bila hanya diucapkan dan ditindakkan dengan tepat, lalu membuatku menghambur kembali dan batal pergi.

Bila hanya saya jadi tawananmu kala itu, tidak banyak ku pikir panjang.

Katakan ‘jangan’. Aku ingin dengar. Aku juga ingin kau kejar.

Bila hanya saya seorang biasa, saya mungkin bukan apa-apa dan siapa-siapa di pola logikamu. Kekurangan, itulah nan masih menjadikanku tetap manusia.

Bila hanya diriku ini seorang manusia biasa dalam ciptaan-Nya nan Mahadaya. Dan bila hanya (aku) seorang manusia.

Egomu. Tidak ada nan salah bila terdapat suatu keinginan dan perasaan bangga terhadap apa nan kau punya. Kemudian kau tunjukkan ia padaku, tentunya lewat caramu nan tidak biasa.

Egomu. Itulah keinginan keras membawa saya atau segala hal nan kau temui dalam rangkaian tirani keakuanmu sejati.

Egomu. Terpatri sejatinya dalam alkisah itu tersadur serta tertuturkan kepada setiap mereka nan kau anggap lemah.

Egomu. Hanya milikmu abadi, ia tidak mampu terpahami oleh Yang Lain.

Superego tidak kuasa kunego. Egomu. Jangan salahpahami ia jika kepadanya kau hakimi kerumitan logika, dan segala kekompleksitasmu.

Sehingga membuatmu urung dan bingung.

Egomu. Tak izinkan mengutip kosakata bersinonim kita. Maka kepadanyalah saja jiwaku patuh kupersembahkan itu.

Egomu. Ya itulah hanya, senantiasa kupahami dan maknai ia sebagai dirimu saja. Meski tidak sporadis membikin pemberontakan dan agresi Yang Lain.

Egomu. Membuat galat aorta batin meski tidak ingin. Sebab, tatkala hati berpikir dengan logikanya sendiri, maka ia ada, bukan saya Yang Lain.

Mengikat tapi malah penyesat. Kesepian (mungkin) telah banyak mengajari kita tentang kehidupan dan kematian. Dan ketika kehilangan itu datang, kita tahu makna terbesar di baliknya. Ini bukan sajak cinta romantis.



Sajak Cinta Romantis Kahlil Gibran

Cinta

kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu sebab hal terindah di global tdk terlihat

ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa nan dinamakan cinta.

Ada hal nan tak ingin kita lepaskan,
seseorang nan tak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada buat mereka nan tersakiti,
mereka nan telah dan tengah mencari dan
mereka nan telah mencoba.
sebab merekalah nan dapat menghargai betapa
pentingnya orang nan telah menyentuh kehidupan
mereka.

Cinta nan sebenarnya ialah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
ialah ketika dia tak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.

Adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih dapat tersenyum dan berkata
” saya turut berbahagia untukmu ”

Apabila cinta tak berjumpa bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tak perlu wafat bersama cinta itu.

Orang nan senang bukanlah mereka nan selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
nan tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
nan telah kau buat.

Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku
lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”
tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku
sendiri ”
mebuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah aku masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.

Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa nan kamu lihat, melainkan apa
nan kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.

Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan sebab orang
itu berhenti mencintai kita melainkan sebab kita
menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.

kadangkala, orang nan paling mencintaimu adalah
orang nan tidak pernah menyatakan cinta
kepadamu, sebab takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia ialah cinta nan tidak kau
sadari

***



Cinta I

Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta.

Dan dia mengangkatkan kepalanya dan memandang? ke arah kumpulan manusia itu, dan keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata:

Apabila cinta menggamitmu, ikutlah ia
Walaupun jalan-jalannya sukar dan curam
Pabila ia mengepakkan sayapnya,
Engkau serahkanlah dirimu kepadanya
Walaupun pedang nan tersisip pada sayapnya akan melukakan kamu.

Apabila ia berkata-kata
Engkau percayalah kepadanya
walaupun suaranya akan menghancurkan mimpimu
seperti angin utara nan memusnahkan taman-taman
kerana sekalipun cinta memahkotakan kamu
Ia juga akan mengorbankan kamu
walaupun ia menyuburkan dahan-dahanmu
ia juga mematahkan ranting-rantingmu
walaupun ia memanjat dahanmu nan tinggi
dan mengusap ranting-rantingmu nan gementar
dalam remang cahaya matahari
ia juga turun ke akar-akarmu
dan menggoncangkannya dari perut bumi

Seperti seberkas jagung
ia akan mengumpulmu buat dirinya
membantingkanmu sehingga engkau bogel
mengayakkanmu sehingga terpisah kamu dari kulitmu
mengisarkanmu sehingga engkau menjadi putih bersih
mengulimu agar kamu mudah dibentuk
dan selepas itu membakarmu di atas bara api
agar kamu menjadi sebuku roti nan diberkati
buat hidangan kenduri Tuhanmu nan suci

