Ringkasan Perjalanan Kerajaan Kediri Lengkap

Ringkasan Perjalanan Kerajaan Kediri Lengkap

Salah satu kerajaan di Indonesia nan cukup dikenal kisahnya ialah Kerajaan Kediri. Sejarah Kerajaan Kediri lengkap dikupas oleh para sejarawan buat membuktikan bahwa kerajaan ini cukup bertaji kala itu. Bicara tentang Kerajaan Kediri tak lepas dari pengaruh Mataram.

Kerajaan besar nan berdiri sekitar abad XII tersebut, memang bagian Kerajaan Mataram Kuno. Lokasi berdirinya kerajaan ialah di tepi Sungai Brantas nan ada di Jawa Timur . Sungai ini dulunya menjadi ramai sebagai jalur buat pelayaran antardaerah.

Berdirinya Kerajaan Kediri tak lepas dari pembagian kekuasaan sebuah kerajaan oleh Raja Airlangga di tahun 963 M dan 1041 M. Raja membagi kekuasaannya dengan donasi seorang Brahmana, Mpu Bharada, dan jadilah Kerajaan Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri).

Kedua kerajaan memiliki batas wilayah langsung, yaitu Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Pembagian kekuasaan ini dimaksudkan Raja agar tak ada perselisihan pada anak-anak mereka.



Ringkasan Perjalanan Kerajaan Kediri Lengkap

Kerajaan Jenggala dirajai oleh Mapanji Garasakan. Ibukotanya ditempatkan di Kahuripan. Kekuasaan kerajaan ini meliputi Malang dan delta Sungai Brantas. Pelabuhan nan dimiliki ialah Surabaya, Rembang, dan Pasuruan.

Sementara itu, Kerajaan Panjalu dirajai Sri Samarawijaya dengan ibukota di Daha. Kekuasaan Panjalu terdiri atas Kediri dan Madiun. Kedua putra Raja Airlangga ini saling berseteru buat mendapatkan tahta ayahnya.

Sekalipun sudah diberi jatah kerajaan, hausnya kekuasaan dua raja bersaudara itu tetap berlangsung. Berdasarkan informasi dalam prasasti Malenga, Kerajaan Janggala akhirnya menaklukkan Kerajaan Panjalu. Raja Mapanji mempertahankan Garuda Mukha nan dipakai Kerajaan Airlangga sebagai lambang Kerajaan Jenggala.

Namun, kekuasaan Kerajaan Janggala tak bertahan lama. Sebab, peperangan ternyata belum selesai. Akhirnya, Kerajaan Panjalu atau Kediri keluar sebagai pemenang dalam perang tersebut dan menguasai seluruh kerajaan. Kemenangan ini termuat dalam Kitab Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Dan, inilah awal berdirinya Kerajaan Panjalu nan kemudian juga dikenal dengan Kerajaan Kediri.

Sejarah Kerajaan Kediri lengkap berangkat dari sini. Di tengah meredupnya Kerajaan Jenggala, justru Kerajaan Panjalu sedang berada di puncak kejayaan. Namun, kekuasaan Kerajaan Panjalu sempat jatuh di masa Raja Kertajaya (1185-1222). Penyebabnya kala itu, Akuwu Tumapel Tunggul Ametung memanfaatkan kisruh nan terjadi antara Raja Kertajawa dengan golongan pendeta. Tumbanglah kerajaan.

Atas peran Ken Arok, kerajaan bisa direbut kembali. Ken Arok lalu mendirikan Kerajaan Singasari di bekas wilayah Kerajaan Kediri. Namun, Kerajaan Singasari jatuh saat diperintah oleh Raja Kertanegara (1268-1292) sebab ada perselisihan internal.

Penguasa Kediri nan waktu itu menjadi tunduk pada Kerajaan Singasari, akhirnya memberontak. Raja Jayakatwang nan memerintah Kediri bersekutu dengan Bupati Sumenep atau Madura.

Keduanya akhirnya menaklukkan kekuasaan Raja Kertanegara dan berambisi buat mengmbalikan Kerajaan Kediri. Itulah kompendium dari perjalanan hayati Kerajaan Kediri lengkap . Kerajaan Kediri sempat jatuh bangun buat mempertahankan eksistensinya. Sementara itu, keadaan pemerintahan nan terjadi pada Kerajaan Kediri, dapat disimak dari uraian selanjutnya.



Para Raja dalam Pemerintahan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri berkali-kali mengalami pergantian pemimpin. Berikut raja-raja nan pernah memimpin Kerajaan Kediri.

1. Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu

Raja pertama Kerajaan Kediri ini memerintah pada tahun 1104 menurut sebuah prasasti . Raja Jayawarsa kerap dianggap sebagai titisan dewa Wisnu.

2. Kameshwara I

Raja kedua ini memerintah dari tahun 1115 sampai 1130. Dia memiliki gelar Sri Maharajarake Sirikan Shri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa. Dia memiliki permaisuri nan memiliki nama Shri Kirana, seorang wanita dari Janggala. Di masanya, lencana kerajaan berupa Candrakapala, yaitu tengkorak bertaring.

