Tokoh Punakawan dalam Pewayangan Jawa

Tokoh Punakawan dalam Pewayangan Jawa

Pewayangan Jawa merupakan salah satu kebudayaan di Indonesia. Pertujukan wayang kulit ialah suatu seni pertunjukkan tradisional Jawa. Wayang kulit diciptakan oleh salah seorang Wali Songo buat memudahkan proses penyebaran Islam di tanah Jawa. Sang Wali Songo tersebut mengadaptasi wayang kulit dari wayang Beber nan merupakan pewayangan Jawa tradisi Hindu-Budha. Karena dalam Islam terdapat embargo terhadap segala bentuk seni rupa seperti patung, lukisan manusia dan lain-lain. Maka dibuatlah suatu bentuk wayang nan bentuk pertunjukannya disesuaikan dengan kaidah Islam.



Sejarah Pewayangan Jawa

Asal-usul wayang telah menjadi perdebatan beberapa pakar sejarah . Sebut saja Dr. G. A.J Hazeu nan menulis tentang wayang jawa dalam disertasinya nan berjudul “ Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel ”. Dr. Hazeu berpendapat bahwa wayang ialah tradisi orisinil Jawa dikarenakan banyaknya istilah dalam pewayangan nan menggunakan kosa kata bahasa Jawa misalnya kepyak, blencong dan lain-lain. Selain itu, ditemukan suatu susunan unik pada rumah tradisional Jawa yaitu dengan membuat suatu ruangan spesifik pertunjukkan ringgit (wayang).

Pendapat lain berasal dari Dr. W. Rassers nan menyatakan bahwa pertunnjukkan wayang Jawa berasal dari India. Karena di India memang ada suatu pertunjukkan nan menggunakan imbas bayangan seperti wayang Jawa. Peneliti lain nan sependapat dengan DR. Rassers ialah Dr. N. J. Krom nan sama-sama berpendapat bahwa wayang Jawa berasal dari India. Ia memperkirakan bahwa wayang merupakan hasil karya cipta tradisi Hindu dan Jawa. Ada pula pakar lain nan menyatakan bahwa wayang berasal dari Cina, sebab pada masa Kaisar Wu Ti terdapat pertunjukkan bayangan serupa dengan wayang. Dari Cina, pertunjukkan bayangan tersebut sampai ke India lalu kemudian menyebar ke Indonesia.

Kata wayang dalam bahasa Cina pun serupa yaitu Wa-yaah dalam bahasa Hokian, Woying dalam bahasa Mandarin dan Woyong dalam bahasa Kanton. Sedangkan di Timur Tengah, wayang disebut Karagheuz. Di Thailand, wayang dinamakan Nang Yi dan Nang Lun. Tradisi wayang Thai nan masuk ke Malaysia disebut wayang Siam. Sedangkan wayang Indonesia nan dibawa ke Malaysia disebut wayang Jawa. Di Indonesia, wayang nan berasal dari India dinamakan wayang Purwa. Namun,jalan cerita dalam wayang nan banyak mengambil cerita dari kisah kepahlawanan Mahabharata dan Ramayana, membuat beberapa pakar sulit buat menyanggah pendapat bahwa wayang berasal dari India. Di Indonesia, pertunjukkan wayang biasanya diadakan berkaitan dengan upacara atau acara eksklusif misalnya upacara ruwatan, upacara khitanan dan lainnya.



Tokoh Punakawan dalam Pewayangan Jawa

Salah seorang Wali Songo nan telah mengadaptasi wayang Beber menjadi wayang kulit ialah Sunan Kalijaga. Beliau menciptakan karakter-karakter dalam wayang kulit dengan tujuan agar masyarakat senantiasa mengingat Allah Swt. (Gusti Allah). Dari banyaknya karakter wayang kulit, erdapat beberapa karakter wayang nan sangat unik, yaitu tokoh Punakawan. Penambahan tokoh Punakawan ini dapat dibilang telah keluar dari pakem orisinil wayang nan identik dengan epik Hindu-Budha. Tokoh Punakawan ini menyimbolkan karakter manusia pada umumnya. Jika dalam wayang Jawa tokoh Punakawan terdiri dari Semar, Gareng, petruk dan Bagong. Maka dalam wayang Bali, tokoh Punakawan terdiri dari dua abdi Pandawa bernama Malen dan Merdah serta dua abdi dari Kurawa yaitu Delem dan Sangut.

Secara etimologis, kata Punakawan berasal dari dua suku kata yaitu Puna nan berarti susah dan mitra nan berarti teman atau Kanca. Jika arti kata ini digabungkan, maka berarti teman di kala susah. Ada pula pendapat nan menyebutkan bahwa Puna berarti terang, sehingga artinya menjadi “teman nan mengajak kepada jalan nan terang atau lurus”. Bahkan, jika nama-nama para tokoh Punakawan digabungkan akan menjadi “Bergegaslah meraih kebajikan serta tinggalkan sesuatu hal nan buruk”. Tokoh-tokoh Punakawan dalam pewayangan Jawa adalah:



1. Semar

Semar bernama lengkap Kyai Lurah Semar Badranaya. Ada nan berpendapat bahwa nama Semar berasal dari kata dalam bahasa Arab Simaar nan berarti paku. Menyimbolkan kokohnya ajaran agama Islam laksanan paku nan kokoh menancap. Ada pula pendapat lain menyebutkan bahwa nama Semar berasal dari kata Samara (bergegas). Semar merupakan seorang tokoh berkarakter bijaksana, rendah hati, jujur dan penuh kedalaman ilmu. Semar merupakan tokoh nan sangat dihormati dan menjadi penasihat bagi para ksatria dan rekan-rekannya. Dalam filosofi wayang, jari telunjuk Semar nan seakan menuding menyimbolkan rasa keinginan nan demikian kuat buat bisa menciptakan sesuatu. Sedangkan pandangan matanya nan menyipit mengandung makna rasa keseriusan, ketekunan dan ketelitian dalam mencipta.

