2. Skin

2. Skin

Jawa terkenal memiliki senjata tradisional keris, Sunda dengan kujang, Kalimantan dengan mandau, Makassar dengan badik, dan Aceh dengan rencong. Lalu, apa kira-kira senjata tradisional Sumatera Selatan ? Senjata apakah nan menggambarkan kekhasan daerah berpusat di Sungai Musi itu?

Jawaban pertanyaan itu cukup banyak. Mulai keris Palembang, tombak trisula, hingga senjata tradisional bernama skin. Senjata-senjata tersebut merupakan kekayaan sejarah nan dimiliki masyarakat Palembang. Warisan kegemilangan Kerajaan Sriwajaya nan pernah berkuasa pada abad ke-7 hingga awal abad ke-13 M.



Senjata Tradisional Sumatera Selatan

Jika dicermati, senjata-senjata tradisional tersebut merupakan bentuk dari akulturasi budaya-budaya besar saat itu. Misalnya, kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India, dan kebudayaan Arab. Akulturasi tersebut merupakan bukti tingginya peradaban anak negeri nan mampu menyerap berbagai budaya dan menyatukannya dalam sebuah budaya berbeda dari aslinya.

Lihat saja bagaimana senjata tradisional tersebut dibentuk. Sarat dengan nilai-nilai nan dijadikan acuan dalam kehidupan bermasyarakat, seperti keindahan, ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai estetika tecermin dari bentuk senjata nan dibuat sedemikian rupa sehingga memancarkan pesona memukau mata.

Nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran, tecermin dari proses membuatnya nan memerlukan waktu lama dan sulit. Berikut ini citra singkat dua senjata tradisional Sumatera Selatan, yaitu tombak trisula dan Skin.



1. Tombak Trisula

    Belum ada sumber nan dapat menjelaskan dengan niscaya awal mula senjata tombak dengan ujung berbentuk trisula ini. Ada sebagian pakar berasumsi bahwa tombak trisula punya kaitan dengan perkembangan budaya Hindu pada masa pemerintahan Kerajaan Sriwijaya nan berpusat di Kota Palembang.

    Memang, jika dilihat dari bentuknya, Tombak Trisula memiliki kemiripan dengan senjata trisula nan biasa ada di kuil-kuil Hindu. Yaitu, senjata nan dipegang oleh Dewa Siwa. Salah satu dari tiga dewa primer (Trimurti) dalam agama Hindu.

    Dalam ajaran agama tersebut, Siwa merupakan dewa penghancur. Menghancurkan segala sesuatu nan sudah usang dan tak layak berada di global fana. Dewa ini bertangan empat nan masing-masing tangan membawa senjata. Salah satu senjatanya ialah trisula.

    Namun, tombak trisula khas daerah Sumatera Selatan punya dua ujung sisi nan dapat digunakan sebagai senjata. Salah satu ujungnya berbentuk trisula, sedangkan ujung nan lainnya berupa mata tombak berbentuk segitiga nan diukir demikian cantik.



    2. Skin

      Senjata ini biasa juga dinamakan jembio, rambai ayam (karena berbentuk menyerupai ekor ayam) atau taji ayam. Skin merupakan senjata tusuk genggam nan bentuknya meruncing dengan sisi tajam pada salah satu bilahnya. Sekilas, skin tampa seperti bentuk parang pendek nan agak melengkung.

      Dahulu, skin tak hanya berfungsi sebagai senjata, tetapi simbol status sosial seseorang. Skin dianggap sebagai benda keramat sehingga tak sembarang orang nan dapat dan boleh memakainya. Bahkan, senjata ini dipercaya punya kekuatan magis atau supranatural.

      Bahan standar skin berupa besi nan dikerjakan oleh seorang pandai besi berpengalaman. Skin dibuat di tungku-tungku spesifik buat membuat alat-alat dari besi. Kecermatan dan ketelitian ialah syarat absolut dalam membuatnya. Skin, umumnya, berukuran antara 25-30cm (skin rambai ayam). Ada juga nan ukurannya lebih pendek, yaitu sekitar 10-15cm (skin taji ayam).

      Sementara itu, sarungnya terbuat dari kulit sapi atau kambing. Namun, sekarang ini lebih susah memperoleh sarung skin berbahan kulit sapi atau kambing asli. Kebanyakan sarung skin nan dijual menggunakan kulit sintetis. Adapun gagangnya terbuat dari kayu nan keras tetapi liat. Diukir sedemikian rupa dengan pola-pola tertentu. Semakin rumit pola nan diukir, semakin tinggi pula nilai seninya.



      Bentuk Pelestarian Kebudayaan Daerah

      Indonesia termasuk negara nan multikultural sebab negara Indonesia memiliki masyarakat nan berbeda suku, budaya, bahasa, agama, dan adat istiadat. Akan tetapi, disparitas tersebut harus bisa disikapi dengan baik dan positif.

      Apabila disparitas tersebut tak bisa ditanggapi secara positif, maka akibatnya negara ini menjadi kacau. Jadi, tanggapi disparitas tersebut dengan positif, sehingga dampaknya akan menjadi baik.

      Keragaman suku juga disertai dengan keragaman budaya. Itulah nan membuat suku budaya Indonesia sangat dikenal bangsa lain sebab budayanya nan unik. Berbagai bidang budaya mewarnai keragaman suku ini, seperti senjata tradisional Sumatera Selatan tersebut.

      Selain itu, Anda dapat menemukan rumah adat nan berbeda buat setiap suku dengan karakteristik khasnya masing-masing. Beberapa nama rumah adat tersebut, seperti Rumah Joglo (Jawa Barat), Rumah Gadang (Sumatera Barat), Rumah Anjung (Sulawesi Utara), Honai (Papua), dan lain sebagainya.

