Ainun

Ainun

Indonesia memiliki Romeo dan Juliet baru: Habibi dan Ainun. Romansa mereka nan mengharukan dituangkan Habibi ke dalam sebuah buku. Ainun telaten merawat Presiden Habibi ketika masih menjabat di negeri ini. Setelah mangkat, siapa nan merawat?

Gurat muka sedih nampak jelas ketika prosesi pemakaman Ainun. Habibi, insiyur jenius, terhenyak tidak berdaya. Air mata bercucuran di pusara Ainun. Para anaknya berinisiatif menemani Habibil. Mereka tahu arti Ainun bagi Habibi, lebih dari sekadar istri. Tapi teman, kawan, dan sahabat.

Habibi nan besar di Nurtanio menjadi insinyur kelas wahid di Jerman. Habib tak akan besar tanpa Ainun. Seperti pepatah bilang, Behid every great man. There stands a great woman .

Ainun ialah super woman bagi Habibi. Romansa mereka terjalin apik sampai maut memisahkan. Habibi mendeskripsikan hal ini dengan mengatakan Ainun dan dirinya hanya berbeda dimensi. Sungguh romansa nan agung.



Presiden Habibi

Menjadi Ainun tak mudah. Ainun harus menerima deras hujatan politik ketika Habibi dilengserkan dari tampuk kekuasaan. Habibi jadi bulan-bulanan para politisi senayan. Sebagian masyarakat mencap Habibi perpanjang tanganan rezim Soeharto. Naasnya, interaksi Soeharto dan Habibi justru tidak baik pasca Habibi menjadi Presiden.

Kiprah Habibi nan termasyhur ialah sebagai bapak teknologi Indonesia. Kejeniusan Habibi diakui dunia. Habibi sempat ditawari pindah kewarganegaraan. Namun Habibi menolak. Habibi cinta Indonesia. Sampai satu waktu ditarik ke gerbong pemerintahan. Karier politik Habibi melesat bak meteor.

Habibi dianggap buta politik. Karena itu dirinya mudah dilengserkan. Dikibuli para politisi nan doyan menjilat. Habibi lebih cocok menjadi profesional murni. Namun, menjadi presiden butuh dukungan politik. Karakter Habibi terlihat tidak nyambung dengan aktor politik kita. Habibi berpandangan tegas hitam dan putih. Politik ialah global abu -abu.



Ainun

Setelah Ainun pergi, mau kemana Habibi?

Publik demikian ikut merasakan terhadap Habibi. Kita dapat memahami rasa ditinggal orang nan sekian lama menemani langkah hayati kita. Habibi sekarang tak punya motivasi politik kembali meski Habibi diminta kembali pada habitatnya, teknologi. Namun, menilik usia Habibi nan sudah sepuh dirasa agak sulit. Seperti nan dikemukakan Habibi, sine qua non regenerasi dalam transformasi teknologi bangsa Indonesia.

Habibi kini sendiri. Sepi. Sunyi. Menjalani residu waktu tanpa sang Ainun. Mungkin anak, cucu, dan cicit dapat menggantikan sejenak peran Ainun. Pelipur lara meski tidak sempurna. Habibi dan Ainun hanya beda dimensi. Namun secara hakiki, mereka saling berdekatan. Mungkin nanti di dimensi lain mereka akan bersama kembali.