Semua ini akan cinta lakukan kepadamu
supaya engkau memahami rahsia hatinya
dan dengan itu menjadi wangi-wangian kehidupan
tetapi seandainya di dalam ketakutanmu
engkau hanya mencari kedamaian dan nikmat cinta
maka lebih baiklah engkau membalut dirimu
nan bogel itu
dan beredarlah dari laman cinta nan penuh gelora
ke global gersang nan tak bermusim
di sana engkau akan ketawa
tetapi bukan tawamu
dan engkau akan menangis
tetapi bukan dengan air matam

Cinta tak memberikan apa-apa melainkan dirinya
dan tak mengambil apa-apa melainkan daripada dirinya
cinta tak mengawal sesiapa
dan cinta tak boleh dikawal sesiapa
kerana cinta lengkap dengan sendirinya

Dan pabila engkau bercinta
engkau tak seharusnya berkata
“kejadian ialah hatiku,” sebaliknya berkatalah:
“aku ialah kejadian”

Dan janganlah engkau berfikir
engkau boleh menentukan arus cinta
kerana seandainya cinta memberkatimu
ia akan menentukan arah perjalananmu

Cinta tiada nafsu melainkan dirinya
tetapi seandainya kamu bercinta
dan ada nafsu pada cintamu itu
maka biarlah nan berikut ini menjadi nafsumu;
menjadi air batu nan cair
membentuk anak-anak sungai
nan menyanyikan melodi cinta
pada malam nan gelap gelita
buat mengenal betapa pedihnya kemesraan
buat merasa luka kerana engkau kini mengenali cinta
dan rela serta gembira
melihat darah dari lukanya
buat bangun pada waktu fajar dengan hati nan lega
dan bersyukur buat satu hari lagi nan terisi cinta
buat beristirehat ketika matahari remang
buat mengingati kemanidan dalam tidurmu berdoalah buat kekasihmu
nan bersemadi di dalam hatimu
dengan lagu kesyukuran pada bibirmu

(Dari ‘Sang Nabi’)

***



Cinta III

Kemarin saya berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat dan bertanya kepada manusia nan lalu-lalang di situ tentang rahasia dan kesucian cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya ringkih wajahnya gelap. Sambil mengeluh dia berkata, “Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi lemah, saya mewarisinya dari Manusia Pertama.”

Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan suara bagai menyanyi dia berkata, “Cinta ialah sebuah ketetapan hati nan ditumbuhkan dariku, nan rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi masa lalu dan generasi nan akan datang.’

Seorang wanita dengan paras melankolis menghampiri dan sambil mendesah, dia berkata, ‘Cinta ialah racun pembunuh, ular hitam berbisa nan menderita di neraka, terbang melayang dan berputar-putar menembusi langit sampai ia jatuh tertutup embun, ia hanya akan diminum oleh roh-roh nan haus. Kemudian mereka akan mabuk buat beberapa saat, diam selama satu tahun dan wafat buat selamanya.’

Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia berkata, “Cinta itu laksana air pancuran nan digunakan roh pengantin sebagai siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat,? membuat mereka bangkit dalam doa di antara bintang-bintang di malam hari dan senandung pujian? di depan matahari di siang hari.’

Setelah itu seorang lelaki menghampiri. Bajunya hitam, janggutnya panjang dengan dahi berkerut, dia berkata, “Cinta ialah ketidakpedulian nan buta. la bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda.’

Seorang lelaki tampan dengan paras bersinar dan dengan senang berkata, ‘Cinta ialah pengetahuan syurgawi nan menyalakan mata kita. Ia menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya.’

Seorang bermata buta menghampiri, sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke tanah dan dia kemudian berkata sambil menangis, ‘Cinta ialah kabus tebal nan menyelubungi citra sesuatu darinya atau nan membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya nan berkelana di antara batu karang, tuli terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri nan bergema di lembah-lembah.’

Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi, ‘Cinta ialah cahaya ghaib nan bersinar dari kedalaman kehidupan nan peka dan mencerahkan segala nan ada di sekitarnya. Engkau dapat melihat global bagai sebuah perarakan nan berjalan melewati padang rumput hijau. Kehidupan ialah bagai sebuah mimpi latif nan diangkat dari kesedaran dan kesedaran.’

Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai potongan-potongan kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata, “Cinta ialah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam, kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian?

Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia berkata, “Cinta ialah ayahku, cinta ialah ibuku. Hanya ayah dan ibuku nan mengerti tentang cinta.”

Waktu terus berjalan. Manusia monoton melewati rumah ibadat. Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta. Semua menyatakan harapan-harapannya dan mengungkapkan misteri-misteri kehidupannya.

***