Menurut seorang pakar sejarawan yaitu Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar ini ditemukan pertama kalinya dalam kitab sastra zaman Majapahit “Sudamala”. Di dalam karya sastra antik tersebut, tokoh Semar bernama Sudamala. Tokoh ini bahkan bisa ditemukan reliefnya pada Candi Sukuh. Sudamala digambarkan sebagai seorang abdi dari Sahadewa dari keluarga Pandawa. Pada perkembangan selanjutnya, tokoh Semar tetap dipertahankan bahkan mengalami kenaikan status. Semar tak lagi diceritakan sebagai seorang abdi atau hamba atau rakyat jelata, namun merupakan titisan dari Batara Ismaya. Batara Ismaya ialah kakak dari Raja para Dewa, Batara Guru.



2. Gareng

Gareng bernama lengkap Nala Gareng nan berasal dari kata Nala Khairan (memperoleh kebaikan). Gareng merupakan anak pertama Semar. Ia digambarkan denga fisik nan memiliki kekurangan yaitu stigma pada kaki, tangan dan mata. Kekurangan fisik Gareng memiliki makna tersendiri yaitu stigma pada kaki berarti dalam hidupnya seorang manusia harus senantiasa berhati-hati. Stigma pada tangan berarti manusia dapat saja berikhtiar melalui berbagai macam cara, namun Allah Swt. lah nan akan menentukan. Stigma pada mata melambangkan bahwasanya manusia harus bisa memahami empiris kehidupan nan sesungguhnya.



3. Petruk

Nama Petruk berasal dari kata Fat ruk nan bermakna tinggalkanlah. Ia ialah putra kedua Semar nan memiliki citra fisik nan unik yaitu hidung panjang. Hidung panjang ini bukan berarti Petruk suka berbohong seperti kisah Pinokio. Hidung panjang ini melambangkan bahwasanya akal pikiran itu harus panjang atau luas. Jika hendak melakukan sesuatu harus melalui proses pemikiran nan panjang agar tak menyesal di kemudian hari. Petruk memiliki sifat humoris, cerdas dan pandai bertutur kata.

Dalam global pewayangan, disebutkan bahwa Petruk merupakan anak seorang rahib raksasa nan bermukim di suatu loka di dalam bahari nan bernama Begawan Salantara. Nama aslinya ialah Bambang Pecruk Panyukilan dan merupakan seseorang nan sakti mandraguna. Ia berkelana buat menguji kesaktiannya. Ia lantas berjumpa dengan Bambang Sukodadi, lalu keduanya terlibat pertempuran sengit nan menyebabkan cacatnya tubuh tampan mereka. Perkelahian ini akhirnya sukses dihentikan oleh Semar. Setelah mendapatkan petuah, Petruk dan Bambang Sukodadi menyerahkan hayati mereka buat berguru kepada Semar. Karena mereka telah mengalami perubahan fisik masing-masing, Bambang Pecruk Panyukilan berganti nama menjadi Petruk. Sedangkan Bambang Sukodadi mengubah namanya menjadi Gareng.



4. Bagong

Bagong merupakan anak bungsu Semar. Namanya berasal dari kata al Ba gho ya nan bermakna perkara buruk. Ia memiliki citra fisik persis seperti ayahandanya, Semar. Bertubuh agak gemuk, humoris terutama saat berhadapan dengan persoalan serius dan sering berlagak bodoh. Ia mencerminkan sifat manusia nan harus sederhana dalam hidup, memiliki kesabaran dan tak mengagung-agungkan kehidupan di dunia. Bagong mewakili citra manusia nan sesungguhnya bahwa manusia sejati ialah manusia nan memiliki kelebihan dan kekurangan.

Tokoh-tokoh dalam wayang biasanya merupakan ksatria, rahib atau pun dewa. Sedangkan tokoh-tokoh Punakawan mewakili suara rakyat jelata. Filosofi nan terkandung dalam para tokoh Punakawan ini sangat erat kaitannya dengan kebijaksanaan nan terkandung dalam agama Islam, bahwa ialah manusiawi jika manusia memiliki kekurangan. Bahwa dalam kehidupan ini, sudah selayaknya kita melihat dengan pikiran dan mata terbuka, agar bisa memaknai kehidupan duniawi nan akan menghantarkan kita kepada kehidupan akhirat kelak.

Pertujukan wayang kulit ialah suatu seni pertunjukkan tradisional Jawa. Wayang kulit diciptakan oleh salah seorang Wali Songo buat memudahkan proses penyebaran Islam di tanah Jawa. Sang Wali Songo tersebut mengadaptasi wayang kulit dari wayang Beber nan merupakan pewayangan Jawa tradisi Hindu-Budha. Karena dalam Islam terdapat embargo terhadap segala bentuk seni rupa seperti patung, lukisan manusia dan lain-lain. Maka dibuatlah suatu bentuk wayang nan bentuk pertunjukannya disesuaikan dengan kaidah Islam.