      Di bidang seni, keragaman tampak pada berbagai tarian daerah nan menarik, lagu daerah dengan bahasanya masing-masing, berbagai alat musik. Semua ini semakin menambah kekayaan bangsa ini, ditambah dengan keanekaragaman senjata tradisional tiap daerah.

      Berbagai suku bangsa ini dengan keragamannya dapat menjadi media promosi nan menarik dalam meningkatkan pariwisata di berbagai daerah. Tarian, seperti Jaipongan, Saman, Pendet, Kecak, dan lain-lain memiliki daya tariknya masing-masing buat para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

      Keragaman suku budaya ini harus dilestarikan. Tantangan terberat ialah menghadapi era globalisasi ini di mana banyak orang nan menganggap bahwa semua nan berbau tradisional sudah ketinggalan zaman. Sudah saatnya kita sebagai warga negara Indonesia turut melestarikan kebudayaan nan ada.

      Kebudayaan di Indonesia semakin hari semakin terkikis. Masyarakat Indonesia semakin terpengaruh oleh kebudayaan luar melalui perkembangan teknologi nan semakin canggih ini, sehingga melupakan kebudayaan sendiri.

      Pelajaran tentang kebudayaan hanya didapatkan di sekolah saja. Itu pun hanya teori saja nan diterima oleh para siswa, prakteknya jarang. Jadi, nan diterima oleh para siswa tentang kebudayaan Indonesia tetap kurang.

      Pelajaran dari luar sekolah lebih berpengaruh pada seseorang dari pada pelajaran nan diterimanya di bangku sekolah. Untuk itu, perlu adanya dukungan dari luar sekolah buat membantu seseorang mempelajari kebudayaan Indonesia.

      Misalnya, pendidikan bahasa daerah nan dipelajari di sekolah tak bisa dipraktekan oleh seorang siswa apabila di luar sekolahnya dia tak menggunakan bahasa daerah tersebut.

      Begitu juga tentang kebudayaan di Indonesia. Kebudayaan Indonesia semakin hilang di telan waktu. Penyebabnya sebab perkembangan zaman nan memengaruhi masyarakat Indonesia dari kebudayaan luar nan banyak masuk ke Indonesia.

      Hal tersebut menjadikan masyarakat Indonesia melupakan kebudayaan sendiri. Pengaruh dari luar memang sangat kuat buat mempengaruhi kebudayaan nan ada di Indonesia.

      Memang perkembangan zaman itu bisa mengubah suatu negara dan masyarakatnya sendiri. Akan tetapi, perubahan tersebut harus dibarengi dengan norma-norma dan kebudayaan nan berlaku di negara ini.

      Pengaruh atau kebudayaan dari luar nan masuk ke Indonesia harus disaring terlebih dahulu. Sine qua non penyeleksian, mana nan baik dan mana nan jelek buat kemajuan negara ini. Jangan asal menerima begitu saja pengaruh atau kebudayaan dari luar.

      Perkembangan teknologi nan semakin canggih, membuat kebudayaan dari luar Indonesia masuk dan berkembang. Dalam berbagai bidang, pengaruh dari luar itu ada, bahkan sampai mengubah sistem nan telah berlaku di negara ini.

      Dalam bidang kebudayaan saja, banyak hal nan berubah sebab perkembangan zaman tersebut. Kebudayaan tradisional, mulai dari bahasa, suku, adat istiadat, tarian, pakaian, rumah adat, senjata tradisional, dan lain sebagainya, mulai sporadis dipelajari dan dihapal oleh masyarakat, terutama generasi mudanya.

      Pelajaran nan diterima di global pendidikan tak cukup buat membuat para generasi muda mencintai dan menghapal kebudayaan sendiri. Hal tersebut sebab pengaruh dari kebudayaan luar tadi nan masuk ke negara ini.

      Masyarakat lebih tertarik buat mempelajari budaya dari luar dari pada budaya negara sendiri. Alasannya, agar tak ketinggalan zaman dan lebih gaul, menurut anak zaman sekarang.

      Mengenal budaya sendiri dan mempraktekkannya di dalam sebuah pentas seni, seharusnya menjadi kebanggaan bagi masyarakat sendiri. Sebenarnya, negara nan maju ialah negara nan mencintai dan mengharagai kebudayaannya sendiri.

      Apabila kita tak menghargai kebudayaan sendiri, bagaimana kita bisa menghargai diri sendiri di luar negeri sana. Kebudayaan dalam negeri seharusnya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia di global internasional sana.

      Orang asing nan berkunjung ke Indonesia saja ingin mengetahui dan mempelajari kebudayaan Indonesia sebab mereka tertarik pada kebudayaan nan ada di Indonesia. Akan tetapi, mengapa penduduk pribuminya sendiri malah malas dan gengsi buat mempelajari kebudayaan sendiri.

      Bagaimana masyarakat Indonesia memperkenalkan budaya sendiri di kancah internasional apabila masyarakatnya sendiri kurang pengetahuannya tentang kebudayaan sendiri.

      Untuk itu, kebudayaan nan ada di Indonesia ini, perlu dirawat dan dilestarikan oleh masyarakatnya sendiri. Kalau bukan masyarakat sendiri sudah tak bisa melestarikan kebudayaan tersebut, maka kebudayaan itu akan hilang bersamaan dengan hilangnya para pewaris ilmu budaya. Salah satunya ialah dengan mempelajari senjata tradisional Sumatera Selatan ini. Semoga informasi nan diberikan tersebut bisa bermanfaat bagi Anda.