Prinsip-prinsip Gerakan Non Blok

Prinsip-prinsip Gerakan Non Blok

Sejarah perjuangan Indonesia memang sangat panjang, mulai dari penjajahan nan dilakukan oleh Portugis hingga Belanda. Proses meraih kemerdekaan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Darah para pejuang dikorbankan demi sang merah putih nan berkibar hingga saat ini. Berbagai perjanjian perdamaian pun ditempuh, meskipun berbagai defleksi dari pihak lain terus dilakukan.

Setelah merdeka pun masih ada banyak masalah nan dihadapi negeri ini. Pasca kemerdekaan, eksistensi Indonesia di kancah global mulai muncul. Indonesia tergabung dalam organisasi taraf ASIA, yaitu ASEAN. Bahkan, mendirikan organisasi sendiri, yaitu KAA (Konferensi Taraf Asia Afrika). Di dalamnya, berkembang banyak gerakan nan berskala global nan harus kita ketahui, seperti sejarah gerakan non blok .



Latar Belakang Didirikannya Gerakan Non Blok

Sebelum gerakan non blok didirikan, blok barat dan blok timur sedang bersitegang. Kedua negara nan bersitegang ialah negara super power, Amerika dan Uni Soviet. Kedua negara tersebut mengumpulkan sekutu dari negara-negara berkembang agar ada di bawah kekuasaan mereka buat menguasai dunia. Amerika dan Uni Soviet memiliki paham berbeda. Paham nan dianut Uni Soviet ialah komunis, sedangkan Amerika Perkumpulan menganut paham liberal.

Keadaan nan semakin lama semakin memanas ditandai dengan dibangunnya tembok Berlin. Masing-masing blok melakukan Perang Dingin ( the cold war ). Meskipun demikian, kedua negara tadi memperkuat sistem ketahanan negaranya masing-masing dengan sistem persenjataan berupa bom nan sudah dirancang buat meledak di negara versus sehingga dimungkinkan akan mengancam perdamaian dunia. Negara-negara di global menjadi was-was akan adanya Perang Global III nan menggunkaan nuklir sehingga dampaknya lebih berbahaya dibandingkan perang global sebelumnya.

Selain faktor perebutan kekuasaan dua negara adidaya di atas, faktor lain nan melatarbelakangi berdirinya gerakan non blok ialah krisis nan terjadi di Kuba pada 1961. Bermulanya krisis Kuba diawali dengan pembangunan pangkalan militer nan dilakukan Uni Soviet sehingga membuat Amerika Perkumpulan was-was.

Indonesia pun berinisiatif buat melakukan politik luar negeri bebas aktif nan juga disetujui banyak negara berkembang lainnya, sehingga dibentuklah sebuah organisasi dimana tak ada anggota nan memihak salah satu blok, baik Amerika maupun Uni Soviet. Jadi, gerakan non blok berdiri sebab dilatarbelakangi keadaan ini. Negara-negara nan menjadi anggotanya tak ingin ada peperangan terbuka sehingga meresahkan dunia.



Awal Mula Berdirinya Gerakan Non Blok

Gerakan non blok termasuk kerjasama multilateral nan berdiri pada 1 September 1961 ketika Konferensi Taraf Tinggi (KTT) digelar di Yugoslavia. Dihadiri oleh 25 negara, termasuk Indonesia, saat KTT I dilangsungkan negara-negara tersebut memutuskan buat mendirikan gerakan nan diharapkan mampu menjaga stabilitas kedamaian global ketika terjadi peperangan.

Negara nan saat itu menghadiri konferensi diantaranya Mesir, Iraq, Nepal, Somalia, Tunisia, Afghanistan, Yaman, Cuba, Yugoslavia, India, Maroko, Libanon, Algeria, Kamboja, Arab Saudi, Kongo, Suriah, Myanmar, Ghana, Sudan, Cyprus, Srilanka, Guinea, Ethiopia, dan Mali.

Gerakan Non Blok salah satunya diprakarsai oleh tokoh dari Indonesia, yaitu Presiden Soekarno. Selain itu ada pula Presiden Yugoslavia, Joseph Broz Tito, Presiden Mesir, Gamal Abdul Naser, Perdana Menteri India, Sri Panggih Jawaharlal Nehru, dan Perdana Menteri Ghana, Kwame Nkrumah.



Prinsip-prinsip Gerakan Non Blok

Dalam rendezvous perdana setelah diputuskan pendirian gerakan non blok, prinsip gerakan ini pun dibuat. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya:

  1. Ketidakberpihakan negara-negara anggota baik pada blok barat maupun blok timur.
  1. Berpihak pada perjuangan nan menentang kolonialisme.
  1. Penolakan keikutsertaan nan melibatkan bentuk militer.
  1. Penolakan kerjasama bilateral dengan negara adidaya.
  1. Penolakan pendirian markas militer negara adidaya.