3. Jayabaya

Kekuasaan Jayabaya termasuk nan cukup sukses menjadikan Kerajaan Kediri dalam masa gemilang. Prabu Jayabaya cukup mahir dalam bidang politik dan mampu meramal. Ramalannya temuat dalam kitab Jongko Joyoboyo. Budaya dan sastra kala itu berkembang pesat.

Jayabaya ialah pemimpin nan dekat dengan rakyat dan memiliki visi jelas buat memajukan kerajaan. Raja Jayabaya bergelar Shri Maharaja Shri Kroncarryadipa Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama Shri Gandra.

4. Prabu Sarwaswera

Bisa dibilang, raja keempat dari Kerajaan Kediri ini seorang nan religius. Sebab, dia sangat peduli dengan sesuatu nan berbau rohaniah. Prabu Sarwaswera memiliki prinsip tat wam asi nan memiliki makna ”Engkaulah itu, engkaulah (semua) itu, semua makhluk ialah engkau”. Jalan nan sahih menurut Prabu Sarwaswera ialah menuju kesatuan dan nan menghalangi kesatuan harus disalahkan.

5. Prabu Kroncharyadipa

Raja kelima ini memiliki sikap adil terhadap rakyat nan dipimpinnya. Dia juga salah seorang raja nan taat dalam beragama. Dia memimpin kerajaan dengan menggunakan prinsip sad kama murka . Prinsip tersebut mengharuskan buat menjaga diri dari hawa nafsu ( kama ), kebingungan ( moha ), kemarahan ( kroda ), mabuk ( mada ), iri hati ( masrya ), dan rakus ( loba ).

6. Srengga Kertajaya

Raja Kertajaya juga termasuk raja nan sangat mempedulikan rakyat dan kemajuan kerajaan. Dia menjadi raja terakhir di masa Kediri nan mampu membuat rakyatnya merasa kondusif dan tentram. Dia cukup dikenal dengan prinsip catur marganya, yaitu, kama , arta , darma , moksa .



Kehidupan di Masa Kerajaan Kediri

Kehidupan masyarakat saat dipimpin oleh para rajanya termasuk sejahtera. Rumah rakyat rata-rata berlantai ubin kuning dan hijau, bersih, rapi, dan layak. Dari sisi penampilan, masyarakat sudah mengenakan kain nan panjangnya mencapai lutut. Rambut mereka terurai.

Hal nan berkaitan dengan pertanian, perdagangan, hingga peternakan sangat diperhatikan pemerintah dan mau cukup pesat. Kehidupan masyarakat masa Kerajaan Kediri ini termaktub dalam kitab Ling Wai Tai Ta nan ditulis Chou Ku Fei di tahun 1178 M.

Pertanian, perdagangan, dan peternakan ialah mata pencaharian primer masyarakat Kerajaan Kediri kala itu. Hasil ekonomi nan cukup buat mendukung kemajuan saat itu ialah beras, kapas, dan ulat sutra. Kerajaan memberikan gaji tetap kepada pegawainya menggunakan hasil bumi nan ada. Keadaan masyarakat dapat dibilang berkecukupan pada masanya.

Status masyarakat dibagi menjadi tiga, yaitu golongan masyarakat pusat atau kerajaan, golongan masyarakat thani atau daerah, dan golongan masyarakat nonpemerintah. Golongan masyarakat pusat ialah orang-orang nan hayati di lingkungan kerajaan, termasuk keluarga raja dan pelayannya.

Golongan masyarakat thani terdiri atas pejabat atau pegawai pemerintah nan ditempatkan di daerah-daerah. Terakhir, golongan masyarakat nonpemerintah ialah masyarakat nan sama sekali tak mengampu jabatan apa pun dalam pemerintahan. Termasuk di dalamnya ialah para wiraswastawan.

Di Kerajaan Kediri, kurang lebih mempunyai sekitar lebih dari 300 pejabat. Mereka mendapat tugas buat mengurus dan mencatat pendapatan nan dimiliki kerajaan. Untuk pegawai taraf bawah, ada sekitar 1.000 nan mengurusi parit kota dan benteng, gudang persediaan makanan, dan perbendaharaan kerajaan.

Selain memiliki kehidupan nan kondusif dan nyaman, selama berdirinya Kerajaan Kediri juga berkembang seni sastra. Kitab sastra sangat banyak nan ditulis. Contoh lain kitab sastra selain dari uraian sebelumya ialah kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya dengan penulisnya yaitu Mpu Panuluh. Kitab tersebut ditulis pada masa Raja Jayabaya.

Pada masa Raja Kameswara, muncul beberapa kitab nan cukup terkenal, yaitu kitab Sumanasantaka tulisan Mpu Monaguna, kitab Lubdaka, dan Wertasancaya hasil tulisan Mpu Tan Akung, kitab Simaradahana nan ditulis Mpu Darmaja, kitab Sumanasantaka tulisan Mpu Monaguna, dan kitab Kresnayana karya Mpu Triguna.