Bukti kontribusi besar nan dilakukan Indonesia ditunjukkan dengan adanya asas dari gerakan non blok nan dibuktikan dengan salah satu prinsip gerakan non blok. Prinsip tersebut diambil dari Dasasila Bandung, sama seperti asas nan digunakan Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika (KAA). Bahkan, dalam perumusan prinsip gerakan non blok diambil pula nilai-nilai nan berasal dari Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam perkembangannya, Gerakan Non Blok ialah nan menjadi gerakan taraf Internasional mengalami penambahan anggota hingga kurang lebih 100 negara netral. Negara tersebut ialah negara nan tak mengalami keberpihakan pada negara lainnya serta menjunjung tinggi kedamaian.

Berdasarkan Deklarasi Havana nan dibuat pada 1979, organisasi gerakan non blok didirikan buat menjamin keamanan negara anggotanya dalam bidang keamanan, kedaulatan, dan wilayah teriorial. Semua negara anggota gerakan non blok berjuang dalam melawan kolonialisme , imperialisme, politik apartheid, rasisme, agresi, dan zionisme. Semua negara ini berkeinginan buat menciptakan kemananan di taraf dunia.



Tujuan Didirikannya Gerakan Non Blok

Selain mengantisipasi terjadinya Perang Global III dampak berdirinya dua negara adidaya di atas sebagai tujuan eksternal, gerakan non blok juga memiliki tujuan internal. Sebagian besar negara anggota gerakan non blok ialah negara berkembang, sehingga negara-negara tersebut juga menginginkan kemajuan baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan politik dalam negaranya. Mereka juga ingin segala aspek negaranya membaik seperti negara maju.



Perwujudan Planning nan Dilakukan Gerakan Non Blok

Mempersatukan dua negara besar nan bersitegang memang tak mudah. Untuk itu, dilakukan rendezvous Konferensi Taraf Tinggi (KTT) nan dalam pelaksanaannya membahas segala hal berhubungan dengan gerakan non blok sendiri secara tuntas beserta masalah internasional nan dihawatirkan mengancam kedamaian dan keamanan dunia.



Konferensi Taraf Tinggi (KTT) nan Pernah Dilakukan

Pertemuan nan digelar oleh gerakan non blok diwujudkan dalam Konferensi Taraf Tinggi. Sekitar tiga tahun sekali, dalam konferensi juga dilakukan pemilihan ketua gerakan hingga periode tiga tahun berikutnya ketika konferensi selanjutnya diadakan.

Konferensi Taraf Tinggi pertama (KTT I) dilakukan pada 1-6 September 1961 di Beograd, Yugoslavia. Konferensi selanjutnya terus dilakukan selang tiga tahun. Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Taraf Tinggi ke-10 nan diadakan pada 1-6 September 1992 di Jakarta. Mantan Presiden Indonesia, Soeharto pun pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal gerakan non blok periode 1992-1995.

Hingga saat ini, Konferensi Taraf Tinggi masih terus digelar. KTT 16 berlangsung pada 26-31 Agustus 2012 di Ibukota Iran, Teheran. Pemegang gelar sekretaris jenderal gerakan non blok saat ini ialah Mahmoud Ahmadinejad dari Iran periode 2012-2015.



Berakhirnya Perseteruan Amerika Perkumpulan dan Uni Soviet

Pada 1989, Blok Timur nan dipimpin oleh Uni Soviet pun runtuh ditandai dengan pemisahan diri negara anggotanya menjadi Uni Soviet dan 14 negara lainnya. Sebagai simbol buat menandai berakhirnya kekuasaan Uni Soviet, maka Tembok berlin nan semula didirikan sebagai penanda pun diruntuhkan.

Meskipun demikian, keinginan Amerika Perkumpulan buat menjadi negara nomor satu di global tak hilang sehingga ketegangan global pun belum dapat dikatakan berakhir. Amerika Serika memaksa negara lain buat tunduk di bawah kekuasaannya.

Peran gerakan non blok masih terus berlangsung sebab dengan adanya faktor baru setelah Uni Soviet runtuh, bukan berarti keamanan dan kedamaian global bisa tercipta begitu saja. Ada banyak masalah nan harus diselesaikan.

Tidak semua negara berkembang mampu mengatasi masalah internalnya sendiri, misalnya negara berkembang nan memiliki masalah ekonomi berupa tingginya taraf kemiskinan serta banyaknya utang tentu dalam penyelesaianya membutuhkan dukungan negara lain, misalnya dengan kolaborasi nan bisa meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Selain itu, masalah sosial dan politik juga menjadi dasar mengapa gerakan non blok harus tetap dipertahankan.